Kamis, 25 Desember 2014

cerpen-Cinta Putih



Cinta Putih

Entah bagaimana awal cerita ini. Yang ku tahu, aku adalah gadis yang sangat beruntung. Aku mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintaiku. Namanya Bisma. Dia memang pria dingin, keras kepala dan cuek. Dia juga suka berbuat semaunya terhadap siapa saja. Tetapi, dibalik sifat buruknya itu, tersimpan kehangatan dan ketulusan. Selama hampir tiga tahun menjalin hubungan dengannya, dia sering membuatku kesal, membentakku dan berbuat semaunya padaku. Tapi dia sendiri juga yang menyembuhkan kekesalan dan kesakitanku itu. Aku berharap, dialah pria yang digariskan Tuhan untukku. Dia adalah pria paling aku cintai setelah ayah.
Selain Bisma, orang yang membuatku merasa sangat beruntung adalah Lisa. Dia sahabat terbaikku sejak awal masuk SMP. Dan kini, aku dengannya juga kuliah di tempat yang sama, hanya jurusannya saja yang berbeda. Dia mengambil jurusan Ekonomi, sedangkan aku kedokteran. Sejak dulu, dia menjadi orang kepercayaanku untuk berbagi cerita, termasuk kisah tentang hubunganku dengan Bisma. Dia selalu bisa memberikan solusi di setiap masalah yang aku hadapi.
Dua hari yang lalu, Bisma masuk rumah sakit karena terinfeksi bakteri Salmonella Typhosa. Ya, dia sakit Typhus. Sore ini, aku akan datang menjenguknya. Aku membawakannya parsel buah. Sampainya di depan ruang rawatnya, aku langsung membuka pintu. Terlihat disana Bisma tak sendirian. Dia ditemani seorang gadis cantik yang tak asing lagi bagiku. Gadis itu menggenggam jemari Bisma. Aku tersenyum ke arah mereka. Gadis itu melepas jemari Bisma lalu berjalan ke arahku. Dia adalah Lisa.
"Hay..maaf aku tidak bilang kalau mau kesini"ucapnya
Aku mengangguk mengerti
"Makasih ya, kamu udah jagain Bisma"kataku

Aku dan Lisa berjalan ke tempat tidur Bisma. Aku meletakkan parsel buah yang ku bawa di atas meja.
"Makasih ya Chika sayang"Bisma
Aku tersenyum.
"Maaf aku baru datang. Jadwal hari ini padat banget"ucapku membelai pipi Bisma
"Aku ngerti kok"Bisma tersenyum manis padaku
"Kan udah ada Chika, aku pamit pulang dulu ya"Lisa
Bisma dan aku mengangguk. Lisa pun pergi.
"Apa kata dokter?"tanyaku sambil duduk di kursi samping tempat tidur Bisma
"Besok aku udah boleh pulang. Kamu akan datang kan?"Bisma
"Aku usahain ya"aku
Bisma tersenyum.
"Aku kupasin apel ya. Pasti hari ini kamu belum makan buah"tawarku
Bisma hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Senang deh kalau dapat perhatian dari kamu"Bisma
"Apa deh? Perasaan aku selalu perhatiin kamu. Kamu aja yang nggak peka"aku
"Ya kan sejak kamu kuliah kita jadi jarang jalan bareng. Habis kamu kuliahnya pulang sore terus"Bisma
"Ya maaf..Sabar ya, tinggal dua tahun lagi kok"aku
"Hmm...lama banget"keluh Bisma
Aku hanya terkekeh.
Selesai mengupas apel, aku menyuapkannya pada Bisma. Bisma tersenyum, pertanda ia menyukainya.
Hari telah berganti. Seperti yang Bisma pinta, hari ini aku ke rumah sakit. Ternyata mama Bisma sudah disana. Aku bersalaman dengan beliau.
"Maaf aku telat kesininya"kataku meminta maaf
"Enggak kok. Kamu nggak telat"Bisma tersenyum dan menggenggam tanganku
"Semua udah siap, kita pulang sekarang yuk!"ajak mama Bisma setelah mengemas barang-barang Bisma
"Eh..sebentar tante. Tadi Chika ajakin Lisa kesini. Paling dia lagi di jalan, kasihan kalau ditinggal"aku
Bisma dan mamanya tersenyum dan mengangguk.
"Kamu sama Lisa memang nggak bisa dipisahin ya? Dimana ada kamu, disitu ada Lisa"puji mama Bisma
Tak lama kemudian, Lisa datang. Kamipun segera meninggalkan rumah sakit. Aku mendorong kursi roda Bisma hingga depan rumah sakit. Setelah itu, kami pulang dengan mobil keluarga Bisma. Sampainya di rumah Bisma, aku mengantarnya hingga ke kamar. Sedangkan Lisa memilih beristirahat di ruang tamu.
"Makasih ya"Bisma
"Udah tugas aku juga"balasku
"Nggak nyesel deh macarin kamu"Bisma
Aku tersenyum malu.
"Yaudah, aku keluar dulu ya. Kasihan Lisa sendirian. Kamu istirahat yang banyak biar cepet sembuh!"kataku
Bisma tersenyum dan mengangguk.
Aku bergegas keluar dan menemui Lisa.
"Pulang yuk! Aku capek banget nih"Lisa
Kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Hari ini, sepulang kuliah Bisma mengajakku makan siang. Aku menunggunya di restoran biasa kami makan. Sudah hampir satu jam aku menunggu, Bisma tak kunjung datang. Aku mencoba menelfonnya, tapi tak diangkat. Pesan yang aku kirimkan pun tak ia balas. Aku mulai bosan dan kesal. Tiba-tiba ponselku berbunyi, pertanda sebuah pesan masuk. Akupun membukanya, dan ternyata itu pesan dari Bisma. Isinya...
'Chika, maaf ya siang ini kita tidak jadi makan bareng. Aku ada urusan mendadak'
Aku hanya dapat menghembus nafas panjang lalu pulang. Jujur aku sedikit kecewa. Tapi ya sudahlah. Bisma juga punya dunia sendiri yang harus dia jalani.
Malam harinya, Lisa main ke rumahku. Aku mengajaknya untuk sekalian menginap karena kebetulan besok hari Minggu, dan dia setuju. Aku menceritakan tentang kejadian siang tadi padanya.
"Aku yakin Bisma punya alasan atas semua ini"Lisa
"Iya, aku tahu dan aku percaya padanya"kataku
"Kebalikan ya. Hari ini kamu kesal, tapi hari ini aku lagi seneng banget"Lisa
"Kenapa?"tanyaku
"Aku punya seseorang yang spesial"jawab Lisa
"Oh ya? Kamu tidak pernah cerita kalau kamu lagi dekat dengan seseorang. Siapa pria beruntung itu?"tanyaku
"Ah..nanti saja"Lisa
"Ayolah..beri tahu aku! Oh iya, sejak kapan kalian pacaran? Baru aja ya?"kepoku
"Hehe...kami udah pacaran sekitar setahunan. Awalnya aku kira dia hanya main-main denganku, makanya aku nggak cerita sama kamu. Tapi dugaanku salah. Tadi dia juga ngajak aku makan siang"Lisa
"Ah..aku jadi kepo deh"kesalku
"Nanti kalau udah saatnya pasti aku kenalin pacarku ke kamu"Lisa
Langit sudah berubah menjadi terang. Aku dan Lisa baru saja cuci muka. Tiba-tiba terdengar pintu rumahku diketuk. Tak lama kemudian, mamaku berteriak.
"Chika..ada Bisma tuh! Dia ngajakin kamu jogging"teriak mama
"Bisma? Ngajakin aku jogging? Tumben"aku
"Udahlah..samperin aja!"Lisa
Aku mengangguk.
"Tapi aku ikut ya?"Lisa
"Iya iya. Ayo!"ajakku
Aku dan Lisa segera menuju ruang tamu untuk menemui Bisma. Bisma tersenyum ke arah kami.
"Udah siap?"Bisma
"Gini aja nggak papa kan ya Bis?"tanyaku
"Tinggal pakai sepatu aja"Bisma
Aku dan Lisa segera memakai sepatu. Lalu kamipun jogging mengitari komplek. Lima belas menit kemudian, kami beristirahat di taman.
"Aku beliin minum dulu ya"Bisma
Aku mengangguk.
Tak lama kemudian Bisma kembali membawa tiga botol air mineral. Satu untukku, satu untuk Lisa, dan satu untuk dirinya sendiri.
"Capek ya?"tanya Bisma
Aku dan Lisa mengangguk.
"Ya udah habis ini pulang aja ya?"Bisma
"Iya"jawabku

Satu bulan berlalu.....

Malam ini, Bisma mengajakku bertemu di restoran dimana dia menembakku dulu. Dia bilang, ada suatu hal penting yang ingin ia katakan padaku. Apa mungkin ia ingin membicarakan hubungan kami? Apa dia akan mengajakku bertunangan? Entahlah, tapi aku sangat berharap, apa yang aku bayangkan akan jadi kenyataan. Aku mengenakan dress ungu tua kesayanganku. Pukul 7 malam, aku sampai di restoran. Bisma belum datang, dan aku menunggunya. Tak lama kemudian, Bisma datang. Kelihatannya, ia tak sendirian. Ia bersama seorang gadis yang mengenakan dress biru laut selutut.
"Lisa?"kagetku
Bisma dan Lisa menghampiriku lalu duduk berhadapan denganku.
"Maaf aku telat"Bisma
"Apa yang mau kamu bicarakan sama aku?"tanyaku
Jantungku berdebar kencang saat tiba-tiba Lisa memeluk lengan Bisma.
Aku mencoba menenangkan hati dan terus berpikir positif.
"Lisa!"tegurku
"Chika, sepertinya hubungan kita cukup sampai disini"Bisma
Kata-kata Bisma berhasil membuat jantungku seolah berhenti berdetak.
"Maksud kamu apa? Kamu bercanda kan?"aku masih terus berusaha untuk berpikir positif
Bisma menggenggam tangan Lisa yang ada  di lengannya.
"Ada apa ini?"tanyaku
"Selama ini, aku juga pacaran dengan Lisa. Dan...sekarang aku memutuskan untuk memilihnya"Bisma
"Ini nggak lucu Bis"kataku
"Ini serius. Aku memang pernah sayang sama kamu. Tapi sekarang nggak lagi. Aku cinta sama Lisa. Hanya Lisa. Maaf"Bisma
"Tap..tapi kenapa? Kita tidak habis bertengkar. Hubungan kita baik-baik saja"tanyaku dengan air mata mulai menetes
"Aku nggak tahu. Perasaan ini tumbuh begitu saja"Bisma
"Maaf Chika, Bisma adalah pria yang aku ceritakan padamu sebulan lalu"Lisa mulai buka mulut
Aku terdiam. Air mataku semakin deras mengalir dipipiku.
Bisma dan Lisa bangkit dari duduknya. Mereka hendak pergi.
"Kenapa kamu tega Bis? Kenapa kamu mencoreng cinta putih kita? Cinta yang kita jalani selama tiga tahun. Kenapa kalian tega khianatin aku seperti ini? Apa kalian tidak memikirkan perasaanku? Kenapa dengan mudahnya kalian bisa mengatakan ini?"tanyaku bertubi-tubi
Bisma dan Lisa menghentikan langkahnya. Bisma berbalik ke arahku.
"Lebih baik kamu lupakan aku! Anggap kita tidak pernah kenal sebelumnya!"pinta Bisma
Aku menggeleng tak percaya dengan apa yang Bisma katakan.
"Kamu jahat Bisma, Lisa. Kalian jahat!"teriakku
Bisma kembali kesisi Lisa, lalu pergi meninggalkanku.
Entahlah, apa yang membuat mereka tega mengkhianatiku. Aku begitu menyayangi dan mempercayai keduanya. Tapi ini balasan mereka? Aku sangat kecewa. Cinta yang selalu aku jaga, terus aku pertahankan, kini lenyap begitu saja di tangan sahabatku. Sahabat tempatku berbagi cerita. Seketika kasih sayang dan kepercayaan itu berubah menjadi kekecewaan dan kebencian yang terpatri di hatiku. Aku tak pernah menyangka, mereka tega menyakitiku hingga seperti ini.
Satu minggu kemudian, aku memutuskan pindah ke Sidney dan tinggal bersama orang tuaku disana. Aku melanjutkan kuliahku di Sidney. Aku ingin melupakan semua kenangan menyakitkan ini. Ku harap, ini adalah keputusan paling tepat untukku. Biarlah Bisma dan Lisa bahagia disini. Aku yakin, aku akan mendapat kebahagiaan yang lebih besar kelak. Dan aku akan dapatkan pendamping yang jauh lebih baik, pendamping yang tulus mencintaiku dan tak akan pernah mengkhianatiku. Aku percaya, jalan Tuhan adalah yang terbaik, meski kadang terasa menyakitkan pada mulanya.



END

Sabtu, 20 Desember 2014

cerpen-Rival



Rival

Puteri bungsu tuan Rifky Tanubrata, itulah aku. Aku adalah anggota keluarga termuda di keluarga besar Tanubrata. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Keluargaku mempunyai musuh besar, yaitu keluarga Soekarta. Keluargaku dan keluarga Soekarta sudah bermusuhan sejak lama. Aku sendiri tidak tahu, apa penyebabnya. Tapi kata kakek, penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Tapi aku sendiri sebenarnya tidak setuju dengan permusuhan itu. Sebab, hatiku terpikat oleh salah seorang anggota keluarga Soekarta, yaitu Bisma Karisma Soekarta.
Seperti biasa, aku berangkat sekolah bersama saudara-saudaraku. Aku satu mobil dengan kakakku, Rafael Landry Tanubrata. Saudara-saudaraku yang lain diantaranya kak Reza, kak Ilham, dan kak Dicky. Kami sekolah di tempat yang sama, yaitu SMA Galaxy. Sementara anak-anak kekuarga Soekarta, yaitu Rangga Moela Soekarta, Bisma  Karisma Soekarta dan Handi Morgan Soekarta bersekolah di SMA Semesta. Sekolah kamipun bermusuhan. Dan karena keluargaku sangat kaya raya dan terkenal, kak Rafael diangkat sebagai ketua di sekolah kami. Sama halnya dengan keluarga Soekarta. Rangga, putra sulung keluarga Soekarta pun diangkat menjadi ketua di SMA Semesta.
Saat jam istirahat, aku ke base camp saudara-saudaraku. Terlihat wajah kakak dan sepupu-sepupuku begitu tegang. Dan pembicaraan langsung terhenti ketika aku datang.
"Kalian lagi ngomongin apa sih?"tanyaku
"Kamu sudah datang? Ayo duduk!"kak Rafael
Aku duduk di samping kak Rafael.
"Apa ada masalah lagi dengan keluarga Soekarta?"tanyaku
"Mereka yang mulai, Raisa"jawab sepupuku, kak Reza
"Sudahlah, jangan ladenin mereka!"pintaku

Seketika semua mata tertuju padaku. Akupun merasa risih.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku?"tanyaku lagi
"Raisa, sudahlah, kakak tahu kamu mencintai Bisma. Tapi dia musuh keluarga kita. Sampai kapanpun keluarga kita dan keluarganya tak kan pernah damai. Jadi lupakan dia!"kata kak Rafael dengan nada sedikit membentak
Aku menunduk ketakutan.
"Aku hanya tak ingin permusuhan ini berlanjut"lirihmu
Kak Reza mendekatiku lalu merangkulku.
"Kamu tidak salah. Kamu hanya belum mengerti tentang permusuhan itu"kak Reza
"Reza, antarkan Raisa pulang!"suruh kak Rafael
"Kakak mau apa? Kakak mau berantem lagi sama anak-anak keluarga Soekarta?"tanyaku yang kini berdiri, menatap manik mata kakakku itu
"Kakak cuma tidak mau terjadi apa-apa sama kamu"kak Rafael membelai pipiku
"Hentikan semua ini kak. Hentikan permusuhan kita dengan keluarga Soekarta"pintaku
Kak Rafael menggeleng.
"Sampai matipun aku tak akan berdamai dengan mereka"kak Rafael
Aku terdiam dan kembali menunduk
"Za, bawa Raisa pulang sekarang!"kak Rafael
Kak Reza mengangguk lalu menuntunku pergi.

Saat di perjalanan pulang, aku hanya diam, menatap keluar jendela. Aku begitu sedih dengan kenyataan ini. Bisma adalah cinta pertamaku. Dan aku harus melupakan dan membencinya. Itu sangat sulit.
"Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan. Permusuhan ini sudah ada sejak lama bukan?"kak Reza
"Kenapa aku harus mencintai Bisma kak, kalau memang aku tak bisa bersama dengannya?"tanyaku dengan linangan air mata
"Dia bukan jalanmu. Kamu harus bisa melupakan dia, bahkan membencinya"kak Reza
"Aku tidak bisa, dan mungkin tak akan pernah bisa"lirihku
Seketika kak Reza menghentikan mobil mewahnya. Bukan karena ucapanku tadi. Melainkan karena kami di hadang oleh beberapa mobil yang tak kalah mewah dengan mobil kami.

Satu per satu dari mereka keluar dari mobil. Aku mulai panik saat tahu, mereka adalah anak-anak SMA Semesta yang dipimpin oleh Rangga.
"Kak..."lirihku sambil memeluk lengan kak Reza
"Apapun yang terjadi, jangan keluar dari mobil!"kak Reza bergegas keluar dari mobil
Aku berusaha menghubungi kak Rafael, tapi gagal. Aku terus mencoba hingga akhirnya kak Rafael mengangkat panggilanku. Namun di saat bersamaan, seseorang menarik lenganku untuk turun dari mobil.
"Kakak...tolong aku kak..kak Rafael tolong"teriakku
Orang itu menarik lenganku, berusaha memasukkanku kedalam mobilnya. Namun aku terus memberontak. Terlihat kak Reza di keroyok beberapa orang, diantaranya Rangga, Morgan dan Bisma.
"Hentikan! Aku mohon jangan sakiti kak Reza lagi!"teriakku sambil berusaha melawan

Salah seorang dari mereka menoleh ke arahku. Matanya membolat saat melihat siapa aku.
"Raisa..."lirihnya
Ia adalah Bisma. Ia berlari ke arahku dan meminta teman-temannya untuk melepaskanku. Tapi mereka menolak atas perintah Rangga. Mereka terus berusaha memasukkan ku dalam mobil. Bahkan, salah satu dari mereka berani menamparku karena sedari tadi aku terus melawan.
"Aww .. "rintihku kesakitan
"Apa yang kalian lakukan? Bodoh"Bisma menghajar orang yang menamparku hingga ia tak berdaya
Kemudian ia berusaha menolongku. Tapi Rangga menahannya.
"Apa yang loe lakuin? Biarkan mereka bawa Raisa sebagai tawanan agar saudara-saudaranya terpancing! Ingat, dia musuh kita Bis!"Rangga
"Nggak! Jangan Raisa!"Bisma terus berusaha menolongku
Tapi Rangga malah memukulnya dengan keras hingga ia tersungkur.
"Bisma..."pekikku

Disaat bersamaan, terlihat gerombolan siswa-siswa SMA Galaxy datang.
"Beraninya kalian menyakiti saudara gue!!"geram kak Rafael yang memimpin kelompok itu
Perkelahianpun di mulai. Kak Reza yang sudah tak berdayapun menghampiriku dan berusaha membawaku masuk ke dalam mobil. Namun mereka menghalanginya. Kak Reza mendorongku masuk mobil lalu dia kembali berkelahi. Aku hanya dapat menangis melihat pertengkaran itu. Kak Rafael berhadapan dengan Rangga.
Beberapa saat kemudian, kak Rafael berhasil memukul Rangga hingga tersungkur bersimbah darah. Bisma selaku adik kandung Rangga merasa tidak terima. Dia memukul tengkuk kak Rafael dengan keras.
"Kak Rafa..."pekikku
Kak Rafael menjerit kesakitan. Aku mengambil sesuatu di laci mobil lalu berlari menghampiri kak Rafael.
"Kakak.. Kakak bertahan kak! Kakak harus kuat!"teriakku sambil memeluk tubuh lemah kakak ku itu
"Pergi Raisa...per..gi!"pinta kak Rafael
"Nggak! Aku nggak akan tinggalin kak Rafael
"Lihat...lah..saudara..mu. Rez..za..Dic..ky..dan..dan..Ilham...ter..geletak tak ber..daya karena mere...ka"kak Rafael terbata-bata
Aku menyaksikan sekitarku. Pasukan kak Rafael kalah dalam perkelahian itu. Saudara-saudarakupun sudah tergeletak tak berdaya.
"Bu..nuh Bisma!"pinta kak Rafael
Aku menggeleng.
Seseorang menarik lenganku dan mencekikku. Dia adalah Morgan.

Kak Rafael berusaha bangkit menyelamatkanku. Tapi tenaganya sudah terkuras. Tubuhnya sangat lemah sehingga ia tak dapat menolongku.
"Rai..sa"lirih kak Rafael
"Uhhukk..tolong..k..kak"lirihku
'Buggh'seseorang memukul Morgan hingga ia tak sadarkan diri. Tak di sangka, ia adalah Bisma.
"Raisa.."lirihnya hendak memelukku
Namun aku menghindar. Aku kembali memeluk tubuh kak Rafael yang tergeletak tak berdaya.
"Bun..nuh..! Lenyapkan keluarga..Soe..karta"ucap kak Rafael kemudian menutup matanya
Aku menggoncangkan tubuh lemahnya, namun ia tak merespon
"Kak Rafael bangun!"teriakku
"Raisa.."Bisma menyentuh pundakku

Aku mendorong Bisma hingga ia terpental jauh. Namun ia kembali mendekatiku.
"Pembunuh!"teriakku
Ku beranikan diriku mengangkat barang yang tadi ku ambil di laci mobil. Itu adalah pistol milik kak Rafael.
"Aku mohon biarkan aku bicara dulu"Bisma
Aku menggeleng. Aku mengarahkan postol itu ke arah Bisma. Aku ragu, aku tak berani menyakitinya. Aku sangat mencintainya. Tapi pandanganku kembali beralih pada kak Rafael yang kini sudah tak bernyawa. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan.
"Raisa.."panggil Bisma
Dan lagi-lagi hatiku luluh karena tatapannya.
"Dorrr"
Aku menembak diriku sendiri
"Raisa...."teriak Bisma kemudian berhamburan memelukku
"Aku gak bia..sa. Aku gak bisa nyakitin ka..mu Bisma. Ak..aku cinta sam..sama kamu"lirihku dengan air mata yang kembali menetes
"Aku juga cinta sama kamu! Aku mohon, kamu harus bertahan! Aku akan bawa kamu ke rumah sakit"Bisma
Aku menggeleng
"Dam..maikan kekuarg..ga kita Bis!"lirihmu
Bisma mengangguk.
"Selamat tinggal"pamitku sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku

Lima tahun berlalu..........
Keluarga Tanubrata dan keluarga Soekarta sudah berdamai. Bahkan sekarang mereka bekerja sama dan menjadi perusahaan terbesar di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bisma dan kak Dicky, perusahaan itu berkembang pesat. Kak Reza dan kak Ilham yang selamat dari pertengkaran itu memilih pergi ke London dan menetap disana. Begitupun Morgan. Ia memilih tinggal bersama nenek kakeknya di Sidney. Setiap minggu, Bisma datang ke tempat peristirahatanku. Ia selalu membawakan mawar putih untukku. Sayang aku tak dapat menyapa dan mengucapkan terima kasih padanya. Aku hanya dapat memandanginya dan mendengar setiap ucapannya. Aku sedih, tanganku tak dapat menyentuh, bahkan memeluknya. Tapi setidaknya kini, aku bisa lebih sering melihatnya. Aku tak menyesal pergi dengan cara seperti ini. Banyak hikmah dari kejadian itu. Terutama, bagi keluarga besarku dan Bisma.


END