Sabtu, 24 Januari 2015

cerpen-Inilah Takdir Kita



Inilah Takdir Kita

Entahlah, disebut apa hubungan ini. Rafael. Nama itu selalu terngiang di pikiranku. Pria yang bisa membuatku benar-benar jatuh cinta. Bahkan bisa membuatku bangkit, melupakan masa laluku. Tapi akhir-akhir ini ada saja rasanya yang mengganggu hubungan kami. Kadang berasal dariku, darinya, bahkan juga gosip tentang orang ketiga. Namun aku terlalu mencintainya. Meski tak jarang dia membuatku menangis.
Hari ini aku tak melihat Rafael di kelasnya. Aku mencari ke kantin, tapi juga tak ada. Lalu aku kembali ke kelasku yang tak jauh dari kantin. Aku mendengus kesal. Kenapa hari ini kekasihku itu belum menunjukan batang hidungnya? Tadi malam pun ia tak menelponku. Saat aku sibuk dengan lamunanku, datanglah Ilham, sahabatku.
"Kamu kenapa sih? Ngelamun aja"Ilham
"Enggak. Aku bingung aja dimana Rafael"jawabku
"Oh..kata teman sekelasnya hari ini dia nggak masuk. Ada acara keluarga gitu. Memangnya kamu mau apa sama dia?"Ilham
"Apa salah kalau aku kangen sama dia? Dia kan pacarku"aku
"Ya sudah nanti pulang sekolah kamu samperin aja!"Ilham memberi saran
Aku mengangguk.
Dan seperti apa yang Ilham sarankan, aku ke rumah Rafael. Sekedar untuk melihatnya. Ya, aku merindukannya. Sangat merindukannya. Sampainya di gerbang rumahnya, aku melihat sosok wanita yang tak asing dimataku. Sepertinya dia adalah teman sekelasku, Melodi. Tapi, untuk apa ia kesini? Aku menghampiri keduanya. Terlihat Rafael terkejut dengan kehadiranku. Aku semakin menaruh curiga pada mereka.
"Melodi? Ngapain kamu disini?"tanyaku
"Ak..aku main aja"jawab Melodi tak meyakinkan
Aku memincangkan mata. Menyelidik dalam manik mata kekasihku, Rafael. Dia membalasnya dengan tatapan teduh.
"Memangnya salah jika dia kesini? Dia temanku. Temanmu juga kan?"Rafael
"Ya"jawabku singkat
Aku sebenarnya tak percaya dengan jawaban Rafael dan Melodi. Tapi sungguh, aku tak mau sampai Rafael marah dan mengakhiri hubungan kami. Aku begitu mencintainya. Lebih baik sekarang aku mengalah dan diam. Pura-pura mempercayai bualan mereka. Tak beberapa lama setelah kedatanganku, Melodi pamit pulang. Kini hanya ada aku dan Rafael.
"Raf, apa kamu beneran cinta sama aku?"tanyaku
"Memang kenapa?"Rafael bertanya balik padaku
"Jawab saja apa susahnya sih?"kesalku
"Aku cinta sama kamu"jawab Rafael singkat
"Aku harap kamu serius. Dan aku harap kamu tak menyakitiku nantinya"lirihku
Rafael menatapku, lalu dengan segera ia mendekapku.
"Aku cinta sama kamu Alisya"ucap Rafael sembari membelai rambut panjangku
Aku membalas pelukannya. Karena hanya itu yang ku bisa.
Ujian Nasional telah ku lalui. Dan kini aku benar-benar merasa bosan. Tak ada lagi kegiatan yang bermakna di hari-hariku. Rafael juga jarang mengajakku bepergian. Tapi sekarang aku tengah bersamanya. Menikmati semangkuk bakso di kantin sekolahku. Mungkin ini adalah saat-saat terakhir kami makan di kantin sekolah.
"Jadi habis ini kamu mau kuliah di luar kota?"tanya Rafael
"Ya begitulah. Itu kemauan kedua orang tuaku"aku
"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?"Rafael
"Bagaimana jika LDR?"tawarku
"Aku tidak bisa. Terlalu banyak resiko"Rafael
"Lalu apa mau kamu?"tanyaku
Rafael terdiam. Ia terlihat tengah berpikir.
"Ayolah, beri usul untuk hubungan kita!"aku
Rafael menggeleng. Mungkin pikirannya kini tengah buntu.
Pentas seni tengah berlangsung untuk melepas siswa kelas tiga. Termasuk aku dan Rafael. Dan minggu depan, aku harus pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikanku disana. Hubunganku dengan Rafael masih berlanjut, namun kami masih sama-sama belum menemukan jalan keluar untuk masalah kami. Aku berjalan ke arah belakang panggung, dimana Rafael berada. Namun apa yang ku lihat? Ada Melodi disana. Melodi tengah menghapus keringat pada kening Rafael. Senyumpun tak lepas dari bibir mereka.
"Bagaimana dengan hubunganmu dengan Alisya? Aku dengar dia akan ke Yogyakarta"Melodi
"Ya. Dia akan kuliah disana. Aku sendiri masih bingung harus berbuat apa"Rafael
"Bukankah baik jika dia pergi? Aku tak perlu lagi menjadi pacar rahasia kamu. Aku juga nggak enak jika harus berada di posisi ini terus menerus. Lepaskan saja dia! Dan jadikan aku satu-satunya pacarmu!"Melodi
"Tapi aku juga mencintainya, sama seperti aku mencintaimu"Rafael
Hatiku panas mendengar perbincangan mereka? Apa iya Rafael tega bermain api dibelakangku? Lalu apa yang harus ku lakukan kini? Saat aku dapat menangkap basah kebusukan mereka, rasa itu datang lagi. Perasaan cinta dan tak mau kehilangan sosok Rafael. Air mata mulai membanjiri pipiku. Dadaku kian sesak, menahan sakit yang luar biasa. Keringat juga mulai bercucuran di seluruh tubuhku.
Tapi harus sampai kapan aku berdiam diri seperti ini? Membiarkan duri itu satu per satu menancap dihatiku tiada henti. Apa aku harus memotong sebagian hatiku dengan belati untuk melindungi sisi hatiku yang lain? Mungkin aku akan merasa hancur, tapi aku masih punya kesempatan untuk bangkit. Tapi jika aku terus bertahan, entah sampai kapan luka ini hinggap. Baiklah, aku putuskan untuk muncul di hadapan Rafael dan Melodi.
"Rafael"panggilku
Rafael mengalihkan pandangannya. Kini ia menatapmu sendu. Ia berjalan mendekatiku.
"Siapa yang kamu cintai Raf?"tanyamu basa-basi
"Aku bisa jelasin"Rafael meraih kedua pipiku, namun dengan segera aku menepisnya
Aku berlari keluar. Menjauh dari Rafael. Sungguh aku tak pernah mengira bahwa Rafael bisa sejahat ini padaku.
 Sampainya di pintu gerbang, Rafael menahan lenganku. Aku berusaha melepaskannya. Tapi hasilnya nihil.
"Aku cinta kamu"Rafael
"Dan Melodi. Iya kan?"aku melanjutkan ucapan Rafael
Rafael tercengang melihatku.
"Kenapa kamu diam Raf? Benarkan yang aku katakan? Tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu harus bermain api di belakangku? Harusnya kamu bilang saja jika kamu mencintainya! Jangan membuatku seperti ini! Apa kamu tidak tahu, bagaimana aku merasa sangat bodoh?"tanyaku bertubi-tubi
Rafael masih enggan menjawab ucapanku. Dia hendak menghapus air mataku, namun aku memalingkan wajahku.
"Iya. Aku cinta sama Melodi. Tidak apa jika kamu mau kita putus. Toh kamu juga akan pergi. Aku tak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi aku mohon, dengan cara yang baik!"Rafael
Dadaku kian sesak mendengar ucapan Rafael. Apa iya ini akhir cerita kami? Namun tak lama kemudian aku mengangguk. Mungkin ini yang terbaik untuk kami. Aku sadar, cinta tak harus memiliki. Meskipun aku dan Rafael saling mencintai, tapi mungkin kita juga tak akan bahagia bila bersama. Sebab, hati itu telah terbagi.
"Iya Raf. Mulai hari ini kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku harap kamu bahagia disini. Sekalian juga, aku pamit"ujarku setelah nafasku mulai tenang
Rafael mengangguk.
"Suatu hari kita akan bertemu dalam keadaan yang jauh lebib baik"Rafael
Aku mengangguk lalu pergi dari hadapan Rafael, mantan kekasihku.
Di sepanjang perjalanan pulang, air mataku terus menetes. Sungguh ini bukan yang ku inginkan. Aku benar-benar mencintainya. Tapi beginikah akhirnya? Dan seperti yang direncanakan sebelumnya. Beberapa hari setelah itu aku pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan sekolah disana. Aku memulai hari ku dengan lembaran baru, di kota pelajar ini. Aku belajar lebih giat, mengisi waktu kosongku dengan hal-hal positif. Agar bisa segera menghilangkan luka yang telah Rafael torehkan. Sejak saat aku melangkahkan kaki di tempat tinggalku yang baru, aku bertekat untuk melupakan Rafael.

Sepuluh tahun berlalu. Kini aku telah menjelma menjadi wanita dewasa. Aku berjalan dengan anggunnya memasuki sebuah restoran mewah di Jakarta. Tanganku digandeng mesra oleh seorang lelaki berbadan tegap yang sangat aku cintai. Ia adalah suamiku, Bisma namanya. Dia adalah seorang pilot. Malam ini ia akan mengajakku makan malam bersama dua sahabatnya. Kami menghampiri sebuah meja yang sepertinya telah di pesan khusus oleh pelanggan VIP. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita disana. Sepertinya, aku pernah melihat orang-orang itu.
"Hay, sudah lama nunggunya?"tanya Bisma basa-basi
"Lumayan lah, ayo duduk!"ucap seorang pria
Aku dan Bisma duduk bersebelahan.
"Sayang, perkenalkan, dia Rangga, temanku saat SMP. Dia juga tetanggaku. Kami berteman sangat dekat. Dan yang disebelahnya adalah istrinya, Sabil"ucap Bisma memperkenalkan salah satu temannya
Mata ku terpenjat mendengar nama itu. Rangga? Sepertinya aku hafal nama itu. Aku ingat, dia cinta pertamaku saat masih SD dulu. Dan kini ia telag menikahi wanita yang sangat cantik. Aku juga sudah menikah dengan Bisma. Setelah lebih dari lima belas tahun tak bertemu, kini kami dipertemukan dengan kisah masing-masing. Terlalu banyak hal yang telah berlalu. Aku tak menyangka akan dipertemukan lagi dengannya.
"Aku Alisya, istri Bisma"aku menyalami Rangga dan Sabil satu per satu
Keduanya tersenyum penuh keramahan. Sepertinya Rangga juga mengenaliku. Tapi pemikiran kami sama. 'Apa salahnya sekarang berteman? Bukankah menjalin tali silaturahmi itu sangat baik?'
Kemudian Bisma kembali mengenalkanku dengan pria disebelah Rangga. Pria itu menatapku sambil tersenyum manis. Senyuman itu, sepertinya sangat familiar bagiku.
"Dia Rafael. Temanku saat aku kuliah. Dia juga berasal dari SMA yang sama sepertimu. Apa kalian saling kenal?"Bisma
"Oh iya. Kami dulu berteman"jawab Rafael
"Oh bagus. Dan sayang, yang disebelah Rafael itu Melodi, istri Rafael"Bisma
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Senang bertemu dengan kalian lagi"aku
Mereka tersenyum padaku.
Sudah cukup lama aku meninggalkan masa laluku. Tapi bukankah masa lalu memang harus di tinggalkan? Aku berjalan bersama masa depanku. Kebahagiaanku. Bisma, suamiku. Bagiku, ia-lah yang terbaik. Meskipun banyak kisah yang lebih dulu mengenalkanku dengan cinta, tapi inilah takdirku. Takdir kita. Rangga dan Rafael sama-sama sudah membuatku mengerti tentang arti cinta. Dan mereka juga mengajariku untuk bertahan dalam luka. Dan ku rasa kini mereka juga sudah menemukan kebahagiaan masing-masing. Rangga dengan Sabil, dan Rafael dengan Melodi. Mulai detik ini keluarga kami bersahabat. Semua masa lalu yang buruk kami lupakan. Di ganti dengan lembaran hidup yang jauh lebih indah. Inilah hidup. Tak harus ia menjadi jodoh kita. Kita juga dapat memilikinya sebagai sahabat. Dan itu yang lebih baik. Bukankah Tuhan tak pernah salah menurunkan pendamping untuk kita? Tuhan memberikan yang sekiranya terbaik untuk kita. Dan ia juga kirimkan kirimkan kebagiaan lain dengan memberi kejutan.

"END"

Sabtu, 03 Januari 2015

cerpen-Pangeran Kecil Prisil



Pangeran Kecil Prisil

Belum genap satu bulan seragam putih biru itu digantikan putih abu-abu. Tapi ini adalah kesekian kalinya gadis ini terlambat ke sekolah. Ia berlari menuju kalasnya. Ia bernafas lega saat tak didapatinya guru di ruang kelasnya. Panggil ia Prisil.
"Kamu telat lagi ya?"tanya seorang gadis polos. Sebut saja Cici.
Prisil menjawabnya dengan anggukan. Nafasnya masih tak beraturan karena kelelahan.
"Ini diminum! Kamu kenapa sih, hobi banget telat?"tanya Fega, sahabat Prisil sambil memberinya minum
"Bukannya hobi, tapi emang nasib. Aku nggak bisa berangkat pagi. Ntah kenapa"balas Prisil
Ketika bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas. Begitu pula ketiga gadis ini. Prisil, Cici dan Fega. Ketiga gadis ini bergegas ke kantin untuk mengisi perut. Setibanya di kantin, Prisil memesankan makanan untuk kedua sahabatnya. Saat hendak kembali ke meja dimana dua sahabatnya berada, Prisil ditabrak oleh seseorang. Prisil pun terjatuh.
"Eh sorry. Maaf aku nggak sengaja"ujar pria yang menabrak Prisil
"Iya aku juga nggak papa kok"balas Prisil
Pria itu tersenyum lalu membantu Prisil berdiri.
"Eh lihat tuh! Prisil sama Ilham? Ada apa sama mereka?"ujar salah seorang teman Prisil
"Iya tuh. Wah jangan-jangan mereka pacaran lagi"sambung temannya
"Tapi cocok kok. Serius deh. Mereka serasi buat jadi pasangan"sambung siswa lain
Prisil segera mengalihkan pandangannya lalu menghampiri Cici dan Fega.
"Prisil, kamu pacaran sama Ilham ya? Kok nggak cerita sih sama kita?"Cici
"Ih Cici, itu tuh nggak bener. Mereka cuma mengada-ada"jawab Prisil
Hari ini, pak Budi selaku kepala sekolah akan memilih perwakilan untuk menjadi duta SMA Semesta dalam rangka seminar SMA se-Indonesia.
"Tentunya saya akan memilih sesuai kemampuan kalian ya. Saya membutuhkan anak yang pintar secara intelektualnya, mahir berbahasa asing, dan pandai bicara"pak Budi
"Kalau yang paling pintar bicara sih Ilham pak. Dia kan sering ikut debat"ujar siswa bernama Dodit
"Iya. Peringkatnya dikelas juga baik. Dia selalu masuk lima besar"tambah Edy
"Kalau yang pintar bahasa asing tentu saja Prisil pak. Dia kan mahir Bahasa Inggris. Dia juga bisa Bahasa Mandarin"Cici
"Ih apaan sih? Aku nggak mau Ci"bisik Prisil kesal
"Benar juga. Baiklah. Yang akan mewakili sekolah adalah Ilham dan Prisil"pak Budi
Prisil mendengus kesal.
"Ilham, Prisil, nanti kalian temui Ibu Sarah dan minta arahan padanya!"suruh pak Budi
"Iya pak"jawab Prisil dan Ilham serentak

Seperti permintaan pak Budi. Sepulang sekolah Ilham dan Prisil menemui bu Sarah dan minta arahan pada beliau. Beliau mengajarkan banyak hal pada kedua peserta didik ini. Bu Sarah mempersiapkan kedua peserta didik ini agar menjadi yang terbaik dan menarik bagi banyak orang dalam seminar yang akan dilaksanakan.
"Kalian pacaran ya?"tanya Bu Sarah tiba-tiba
Prisil dan Ilham menggeleng.
"Oh, saya kira kalian pacaran. Habis serasi sih"bu Sarah
Prisil tersenyum malu, namun sebenarnya hatinya kesal. Sementara Ilham menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Siang itu Ilham dan Prisil mendapat banyak ilmu tambahan tentang seminar yang akan mereka hadiri.
Waktu berlalu. Tiba saatnya untuk Ilham dan Prisil berangkat ke tempat diadakannya seminar. Hampir satu bulan Ilham dan Prisil bersama. Bersama untuk belajar bersama tentang seminar yang akan mereka hadiri. Gosip kedekatan merekapun semakin menjadi-jadi. Padahal, sebenarnya tak ada hubungan apa-apa antara mereka.
"Seminar ini akan dilaksanakan dalam waktu dua hari. Jadi kalian akan menginap di hotel"terang pak Budi
Ilham dan Prisil mengangguk. Selama seminar, hubungan antara Ilham dan Prisil semakin hangat. Karena memang, disitu hanya Ilham yang Prisil kenal, begitupun sebaliknya. Kamar merekapun bersebelahan.
Hari berganti. Kini siswa-siswi SMA Semesta tengah menyiapkan perwakilan kelas untuk lomba perayaan ulang tahun sekolah. Begitu pula dengan kelas Prisil.
"Buat modeling berpasangannya siapa nih?"tanya salah seorang teman Prisil bernama Bayu
"Siapa ya?"bingung teman lainnya, Vina
"Gimana kalau Prisil dan Ilham aja? Mereka kan pasangan paling serasi di kelas kita"usul Dito
"Hah? Kok aku sih? Kenapa nggak Alisya aja? Dia kan cantik"tolak Prisil halus
"Enggak bisa. Aku udah ikut modeling girl, Sil"Alisya
"Ya udah sih kalau aku. Bagus juga"sambung Ilham
Prisil mendengus kesal. Karena kali ini ia tak dapat mengelak lagi.
"Kamu beruntung bisa ikut lomba modeling berpasangan. Pasangannya Ilham lagi"puji Cici
"Kamu mau? Ya sudah sana kamu saja!"kesal Prisil
"Semangat donk! Ini kan juga demi kelas kita"Fega menepuk bahu Prisil
Bel berbunyi lima kali, pertanda jam pelajaran usai. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Fega sudah di jemput, jadi ia pulang duluan. Sementara Prisil dan Cici belum mendapat angkutan umum seperti angkot maupun taxi.
"Hay, kamu Prisil kan?"tanya seorang cowok
Prisil mengangguk.
"Beneran Prisil? Prisil pacar Ilham kan? Wih..cantik juga ya kamu"puji orang itu
Prisil menggeleng dan menatapnya kesal.
Reza Anugrah namanya. Ia adalah kakak kandung Ilham. Ia juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Prisil. Ia kelas tiga sekarang.
Pria itu melirik ke arah Cici. Gadis polos disamping Prisil. Cici merasa risih lalu mengalihkan pandangannya.
"Ngapain disini bang?"tanya Ilham dari dalam mobilnya
"Ini nih..kenalan sama pacar kamu"jawab Reza santai
Ilham menggeleng dengan wajah datarnya.
"Maaf tapi aku bukan pacar Ilham"bantah Prisil
"Oh ya? Tapi kenapa semua siswa di sekolah ini membicarakan kalian? Katanya kalian pacaran"Reza
"Tapi bener kok. Setahu aku Ilham dan Prisil enggak pacaran. Itu cuma gosip. Soalnya kalau punya pacar Prisil pasti cerita sama aku dan Fega. Soalnya kami sahabat terbaik Prisil dari kecil. Lagi pula Prisil juga belum pernah pacaran"terang Cici panjang lebar
"Oh ya? Kalau kamu, sudah pernah pacaran?"tanya Reza pada Cici
"Pernah satu kali waktu kelas dua SMP. Tapi, sekarang aku udah lupa siapa namanya"Cici menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Abang mau pulang nebeng aku atau mau stay disini nunggu lebaran kucing?"Ilham
"Ya bareng kamu lah"Reza
"Prisil, Cici, kita pulang dulu ya"pamit Reza
Prisil dan Cici mengangguk.
"Cici, jangan kaget kalau kamu dapet telepon dari nomor nggak dikenal!"pesan Reza sembari tersenyum aneh
"Aku pulang dulu ya"pamit Ilham sembari tersenyum.
Kemudian kedua pemuda tampan itu lenyap dari pandangan Prisil.
Sepulang sekolah, Prisil beristirahat di kamarnya. Pikirannya melayang jauh pada kejadian bertahun-tahun silam. Saat ia masih berusia  delapan tahun.
"Bisma, kamu jadi pergi ke Surabaya? Kamu mau ninggalin aku?"tangis Prisil
"Prisil, nanti setelah lulus SMA aku pulang kok. Aku akan jadiin kamu pacarku. Aku janji"pria mungil bernama Bisma itu menghapus air mata Prisil
"Kamu jangan nangis! Kamu tungguin aku pulang ya! Jangan pacaran sama cowok lain!"pesan Bisma
Prisil mengangguk
Itulah sekelumit kisah perpisahannya dengan sang pangeran kecil, Bisma.
"Udah tujuh tahun Bis. Aku masih harus menunggu tiga tahun buat kamu"lirih gadis manis ini
Pukul 06.15, bel rumah Prisil berbunyi. Prisil pun membuka pintu rumahnya. Terlihat Cici dengan wajah anehnya.
"Kamu kenapa?"Prisil
"Kamu inget nggak, kemarin kak Reza bilang 'Jangan kaget kalau ada yang telpon kamu pakai nomor yang nggak dikenal'?"heboh Cici
Prisil mengangguk
"Ternyata ucapan kak Reza benar Sil. Tadi malem ada yang telepon aku. Nomornya nggak dikenal. Dan kamu tahu siapa orangnya?"Cici antusias
"Kak Reza"jawab Prisil
Cici membolatkan matanya. Ia menatap Prisil takjub.
"Kamu belajar ngeramal dimana?"tanyanya
"Aduh Ci, udah bisa di tebak kali.. Siapa lagi kalau bukan dia?"Prisil
"Hehe...iya kamu benar"Cici tertawa garing
"Udah yuk masuk! Kita sarapan bareng!"ajak Prisil
Cici mengangguk.
Saat jam istirahat, Prisil ke perpustakaan bersama temannya, Rangga. Prisil dan Rangga mencari buku pelajaran untuk persiapan Ulangan Akhir Semester. Tiba-tiba Ilham datang dan mengajak Prisil latihan untuk acara modeling besok.
"Memangnya harus pakai latihan ya? Aku lagi sibuk nih"Prisil
"Ya perlu lah. Lagian, cuma sebentar kok"Ilham
"Udah lah Sil, ikuti saja Ilham! Ini kan buat lomba besok"Rangga
Prisil mengangguk lalu berjalan mendahului Ilham.
"Kamu siapanya Prisil?"tanya Ilham sinis
"Sahabat"jawab Rangga santai
"Oke aku percaya. Tapi aku nggak mau dengar gosip apapun tentang kamu dan Prisil. Ingat itu!"ketus Ilham lalu mengikuti langkah Prisil
"Mereka beneran pacaran apa?"bingung Rangga
Ilham dan Prisil sudah sampai di kelas. Prisil duduk di bangku paling depan, menunggu Ilham. Tak lama kemudian Ilham datang. Ia langsung duduk di bangkunya.
"Loh Ham, katanya mau latihan?"tanya Prisil
"Enggak jadi"jawab Ilham
"Ilham sih gitu. Tahu gini kan aku nyari buku sama Rangga"kesal Prisil
"Udah kamu disini aja! Bentar lagi kan bel masuk bunyi"Ilham
Prisil mengangguk pasrah.
Pagi ini Prisil tengah di dandani oleh teman-temannya. Ya. Hari ini lomba modeling itu akan dilaksanakan. Selesai didandani, Prisil dan Ilham berjalan ke belakang panggung menunggu panggilan.
"Baik, pasangan selanjutnya, Ilham dan Prisil"ujar pembawa acara siang itu
Ilham dan Prisil berjalan beriringan di atas panggung. Dengan gaya dan pakaian yang serasi, mereka berhasil menarik perhatian para penonton. Selesai tampil, mereka kembali ke belakang panggung. Prisil mengibas-kibaskan tangannya karena merasa gerah.
"Panas ya?"Ilham
Prisil mengangguk.
"Aku ambil minum dulu ya"Ilham
"Iya"jawab Prisil
Saat Ilham pergi, Rangga dan Fega datang membawakan tissue dan minum untuk Prisil.
"Makasih ya"Prisil
Keduanya mengangguk.
"Loh, kamu udah dapet minum?"Ilham baru saja datang
"Iya. Ini Rangga sama Fega yang bawain"Prisil
Ilham melirik sinis ke arah Rangga. Sedangkan Rangga masih terlihat santai.
"Cici mana Feg?"tanya Prisil setelah menyadari kalau Cici tidak ada
"Dia tadi ribut banget waktu kamu tampil, terus di bawa pergi sama kak Reza"jawab Fega
"Itu akal-akalan bang Reza aja buat deketin Cici"sambung Ilham
Waktu terus berlalu. Teman-teman Prisil masih saja menjodoh-jodohkan Prisil dengan Ilham. Padahal diantara mereka tetaplah tak punya hubungan khusus. Hanya saja, sepertinya Ilham mulai menaruh hati pada gadis manis itu. Kini Prisil telah melewati ujian nasional tingkat SMA. Ia hanya tinggal menunggu hasilnya di umumkan. Sedangkan kak Reza sudah lulus dua tahun silam. Di hari kelulusannya, kak Reza menyatakan cintanya pada Cici. Memang, sejak pertama bertemu kak Reza menaruh hati pada Cici. Sedangkan Cici yang notabennya gadis polos itu juga merasa nyaman saat di dekat kak Reza. Sepertinya cinta juga mulai tumbuh di hatinya, jadi, gadis itu menerima kak Reza sebagai kekasihnya. Hubungan mereka berjalan sangat baik. Kak Reza mampu berpikir dewasa dan mengerti tingkah polos Cici. Begitupun Cici. Ia menjadi lebih dewasa setelah mengenal kak Reza.
Suatu malam, Prisil pergi ke mini market dekat rumahnya. Ia hendak membeli cemilan untuk menemaninya begadang. Saat di kasir, ia bertemu seorang pria yang tak asing baginya. Namun ia ragu, apa benar pria itu yang dinantinya selama ini? Sepertinya, dia juga tak mengenali Prisil.
Bisma. Sudah sepuluh tahun ia pergi. Mungkin jika mereka bertemu, mereka juga tak akan saling mengenal. Bayangan Bisma pun mulai kabur dari otak Prisil. Hanya janjinya yang masih Prisil ingat dan ia nantikan.
Setelah membayar, pria itu keluar dari mini market. Ia menghampiri gadis kira-kira berusia lima belas tahun.
'Huh, tidak mungkin itu Bisma. Bisma tidak mungkin punya pacar sekarang'pikir Prisil yang terus memandangi pria itu
"Ih kak Bisma lama. Keburu malam ini"keluh gadi lima belas tahun tadi
"Iya maafin kakak ya sayang. Ayo kakak antar kamu pulang sekarang"balas pria itu yang tak lain 'Bisma'
Mata Prisil melotot. Apa benar itu Bisma? Tapi, apa iya Bisma sudah punya pacar? Jadi selama ini dia telah melupakan Prisil? Prisil begitu kecewa dengan Bisma. Sepuluh tahun ia menunggu, tapi apa yang ia dapatkan?
Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu Prisil. Prisil yang terkejut segera menoleh. Di dapatinya Ilham disana. Ia tersenyum manis pada Prisi.
"Kamu kenapa bengong?"Ilham
"Enggak papa kok"dusta Prisil
Setelah keduanya membayar, mereka pulang bersama. Di sepanjang jalan, Prisil hanya diam. Tatapannya kosong. Ia terus memikirkan tentang Bisma, pangeran kecilnya.
'Kamu ingkar janji Bis'batin gadis itu penuh kekecewaan
"Prisil, kamu kenapa sih? Lagi ada masalah ya?"tanya Ilham
"Enggak ada"dusta Prisil
Ilham menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Prisil.
"Ada apa Ham?"Prisil
"Aku pengen kamu cerita sama aku!"Ilham
Prisil menunduk.
"Ayolah, kita sudah berteman cukup lama, hampir tiga tahun. Apa kamu masih tidak percaya padaku?"Ilham
Setetes air mata Prisil terjun dari tempatnya. Ilham yang semakin bingung, langsung mendekap erat gadis pengisi hatinya itu.
"Cerita sama aku! Kamu kenapa?"Ilham
Hanya terdengar isakkan disana.
Setelah merasa baikan, Prisil menceritakan tentang Bisma pada Ilham. Ilham merasa sedikit nyeri pada hatinya, setelah tahu bahwa ada laki-laki lain yang Prisil cintai.
"Jadi itu alasan kamu tidak pernah pacaran?"Ilham
Prisil mengangguk.
"Dia janji akan kembali cuma buat aku. Dia janji akan jadiin aku pacarnya Ham"lirih Prisil
"Sudahlah, jangan menangis lagi! Mungkin ini sudah waktunya untuk kamu melupakan pangeran kecilmu itu. Ayolah, bangkit demi masa depan kamu!"Ilham
Prisil menoleh ke Ilham. Ilham menjadi kaku dibuatnya.
"Trima kasih ya Ham"lirih gadis itu dengan senyuman tipis
Ilham mengangguk.
Dua hari berlalu. Kini saatnya bagi siswa kelas 3 SMA Semesta mengetahui hasil dari Ujian Nasional yang sudah mereka jalani. Semua siswa berkumpul di aula. Setelah pengumuman kelulusan dibacakan, seluruh siswa sorak-sorai merayakan kelulusan mereka.
"Wah habis ini kita akan bebas dari baju seragam"girang Cici
"Tentu saja. Tapi ini adalah awal untuk kita menjadi dewasa"balas Fega
"Tapi, apa setelah ini kita akan berpisah?"tanya Prisil
Tak ada yang menjawab.
Kak Reza datang dan memberi selamat pada adik-adik kelasnya, teruma Prisil, Cici dan Fega.
"Selamat ya kalian lulus semua"kak Reza tersenyum
"Terima kasih kak"Prisil
"Ingat, setelah ini kalian akan menjalani hari-hari sebagai orang dewasa. Bukan lagi siswi berseragam"kak Reza mengingatkan
"Tentu saja kak"Fega
"Cici ayo!"ajak kak Reza pada Cici
"Kalian mau kemana?"tanya Prisil
"Menemui ibuku. Dia ingin memberi selamat pada Cici"kak Reza
"Kami pamit dulu ya"Cici
Prisil dan Fega menangangguk.
Prisil dan Fega duduk di taman belakang sekolah. Mereka mengingat saat-saat indah di SMA yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan. Kemudian datanglah Ilham. Ia duduk di samping Prisil.
"Selamat ya"Ilham
"Selamat juga buat kamu"Prisil
"Bisa aku bicara sebentar sama kamu?"Ilham
"Bicara apa?"Prisil
"Ayo ikut aku!"Ilham menggandeng tangan Prisil dan membawanya pergi
"Kalian mau kemana? Tunggu aku"Fega hendak menyusul, tapi seseorang menahan tangannya.
"Rangga?"kaget Fega
"Bisa minta waktunya sebentar?"Rangga
Fega mengangguk lalu kembali duduk.
"Ada apa Ngga?"tanya Fega halus
"Aku, suka sama kamu"Rangga
Fega menoleh ke arah Rangga. Kini mata mereka saling beradu.
"Aku cinta sama kamu. Dan aku mau kamu jadi pacar aku"ucap Rangga dengan sejelas-jelasnya
Fega masih terdiam. Ia menatap dalam manik mata pria dihadapannya. Terpancar ketulusan disana. Seuntai senyum mengembang dibibir gadis ini.
"Fega, would you be my girl?"Rangga kini bersimpuh di hadapan Fega
"Yes, i would"jawab Fega
Rangga tersenyum lebar mendengar jawaban itu. Ia segera berdiri dan menarik Fega kedalam dekapannya.
Ilham dan Prisil telah sampai di luar gerbang sekolah. Suasana sepi karena yang lain tengah pawai untuk merayakan kelulusan mereka.
"Prisil, sejak dua tahun terakhir, aku menyimpan rasa ini. Aku cinta sama kamu"ucap Ilham to the point
"Hah?"Prisil terlihat bingung
"Aku baru mengungkapkannya sekarang karena aku dengar, kamu tak mau berpacaran dengan siapapun, kecuali pangeran kecilmu. Dan setelah kejadian di perjalanan pulang dari super market itu. Aku mendapat keberanian untuk mengungkapkan perasaanku. Apa kamu mau jadi pacarku?"jelas Ilham panjang lebar
Prisil masih enggan menjawab. Tak sulit baginya untuk mencintai pria seperti Ilham. Tapi, ia masih terus memikirkan Bisma, pangeran kecilnya.
"Prisil"teriak seorang pria membuyarkan lamunan Prisil
Prisil menoleh.
Didapatinya pria yang malam itu ia temui di mini market. Bisma. Pangeran kecil Prisil.
            Langkah Bisma terhenti saat melihat Ilham di hadapan Prisil. Ia terdiam mematung disana. Ia menatap sendu Prisil dengan Ilham.
"Bisma.."lirih Prisil
Ilham tersenyum miris. Apa cintanya akan Prisil tolak? Kini Bisma telah kembali. Pangeran kecil Prisil telah kembali. Pandangan Prisil kembali tertuju pada Ilham.
"Ilham, aku sayang sama kamu. Sayang banget malah. Tapi rasa sayangku padamu hanya sebagai sahabat. Iya. Kamu sahabat yang baik untukku"Prisil menggenggam jemari Ilham
"Kamu tahu kan, aku selalu menunggu pangeran kecilku? Aku tak pernah mencintai lelaki lain. Aku selalu menunggunya. Jadi, maaf aku nggak bisa terima cinta kamu"lanjut Prisil
Kini giliran Ilham yang membisu. Ia hanya diam dan menatap Prisil yang kian menjauh. Bahkan sekarang Prisil sudah sampai di hadapan Bisma. Dan Bisma segera memeluk gadisnya itu.
"Maaf aku pergi terlalu lama. Tapi aku kembali cuma buat kamu"ucap Bisma begitu tulus
Prisil mengangguk.
"Dan yang kemarin itu, dia adik sepupuku. Aku sengaja tidak menyapamu malam itu karena aku sadar, belum waktunya aku menemuinu. Tapi sekarang aku akan nepatin janjiku. Aku akan jadiin kamu pacarku"Bisma
“Kamu maukan?”tanya Bisma
Prisil mengangguk mantap.
Prisil menetihkan air matanya. Seolah hanya mimpi, ia melihat pangerannya di depan matanya. Penantiannya selama sepuluh tahun tidak sia-sia. Prisil yakin, Bisma adalah yang terbaik untuknya.
"Prisil"panggil Ilham menepuk bahu Prisil
Prisil menoleh.
"Aku yakin kalian akan bahagia. Cinta kalian sungguh luar biasa"puji Ilham sembari tersenyum
"Trima kasih Ham.."Prisil
Ilham mengangguk lalu enyah dari hadapan dua sejoli ini
Lima tahun berlalu. Suasana begitu ramai di sebuah gedung yang di dekorasi dengan begitu mewah. Pernikahan Prisil dengan pangeran kecilnya, Bisma. Seluruh teman SMA Prisil hadir dalam acara tersebut. Mereka datang berpasang-pasangan. Kak Reza dengan Cici, Rangga dan Fega. Sementara Ilham? Ia datang bersama tunangannya. Alisya. Siswi tercantik di kelasnya dulu semasa SMA.

END