Senin, 05 Oktober 2015

Cerpen-You and I



You and I

Masa Orientasi Siswa telah usai. Aku selaku pengurus OSIS pun kini dapat kembali bernapas lega karena beban pikiranku berkurang. Kini aku tengah berjalan ke arah lapangan basket dimana kekasihku berada. Dia adalah Bisma. Salah satu pemain basket andalan sekolahku. Siang ini ia sedang latihan bersama teman-temannya untuk menghadapi turnamen bulan depan. Aku dan Bisma berpacaran sejak satu tahun lalu. Saat kami masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
Aku duduk di kursi penonton. Disebelahku ada Fadila yang sudah datang terlebih dahulu.
"Bisma lagi istirahat Put. Katanya capek. Nggak biasanya dia begitu"ujar Fadila
"Dimana dia sekarang?"tanyaku khawatir
"Tadi sih dibawa ke UKS sama Reza"Fadila
Aku segera berdiri. Berjalan cepat menuju UKS. Aku sangat khawatir. Sebab, tak biasanya Bisma begini. Dia anak yang aktif bahkan tak pernah terlihat kelelahan. Aku berlari kecil ke arahnya. Sementara ia, tersrnyum menyambutku.
"Kamu kenapa?"tanyaku khawatir
"Aku tidak papa. Cuma agak pusing aja"jawab Bisma sembari tersenyum
"Sekarang sudah enakan?"aku
Bisma mengangguk, lalu menggenggam tangan kiriku. Aku tersenyum padanya.
Lima belas menit kemudian, Bisma mengajakku makan siang di sebuah cafe dekat sekolah kami. Suasana cafe cukup ramai. Mayoritas pelanggannya juga siswa SMA ku. Kami duduk di meja dekat jendela yang terbuat dari kaca bening. Setelah memesankan makanan untukku, Bisma duduk di hadapanku. Kami bercanda tawa cukup lama hingga pesanan kami datang. Setelah itu, kami menyantapnya. Selesai makan, Bisma segera mengantarku pulang.
Sabtu sore tiba. Aku telah siap dengan celana jeans panjang dengan kaus putih dan jaket biru tua sebagai pasangannya. Setelah mengambil tas kecil untuk tempat hand phone dan dompet, aku berjalan cepat menuju ruang tamu. Sebab, aku tahu Bisma sudah menunggu disana.
Terlihat Bisma tengah berbincang dengan papaku. Aku menghampiri kedua pria yang sangat aku sayangi itu. Aku duduk sembari memeluk lengan papa. Bisma tersenyum geli melihat sifat manjaku ini. Namun aku cuek saja.
"Kamu lama banget sih, kasihan kan, Bisma nunggunya lama"tegur papa
"Maaf. Namanya juga cewek. Pasti lebih ribetlah daripada cowok"jawabku
"Ya sudah sana cepat pergi! Nanti pulangnya jangan kemalaman!"papa
Aku mengangguk, kemudian berdiri diikuti pula oleh Bisma.
"Kami pamit dulu om. Nanti Bisma usahain sebelum jam 8 Putri sudah sampai rumah"Bisma
Papa mengangguk.
"Hati-hati ya nak!"papa
Aku dan Bisma bersalaman dan mencium punggung tangan papa untuk berpamitan.
Pukul 18.00, aku dan Bisma sampai di salah satu bioskop yang cukup terkenal di kota kami. Bisma segera antre membeli tiket untuk kami. Sementara aku menunggunya sembari bermain hand phone. Sesaat kemudian Bisma kembali. Kami langsung masuk ke bioskop sebab film yang akan kami tonton akan segera di putar. Selama menonton film yang bisa dibilang romantis itu, aku menyandarkan kepalaku di bahu Bisma sambil menikmati pop cornku.
Selesai menonton film, Bisma mengajakku jalan-jalan, di akhiri makan malam di sebuah restoran romantis.
"Kamu ngapain sih ngajak aku makan disini? Mahal tahu? Dasar boros"candaku
"Ya sekali-sekali kan nggak papa. Mumpung ada kesempatan"Bisma
Aku tersenyum.
"Bis, aku pengen deh pergi ke suatu tempat yang bagus"aku
"Misalnya?"Bisma
"Ya...danau kek, atau pantai gitu. Yang alam-alam gitu"aku
Bisma nampak berpikir.
"Ya sudah, besok kita jalan-jalan ya? Kamu nggak ada ulangan kan Senin-nya?"Bisma
"Okey. Nggak kok. Senin free"ujarku penuh semangat
Hari berganti. Pukul 11.00 aku dan Bisma telah sampai di sebuah pedesaan yang masih sangat asri. Bisma mengajakku ke area kebun teh yang sangat luas. Tak jauh dari sana, ada sebuah sungai yang alirannya cukup deras dan memiliki pemandangan yang sangat indah. Aku dan Bisma duduk di bebatuan dekat sungai. Beberapa kali kami mengambil foto bersama. Beberapa saat kemudian, Bisma mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ternyata itu cemilan serta minuman untuk kami nikmati berdua.
"Ini dimakan! Tapi jangan buang sampah sembarangan ya!"Bisma
Aku mengangguk lalu meraih makanan yang diulurkan Bisma. Aku pun memakannya.
"Bis, setelah lulus SMA nanti kamu mau kuliah dimana?"tanyaku
"Kamu dimana? Aku sih terserah kamu"Bisma
"Loh, kok gitu?"bingungku
"Ya.....aku nggak mau pisah aja sama kamu. Pokoknya kita harus selalu bersama"Bisma
"Sampai kapan?"tanyaku
"Selamanya"jawab Bisma mantap seraya menatap manik mataku
"Memangnya kamu yakin kalau kita ditakdirkan untuk bersama?"tanyaku
"Tentu. Lihat saja nanti!"Bisma
"Lulus kuliah aku akan segera bekerja. Setelah dapat pekerjaan aku akan melamar kamu"ujar Bisma
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Setidaknya dari ucapannya itu aku tahu, ia tulus dan tak pernah berniat main-main denganku.
Satu tahun berlalu. Kini aku tengah berada di rumah Bisma. Aku sedang memasak bersama tante Ida, mama Bisma.
"Bisma sakit apa sih tante?"tanyaku
"Pusing katanya. Tadi sih tetap mau ke sekolah. Tapi tante larang. Kasihan lah dia. Pasti di sekolah juga hiperaktif gitu"tante Ida
"Sudah di periksa dokter?"aku
"Bismanya nggak mau. Malas katanya"tante Ida
Sesaat kemudian hening. Aku dan tante Ida sama-sama sibuk dengan kegiatan kami.
"Nah....selesai"ujar tante Ida
"Put, kamu antar makan siang Bisma ya! Ini sudah tante siapin"suruh tante Ida
Aku mengangguk. Setelah menerima nampan dari tante Ida, aku segera berlalu ke kamar Bisma. Terlihat Bisma menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Aku meletakan nampan makan siang Bisma di nakas, lalu aku duduk di tepi ranjangnya.
"Bis..."panggilku pelan
Perlahan, aku membuka selimut yang menutupi wajahnya.
"Bis, bangun! Makan dulu yuk!"ujarku
Perlahan, Bisma menggeliat. Matanya mulai terbuka. Kemudian aku membantunya untuk bersandar pada tempat tidur.
"Kamu sama siapa kesini?"tanya Bisma
"Sendiri"jawabku
"Makan dulu yuk! Aku suapin"lanjutku
"Sejak kapan kamu disini?"Bisma
"Sekitar lima belas menit yang lalu. Tapi tadi bantuin tante Ida masak dulu. Baru deh kesini"aku
Bisma tersenyum. Kemudian ia membuka mulut, menyambut suapanku.

Selesai menyuapi Bisma, aku berbincang lagi dengannya.
"Besok kamu sudah berangkat sekolah kan?"tanyaku
Bisma mengangguk.
"Tadi kamu ke sekolah naik apa?"tanya Bisma
"Di antar papa"jawabku
"Maaf yah, janji deh besok-besok aku nggak akan absen jemput kamu"Bisma
"Sudahlah Bis, lagian kamu sakit juga bukan maunya kamu kan? Cepet sembuh aja makanya! Dan besok jangan sakit-sakit lagi!"aku
Bisma mengangguk.
"Aku juga akan berusaha hidup sehat. Aku nggak mau biarin kamu sendirian seperti hari ini. Aku harus selalu sehat buat jagain kamu"Bisma
Aku tersenyum geli mendengar ucapannya.
Hari kelulusanku telah tiba. Setelah mendengar kabar kelulusan, aku dan Bisma pergi ke sebuah taman yang rindang. Aku duduk bersandar pada bangku taman. Sementara Bisma tiduran di pahaku.
"Kita jadi kuliah bareng kan?"aku
"Jadi dong"Bisma
"Kamu kenapa sih pengen sama aku terus?"tanyaku sembari menatap matanya
Bisma tersenyum.
"Karena aku nggak mau kehilangan kamu. Selangkahpun, aku nggak mau kamu pergi dari hidup aku"Bisma
Aku memainkan rambut Bisma dengan jemariku. Rasanya hari itu rasa cintaku terhadap Bisma semakin bertambah besar. Hingga entah, sebesar apa rasa ini jika digambarkan. Mungkin lebih besar dari pada dunia. Aku melihat Bisma sebagai malaikat yang akan selalu menjaga, melindungiku dan menyayangiku selamanya.
Aku dan Bisma kini terdiam. Dia masih pada posisinya, tiduran di pahaku. Tanganku juga masih asyik dengan rambutnya.
"Bis, rambut kamu kok rontok sih? Kamu nggak pakai shampoo yang biasanya ya?"tanyaku saat melihat beberapa helai rambut Bisma rontok
"Masak sih?"Bisma
"Oh...apa mungkin karena keseringan keramas ya? Soalnya beberapa hari ini aku keramas terus. Habis kepalaku rasanya nggak enak"Bisma
Aku mengangguk mengerti. Setelah beberapa saat, Bisma mengantarku pulang.
Hari berganti. Ini adalah hari pertamaku dan Bisma masuk kuliah setelah melewati masa ospek. Bel rumahku berbunyi. Aku yakin, itu adalah Bisma. Aku berlari kecil menuju pintu utama rumahku, lalu membukanya.
"Happy 3rd anniversary"ujar Bisma sembari memberiku sebuah boneka teddy yang sangat besar
Aku tersenyum.
"Terima kasih. Ya udah, aku naruh ini di kamar dulu ya"aku
Bisma mengangguk.
Sampainya di kampus, aku mengajak Bisma duduk di bangku taman kampus.
"Aku juga punya sesuatu loh buat kamu"ujarku
"Apa coba lihat?"Bisma
"Taraaa...."teriakku sembari memperlihatkan lunch box beruang kesayanganku
Bisma segera membukanya.
"Brownies? Kamu beli dimana? Hmm...kayaknya enak"girang Bisma
Bisma segera menggigitnya.
"Ih...kok beli sih? Aku buat sendiri loh. Tadi aku sengaja bangun pagi buat bikin brownies ini"ujarku
"Oh ya? Wah, kamu pinter juga bikin brownies. Dicobain nih, enak banget tahu!"Bisma menyuapiku sebuah brownies
Ternyata benar. Brownies buatanku lumayan enak. Aku dan Bisma memakan brownies itu berdua.
Saat jam istirahat, aku dan Bisma ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Kami mengerjakan tugas itu bersama.
"Aduh...kepalaku pusing nih"keluh Bisma sembari menghentikan aktifitasnya
"Kalau susah tinggal aja Bis! Nanti biar aku yang kerjain"ujarku
Bisma mengangguk.
"Mau aku belikan minum?"tanya Bisma
"Nggak usah Bis. Lagian kamu katanya pusing. Tidur aja gih!"aku
"Udah nggak begitu pusing kok. Tunggu sebentar ya!"ucap Bisma kemudian beranjak dari tempat duduknya
Sekitar lima menit kemudian, Bisma kembali. Ia membawakan jus strawberry untukku. Aku menerimanya, kemudian mengucapkan terima kasih. Setelah itu, kami kembali mengerjakan tugas.
Sore harinya saat pulang, aku dan Bisma melewati ruang kesehatan. Ada sebuah timbangan di depan ruangan itu. Akupun tertarik untuk menimbang berat badanku.
"Yah....naik dua kilo"keluhku
"Coba kamu Bis!"pintaku
Kini Bisma yang tengah berdiri di atas timbangan itu.
"49"Bisma
"Artinya, berat badan kamu turun lima kilo dong Bis?"tanyaku
"Iya. Nggak papa lah"Bisma
"Kok drastis banget sih?"aku
"Ssstt...jangan terlalu dipikirkan lah! Lagian kan wajar, habis adaptasi di tempat baru"Bisma
Aku mengangguk mengerti.
Kemudian, Bisma merangkulku menuju parkiran.
Tiga bulan berlalu. Bisma tengah bermain catur dengan papaku di ruang tamu. Aku melihat keakraban mereka dari balik pintu. Kemudian, aku menghampiri keduanya.
"Ayo Bis!"ajakku
"Ya sudah, selamat bersenang-senang! Ingat, jangan pulang terlalu malam!"pesan papa
Aku mengangguk mantap. Aku dan Bisma mencium punggung  tangan papa, lalu pergi.
Kini aku dan Bisma telah sampai di sebuah restoran. Bisma menggandeng tanganku memasuki area restoran. Disana sudah ada tante Ida, kak Shela, dan kak Rangga. Tante Ida mempersilahkanku duduk di dekatnya. Kemudian, Bisma duduk disampingku. Kemudian, kami terhanyut dalam perbincangan hangat yang cukup panjang.
Pukul 21.00, aku dan Bisma sampai di halaman rumahku.
"Putri"panggil Bisma
Aku menatapnya. Dia balas menatapku dalam.
"Coba kamu tutup mata!"Bisma
"Kenapa?"tanyaku
"Sudah, tutup mata aja!"Bisma
Akupun menutup mataku. Beberapa saat kemudian, Bisma memintaku membuka mata. Terlihat gelang berwarna silver yang cantik melingkar di pergelangan tanganku.
"I...ini?"kagetku
"Buat kamu. Ya sebagai tanda aja kalau kamu punyaku. Itu aku belinya pakai uangku sendiri kok. Aku nabung dari awal kita masuk kuliah"Bisma
Setetes air mataku terjatuh. Di detik berikutnya, aku memeluk erat tubuh lelaki yang sangat aku cintai itu.
"Terima kasih ya Bis"lirihku
"Ayolah, jangan nangis!"Bisma membalas pelukanku
"Aku sayang kamu"lanjut Bisma
"Aku lebih sayang sama kamu"balasku
"Tapi aku paling sayang sama kamu"balas Bisma sambil melepas pelukan kami
Perlahan, Bisma menghapus air mataku. Aku tersenyum padanya.
Suatu hari, aku mendapat kabar bahwa Bisma masuk rumah sakit. Akupun segera pergi ke rumah sakit dimana ia di rawat. Terlihat tante Ida menangis di lorong rumah sakit.
"Bisma kenapa tante?"tanyaku khawatir
Tante Ida menggeleng.
"Tante nggak tahu. Tadi dia mengeluh kepalanya sakit, lalu tiba-tiba dia pingsan, Put"tangis tante Ida
Aku mendekapnya, berusaha menenangkannya. Beberapa waktu kemudian, dokter keluar. Tante Ida mengikuti dokter hingga ke ruangannya. Sementara aku masuk ke ruangan dimana Bisma dirawat. Aku duduk di kursi samping tempat tidurnya. Kedua tanganku menggenggam erat tangan kanan Bisma. Beberapa kali, aku mencium tangan itu.
Tak lama kemudian, seseorang menarikku lalu memelukku erat. Beliau adalah tante Ida. Beliau menangis histeris dalam dekapanku.
"Ada apa tante? Bisma kenapa? Bisma sakit apa?"tanyaku
"B..Bisma mengidap kanker otak, Put"tante Ida
Aku tak dapat berucap apapun. Air mataku mulai jatuh dipipiku. Bagaimana bisa cowok sekuat Bisma menderita penyakit separah itu? Ini benar-benar tak masuk akal bagiku. Aku begitu hancur mendengar kata "kanker". Pikiranku melayang jauh entah kemana.
Setelah Bisma sadar, aku menyuapinya makan malam. Aku berusaha tersenyum dan terlihat tegar di depannya. Sebab aku tahu, yang ia butuhkan bukan air mataku. Melainkan doa dan semangat dariku.
"Kamu nginep sini?"tanya Bisma
Aku mengangguk.
"Besok kuliahnya gimana?"Bisma
"Males. Aku mau disini aja sampai kamu sembuh"aku
Bisma tersenyum.
"Kamu sudah makan?"tanyanya lagi
Aku menggeleng.
"Kamu makan dulu gih! Nanti giliran kamu lagi yang sakit"Bisma
"Nanti deh. Aaa....ayo habisin dulu makanannya!"aku
"Selalu senyum ya! Aku nggak mau penyakitku jadi beban buat kamu. Aku nggak papa kok. Aku janji akan berusaha kuat agar bisa bersama dan menjaga kamu selamanya"lirih Bisma
Bendungan air mataku serasa semakin berat.
"Janji ya Bis, kamu nggak boleh ninggalin aku! Apapun yang terjadi, kamu harus selalu di sampingku!"isakku
"Aku janji. Kamu jangan nangis!"Bisma menghapus air mataku
Di malam tahun baru, Bisma mengajakku ke alun-alun kota yang sudah sangat ramai. Kami duduk di trotoar sembari menikmati manisnya arum manis. Bisma mengenakan topi hip-hop untuk menutupi rambutnya yang nyaris gundul.
"Besok kamu harus kemoterapi. Jam 9 aku usahain sampai di rumahmu"ujarku
"Besok itu tahun baru. Lebih baik kamu berkumpul dengan keluargamu"Bisma
"Iya. Tapi sebelum itu aku antar kamu kemo dulu. Sudah deh Bis, nurut aja!"teguhku
Bisma tersenyum lalu menarik kepalaku untuk bersandar di bahunya
Satu jam kemudian, gempita tahun baru meramaikan alun-alun kota. Suara terompet, kembang api, riuh masyarakat membuat Bisma merasa tak nyaman. Aku segera mengajaknya pulang naik taxi. Malam ini giliran aku yang mengantarkannya sampai rumah.
Pukul 09.30 aku dan Bisma sampai di rumah sakit. Kini kami berada di ruang rawat Bisma. Kami bercanda tawa berdua sebelum beberapa orang perawat datang dan membawa Bisma ke ruangan khusus kemoterapi. Aku menunggunya di luar ruangan. Beberapa waktu kemudian, Bisma dipindahkan ke ruang rawat biasa. Aku menunggunya hingga ia sadar seperti biasa. Ini adalah kemo keempat yang Bisma jalani. Dan sekalipun, aku belum pernah absen untuk menemaninya. Aku tak pernah merasa bosan. Bahkan saat mulai merasa mengantuk, aku memainkan hand phonku.
Dua tahun kemudian, aku mendorong sebuah kursi roda menuju danau yang cukup luas. Kemudian, aku bersimpuh di sampingnya.
"Kamu capek?"tanya seorang pria yang duduk di atas kursi roda itu, Bisma
Aku menggeleng sembari tersenyum.
"Maaf ya, aku sering merepotkanmu"Bisma
"Kamu bicara apa sih Bis? Aku tidak merasa di repotkan. Kamu disisiku saja aku sudah senang"balasku
"Tapi sekarang aku hanyalah laki-laki lemah yang entah kapan akan segera meninggalkanmu, Put"Bisma
"Kamu pernah berjanji untuk nggak akan pergi dari aku. Aku percaya kamu akan menepati janjimu itu. Sebab aku tahu, kamu cinta sama aku"lirihku
Bisma memelukku dengan posisinya yang masih terduduk di kirsi roda.
"Bahkan sampai detik terakhirpun, aku akan tetap berusaha. Aku akan selalu di sampingmu"Bisma
Aku menangis haru dalam pelukan Bisma.
Aku tahu. Cepat atau lambat ia akan pergi. Segala usaha untuk melenyapkan penyakit itu berakhir sia-sia. Bahkan kini, Bisma telah sampai pada stadium akhir kanker otak yang di deritanya. Dan tahun depan, aku akan menjalani wisuda.
Aku membantu Bisma berdiri. Lalu menuntunnya untuk duduk di atas rerumputan.
"Aku punya sesuatu buat kamu"Bisma
"Apa?"tanyaku
Bisma mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak berwarna merah. Perlahan, ia buka kotak itu. Isinya adalah sebuah cincin yang sangat cantik.
"Kamu simpan ya cincin ini! Aku akan memasangkannya di hari pertunangan kita. Tapi, jika aku tak dapat memasangkannya di jari manismu, kamu simpan saja cincin ini. Biarlah jari manismu terisi cincin lain"Bisma
"Maksud kamu?"lirihku menahan pilu
"Aku hanya ingin kamu selalu siap dengan semua kemungkinan, Put. Aku tidak mau kamu terlalu sedih nantinya"Bisma
Aku memeluk Bisma seerat mungkin. Rasanya, aku tak pernah ingin melepaskannya.
Satu tahun berlalu. Aku menutup buku diaryku setelah menulis kisah yang cukup panjang. Aku menarik napas dalam-dalam, menikmati kesejukan area danau. Wisuda telah aku lewati dua minggu yang lalu. Dan kini aku memulai dunia baruku sebagai seorang editor di sebuah perusahaan penerbit. Hari-hari berjalan sangat cepat. Hari ini adalah 7th anniversary ku bersama Bisma. Namun sayang. Aku tak dapat lagi merayakannya bersama Bisma. Ia telah pergi dua minggu lalu. Ia menghembuskan napas terakhirnya tepat saat hari wisudaku.
Pesan terakhirnya adalah memintaku untuk selalu bahagia. Selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan. Ikhlas dalam menjalani segala cobaan, tak larut dalam kesedihan mendalam. Hidupku masih panjang. Masih banyak yang harus aku perjuangkan. Bisma. Biarkan dia tetap tinggal di hatiku. Aku yakin, kini ia tengah menungguku di pintu menuju kebahagiaan abadi. Suatu hari aku akan kembali padanya. Dan aku akan berbahagia dengannya selamanya. Namun nanti. Setelah seluruh tugas dan kewajibanku di dunia selesai.