Cinta
Putih
Entah bagaimana
awal cerita ini. Yang ku tahu, aku adalah gadis yang sangat beruntung. Aku
mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintaiku. Namanya Bisma. Dia memang
pria dingin, keras kepala dan cuek. Dia juga suka berbuat semaunya terhadap
siapa saja. Tetapi, dibalik sifat buruknya itu, tersimpan kehangatan dan
ketulusan. Selama hampir tiga tahun menjalin hubungan dengannya, dia sering
membuatku kesal, membentakku dan berbuat semaunya padaku. Tapi dia sendiri juga
yang menyembuhkan kekesalan dan kesakitanku itu. Aku berharap, dialah pria yang
digariskan Tuhan untukku. Dia adalah pria paling aku cintai setelah ayah.
Selain Bisma,
orang yang membuatku merasa sangat beruntung adalah Lisa. Dia sahabat terbaikku
sejak awal masuk SMP. Dan kini, aku dengannya juga kuliah di tempat yang sama,
hanya jurusannya saja yang berbeda. Dia mengambil jurusan Ekonomi, sedangkan
aku kedokteran. Sejak dulu, dia menjadi orang kepercayaanku untuk berbagi
cerita, termasuk kisah tentang hubunganku dengan Bisma. Dia selalu bisa
memberikan solusi di setiap masalah yang aku hadapi.
Dua hari yang
lalu, Bisma masuk rumah sakit karena terinfeksi bakteri Salmonella Typhosa. Ya,
dia sakit Typhus. Sore ini, aku akan datang menjenguknya. Aku membawakannya
parsel buah. Sampainya di depan ruang rawatnya, aku langsung membuka pintu.
Terlihat disana Bisma tak sendirian. Dia ditemani seorang gadis cantik yang tak
asing lagi bagiku. Gadis itu menggenggam jemari Bisma. Aku tersenyum ke arah
mereka. Gadis itu melepas jemari Bisma lalu berjalan ke arahku. Dia adalah
Lisa.
"Hay..maaf aku tidak bilang kalau
mau kesini"ucapnya
Aku mengangguk mengerti
"Makasih ya, kamu udah jagain
Bisma"kataku
Aku dan Lisa
berjalan ke tempat tidur Bisma. Aku meletakkan parsel buah yang ku bawa di atas
meja.
"Makasih ya Chika sayang"Bisma
Aku tersenyum.
"Maaf aku baru datang. Jadwal hari
ini padat banget"ucapku membelai pipi Bisma
"Aku ngerti kok"Bisma
tersenyum manis padaku
"Kan udah ada Chika, aku pamit
pulang dulu ya"Lisa
Bisma dan aku mengangguk. Lisa pun
pergi.
"Apa kata dokter?"tanyaku
sambil duduk di kursi samping tempat tidur Bisma
"Besok aku udah boleh pulang. Kamu
akan datang kan?"Bisma
"Aku usahain ya"aku
Bisma tersenyum.
"Aku kupasin apel ya. Pasti hari
ini kamu belum makan buah"tawarku
Bisma hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Senang deh kalau dapat perhatian
dari kamu"Bisma
"Apa deh? Perasaan aku selalu
perhatiin kamu. Kamu aja yang nggak peka"aku
"Ya kan sejak kamu kuliah kita jadi
jarang jalan bareng. Habis kamu kuliahnya pulang sore terus"Bisma
"Ya maaf..Sabar ya, tinggal dua
tahun lagi kok"aku
"Hmm...lama banget"keluh Bisma
Aku hanya terkekeh.
Selesai mengupas apel, aku menyuapkannya
pada Bisma. Bisma tersenyum, pertanda ia menyukainya.
Hari telah
berganti. Seperti yang Bisma pinta, hari ini aku ke rumah sakit. Ternyata mama
Bisma sudah disana. Aku bersalaman dengan beliau.
"Maaf aku telat
kesininya"kataku meminta maaf
"Enggak kok. Kamu nggak
telat"Bisma tersenyum dan menggenggam tanganku
"Semua udah siap, kita pulang
sekarang yuk!"ajak mama Bisma setelah mengemas barang-barang Bisma
"Eh..sebentar tante. Tadi Chika
ajakin Lisa kesini. Paling dia lagi di jalan, kasihan kalau ditinggal"aku
Bisma dan mamanya tersenyum dan
mengangguk.
"Kamu sama Lisa memang nggak bisa
dipisahin ya? Dimana ada kamu, disitu ada Lisa"puji mama Bisma
Tak lama
kemudian, Lisa datang. Kamipun segera meninggalkan rumah sakit. Aku mendorong
kursi roda Bisma hingga depan rumah sakit. Setelah itu, kami pulang dengan
mobil keluarga Bisma. Sampainya di rumah Bisma, aku mengantarnya hingga ke
kamar. Sedangkan Lisa memilih beristirahat di ruang tamu.
"Makasih ya"Bisma
"Udah tugas aku juga"balasku
"Nggak nyesel deh macarin
kamu"Bisma
Aku tersenyum malu.
"Yaudah, aku keluar dulu ya.
Kasihan Lisa sendirian. Kamu istirahat yang banyak biar cepet
sembuh!"kataku
Bisma tersenyum dan mengangguk.
Aku bergegas keluar dan menemui Lisa.
"Pulang yuk! Aku capek banget
nih"Lisa
Kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Hari ini,
sepulang kuliah Bisma mengajakku makan siang. Aku menunggunya di restoran biasa
kami makan. Sudah hampir satu jam aku menunggu, Bisma tak kunjung datang. Aku
mencoba menelfonnya, tapi tak diangkat. Pesan yang aku kirimkan pun tak ia
balas. Aku mulai bosan dan kesal. Tiba-tiba ponselku berbunyi, pertanda sebuah
pesan masuk. Akupun membukanya, dan ternyata itu pesan dari Bisma. Isinya...
'Chika, maaf ya siang ini kita tidak
jadi makan bareng. Aku ada urusan mendadak'
Aku hanya dapat menghembus nafas panjang
lalu pulang. Jujur aku sedikit kecewa. Tapi ya sudahlah. Bisma juga punya dunia
sendiri yang harus dia jalani.
Malam harinya,
Lisa main ke rumahku. Aku mengajaknya untuk sekalian menginap karena kebetulan
besok hari Minggu, dan dia setuju. Aku menceritakan tentang kejadian siang tadi
padanya.
"Aku yakin Bisma punya alasan atas
semua ini"Lisa
"Iya, aku tahu dan aku percaya
padanya"kataku
"Kebalikan ya. Hari ini kamu kesal,
tapi hari ini aku lagi seneng banget"Lisa
"Kenapa?"tanyaku
"Aku punya seseorang yang
spesial"jawab Lisa
"Oh ya? Kamu tidak pernah cerita
kalau kamu lagi dekat dengan seseorang. Siapa pria beruntung itu?"tanyaku
"Ah..nanti saja"Lisa
"Ayolah..beri tahu aku! Oh iya,
sejak kapan kalian pacaran? Baru aja ya?"kepoku
"Hehe...kami udah pacaran sekitar
setahunan. Awalnya aku kira dia hanya main-main denganku, makanya aku nggak
cerita sama kamu. Tapi dugaanku salah. Tadi dia juga ngajak aku makan siang"Lisa
"Ah..aku jadi kepo deh"kesalku
"Nanti kalau udah saatnya pasti aku
kenalin pacarku ke kamu"Lisa
Langit sudah
berubah menjadi terang. Aku dan Lisa baru saja cuci muka. Tiba-tiba terdengar
pintu rumahku diketuk. Tak lama kemudian, mamaku berteriak.
"Chika..ada Bisma tuh! Dia ngajakin
kamu jogging"teriak mama
"Bisma? Ngajakin aku jogging?
Tumben"aku
"Udahlah..samperin aja!"Lisa
Aku mengangguk.
"Tapi aku ikut ya?"Lisa
"Iya iya. Ayo!"ajakku
Aku dan Lisa segera menuju ruang tamu
untuk menemui Bisma. Bisma tersenyum ke arah kami.
"Udah siap?"Bisma
"Gini aja nggak papa kan ya
Bis?"tanyaku
"Tinggal pakai sepatu
aja"Bisma
Aku dan Lisa segera memakai sepatu. Lalu
kamipun jogging mengitari komplek. Lima belas menit kemudian, kami beristirahat
di taman.
"Aku beliin minum dulu
ya"Bisma
Aku mengangguk.
Tak lama kemudian Bisma kembali membawa
tiga botol air mineral. Satu untukku, satu untuk Lisa, dan satu untuk dirinya
sendiri.
"Capek ya?"tanya Bisma
Aku dan Lisa mengangguk.
"Ya udah habis ini pulang aja
ya?"Bisma
"Iya"jawabku
Satu bulan berlalu.....
Malam ini, Bisma
mengajakku bertemu di restoran dimana dia menembakku dulu. Dia bilang, ada
suatu hal penting yang ingin ia katakan padaku. Apa mungkin ia ingin
membicarakan hubungan kami? Apa dia akan mengajakku bertunangan? Entahlah, tapi
aku sangat berharap, apa yang aku bayangkan akan jadi kenyataan. Aku mengenakan
dress ungu tua kesayanganku. Pukul 7 malam, aku sampai di restoran. Bisma belum
datang, dan aku menunggunya. Tak lama kemudian, Bisma datang. Kelihatannya, ia
tak sendirian. Ia bersama seorang gadis yang mengenakan dress biru laut
selutut.
"Lisa?"kagetku
Bisma dan Lisa menghampiriku lalu duduk berhadapan
denganku.
"Maaf aku telat"Bisma
"Apa yang mau kamu bicarakan sama
aku?"tanyaku
Jantungku berdebar kencang saat tiba-tiba
Lisa memeluk lengan Bisma.
Aku mencoba
menenangkan hati dan terus berpikir positif.
"Lisa!"tegurku
"Chika, sepertinya hubungan kita
cukup sampai disini"Bisma
Kata-kata Bisma berhasil membuat
jantungku seolah berhenti berdetak.
"Maksud kamu apa? Kamu bercanda
kan?"aku masih terus berusaha untuk berpikir positif
Bisma menggenggam tangan Lisa yang
ada di lengannya.
"Ada apa ini?"tanyaku
"Selama ini, aku juga pacaran
dengan Lisa. Dan...sekarang aku memutuskan untuk memilihnya"Bisma
"Ini nggak lucu Bis"kataku
"Ini serius. Aku memang pernah
sayang sama kamu. Tapi sekarang nggak lagi. Aku cinta sama Lisa. Hanya Lisa. Maaf"Bisma
"Tap..tapi kenapa? Kita tidak habis
bertengkar. Hubungan kita baik-baik saja"tanyaku dengan air mata mulai
menetes
"Aku nggak tahu. Perasaan ini
tumbuh begitu saja"Bisma
"Maaf Chika, Bisma adalah pria yang
aku ceritakan padamu sebulan lalu"Lisa mulai buka mulut
Aku terdiam. Air mataku semakin deras
mengalir dipipiku.
Bisma dan Lisa
bangkit dari duduknya. Mereka hendak pergi.
"Kenapa kamu tega Bis? Kenapa kamu
mencoreng cinta putih kita? Cinta yang kita jalani selama tiga tahun. Kenapa
kalian tega khianatin aku seperti ini? Apa kalian tidak memikirkan perasaanku?
Kenapa dengan mudahnya kalian bisa mengatakan ini?"tanyaku bertubi-tubi
Bisma dan Lisa menghentikan langkahnya.
Bisma berbalik ke arahku.
"Lebih baik kamu lupakan aku!
Anggap kita tidak pernah kenal sebelumnya!"pinta Bisma
Aku menggeleng tak percaya dengan apa
yang Bisma katakan.
"Kamu jahat Bisma, Lisa. Kalian
jahat!"teriakku
Bisma kembali kesisi Lisa, lalu pergi
meninggalkanku.
Entahlah, apa
yang membuat mereka tega mengkhianatiku. Aku begitu menyayangi dan mempercayai
keduanya. Tapi ini balasan mereka? Aku sangat kecewa. Cinta yang selalu aku
jaga, terus aku pertahankan, kini lenyap begitu saja di tangan sahabatku.
Sahabat tempatku berbagi cerita. Seketika kasih sayang dan kepercayaan itu
berubah menjadi kekecewaan dan kebencian yang terpatri di hatiku. Aku tak
pernah menyangka, mereka tega menyakitiku hingga seperti ini.
Satu minggu
kemudian, aku memutuskan pindah ke Sidney dan tinggal bersama orang tuaku
disana. Aku melanjutkan kuliahku di Sidney. Aku ingin melupakan semua kenangan
menyakitkan ini. Ku harap, ini adalah keputusan paling tepat untukku. Biarlah
Bisma dan Lisa bahagia disini. Aku yakin, aku akan mendapat kebahagiaan yang
lebih besar kelak. Dan aku akan dapatkan pendamping yang jauh lebih baik,
pendamping yang tulus mencintaiku dan tak akan pernah mengkhianatiku. Aku
percaya, jalan Tuhan adalah yang terbaik, meski kadang terasa menyakitkan pada
mulanya.
END