Inilah Takdir Kita
Entahlah, disebut apa hubungan
ini. Rafael. Nama itu selalu terngiang di pikiranku. Pria yang bisa membuatku
benar-benar jatuh cinta. Bahkan bisa membuatku bangkit, melupakan masa laluku.
Tapi akhir-akhir ini ada saja rasanya yang mengganggu hubungan kami. Kadang
berasal dariku, darinya, bahkan juga gosip tentang orang ketiga. Namun aku
terlalu mencintainya. Meski tak jarang dia membuatku menangis.
Hari ini aku tak melihat Rafael
di kelasnya. Aku mencari ke kantin, tapi juga tak ada. Lalu aku kembali ke
kelasku yang tak jauh dari kantin. Aku mendengus kesal. Kenapa hari ini
kekasihku itu belum menunjukan batang hidungnya? Tadi malam pun ia tak
menelponku. Saat aku sibuk dengan lamunanku, datanglah Ilham, sahabatku.
"Kamu kenapa sih? Ngelamun aja"Ilham
"Enggak. Aku bingung aja dimana Rafael"jawabku
"Oh..kata teman sekelasnya hari ini dia nggak masuk.
Ada acara keluarga gitu. Memangnya kamu mau apa sama dia?"Ilham
"Apa salah kalau aku kangen sama dia? Dia kan
pacarku"aku
"Ya sudah nanti pulang sekolah kamu samperin
aja!"Ilham memberi saran
Aku mengangguk.
Dan seperti apa yang Ilham
sarankan, aku ke rumah Rafael. Sekedar untuk melihatnya. Ya, aku merindukannya.
Sangat merindukannya. Sampainya di gerbang rumahnya, aku melihat sosok wanita
yang tak asing dimataku. Sepertinya dia adalah teman sekelasku, Melodi. Tapi,
untuk apa ia kesini? Aku menghampiri keduanya. Terlihat Rafael terkejut dengan
kehadiranku. Aku semakin menaruh curiga pada mereka.
"Melodi? Ngapain kamu disini?"tanyaku
"Ak..aku main aja"jawab Melodi tak meyakinkan
Aku memincangkan mata. Menyelidik dalam manik mata
kekasihku, Rafael. Dia membalasnya dengan tatapan teduh.
"Memangnya salah jika dia kesini? Dia temanku. Temanmu
juga kan?"Rafael
"Ya"jawabku singkat
Aku sebenarnya tak percaya dengan
jawaban Rafael dan Melodi. Tapi sungguh, aku tak mau sampai Rafael marah dan
mengakhiri hubungan kami. Aku begitu mencintainya. Lebih baik sekarang aku
mengalah dan diam. Pura-pura mempercayai bualan mereka. Tak beberapa lama
setelah kedatanganku, Melodi pamit pulang. Kini hanya ada aku dan Rafael.
"Raf, apa kamu beneran cinta sama aku?"tanyaku
"Memang kenapa?"Rafael bertanya balik padaku
"Jawab saja apa susahnya sih?"kesalku
"Aku cinta sama kamu"jawab Rafael singkat
"Aku harap kamu serius. Dan aku harap kamu tak
menyakitiku nantinya"lirihku
Rafael menatapku, lalu dengan segera ia mendekapku.
"Aku cinta sama kamu Alisya"ucap Rafael sembari
membelai rambut panjangku
Aku membalas pelukannya. Karena hanya itu yang ku bisa.
Ujian Nasional telah ku lalui.
Dan kini aku benar-benar merasa bosan. Tak ada lagi kegiatan yang bermakna di
hari-hariku. Rafael juga jarang mengajakku bepergian. Tapi sekarang aku tengah
bersamanya. Menikmati semangkuk bakso di kantin sekolahku. Mungkin ini adalah
saat-saat terakhir kami makan di kantin sekolah.
"Jadi habis ini kamu mau kuliah di luar
kota?"tanya Rafael
"Ya begitulah. Itu kemauan kedua orang tuaku"aku
"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?"Rafael
"Bagaimana jika LDR?"tawarku
"Aku tidak bisa. Terlalu banyak resiko"Rafael
"Lalu apa mau kamu?"tanyaku
Rafael terdiam. Ia terlihat tengah berpikir.
"Ayolah, beri usul untuk hubungan kita!"aku
Rafael menggeleng. Mungkin pikirannya kini tengah buntu.
Pentas seni tengah berlangsung
untuk melepas siswa kelas tiga. Termasuk aku dan Rafael. Dan minggu depan, aku
harus pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikanku disana. Hubunganku
dengan Rafael masih berlanjut, namun kami masih sama-sama belum menemukan jalan
keluar untuk masalah kami. Aku berjalan ke arah belakang panggung, dimana
Rafael berada. Namun apa yang ku lihat? Ada Melodi disana. Melodi tengah
menghapus keringat pada kening Rafael. Senyumpun tak lepas dari bibir mereka.
"Bagaimana dengan hubunganmu dengan Alisya? Aku dengar
dia akan ke Yogyakarta"Melodi
"Ya. Dia akan kuliah disana. Aku sendiri masih bingung
harus berbuat apa"Rafael
"Bukankah baik jika dia pergi? Aku tak perlu lagi
menjadi pacar rahasia kamu. Aku juga nggak enak jika harus berada di posisi ini
terus menerus. Lepaskan saja dia! Dan jadikan aku satu-satunya
pacarmu!"Melodi
"Tapi aku juga mencintainya, sama seperti aku
mencintaimu"Rafael
Hatiku panas mendengar
perbincangan mereka? Apa iya Rafael tega bermain api dibelakangku? Lalu apa
yang harus ku lakukan kini? Saat aku dapat menangkap basah kebusukan mereka,
rasa itu datang lagi. Perasaan cinta dan tak mau kehilangan sosok Rafael. Air
mata mulai membanjiri pipiku. Dadaku kian sesak, menahan sakit yang luar biasa.
Keringat juga mulai bercucuran di seluruh tubuhku.
Tapi harus sampai kapan aku
berdiam diri seperti ini? Membiarkan duri itu satu per satu menancap dihatiku
tiada henti. Apa aku harus memotong sebagian hatiku dengan belati untuk
melindungi sisi hatiku yang lain? Mungkin aku akan merasa hancur, tapi aku
masih punya kesempatan untuk bangkit. Tapi jika aku terus bertahan, entah
sampai kapan luka ini hinggap. Baiklah, aku putuskan untuk muncul di hadapan
Rafael dan Melodi.
"Rafael"panggilku
Rafael mengalihkan pandangannya. Kini ia menatapmu sendu. Ia
berjalan mendekatiku.
"Siapa yang kamu cintai Raf?"tanyamu basa-basi
"Aku bisa jelasin"Rafael meraih kedua pipiku,
namun dengan segera aku menepisnya
Aku berlari keluar. Menjauh dari Rafael. Sungguh aku tak
pernah mengira bahwa Rafael bisa sejahat ini padaku.
Sampainya di pintu gerbang, Rafael menahan
lenganku. Aku berusaha melepaskannya. Tapi hasilnya nihil.
"Aku cinta kamu"Rafael
"Dan Melodi. Iya kan?"aku melanjutkan ucapan
Rafael
Rafael tercengang melihatku.
"Kenapa kamu diam Raf? Benarkan yang aku katakan? Tapi
kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu harus bermain api di belakangku? Harusnya
kamu bilang saja jika kamu mencintainya! Jangan membuatku seperti ini! Apa kamu
tidak tahu, bagaimana aku merasa sangat bodoh?"tanyaku bertubi-tubi
Rafael masih enggan menjawab ucapanku. Dia hendak menghapus
air mataku, namun aku memalingkan wajahku.
"Iya. Aku cinta sama Melodi. Tidak apa jika kamu mau
kita putus. Toh kamu juga akan pergi. Aku tak bisa menjalani hubungan jarak
jauh. Tapi aku mohon, dengan cara yang baik!"Rafael
Dadaku kian sesak mendengar ucapan Rafael. Apa iya ini akhir
cerita kami? Namun tak lama kemudian aku mengangguk. Mungkin ini yang terbaik
untuk kami. Aku sadar, cinta tak harus memiliki. Meskipun aku dan Rafael saling
mencintai, tapi mungkin kita juga tak akan bahagia bila bersama. Sebab, hati
itu telah terbagi.
"Iya Raf. Mulai hari ini kita nggak ada hubungan
apa-apa lagi. Aku harap kamu bahagia disini. Sekalian juga, aku
pamit"ujarku setelah nafasku mulai tenang
Rafael mengangguk.
"Suatu hari kita akan bertemu dalam keadaan yang jauh
lebib baik"Rafael
Aku mengangguk lalu pergi dari hadapan Rafael, mantan
kekasihku.
Di sepanjang perjalanan pulang,
air mataku terus menetes. Sungguh ini bukan yang ku inginkan. Aku benar-benar
mencintainya. Tapi beginikah akhirnya? Dan seperti yang direncanakan sebelumnya.
Beberapa hari setelah itu aku pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan sekolah
disana. Aku memulai hari ku dengan lembaran baru, di kota pelajar ini. Aku
belajar lebih giat, mengisi waktu kosongku dengan hal-hal positif. Agar bisa
segera menghilangkan luka yang telah Rafael torehkan. Sejak saat aku
melangkahkan kaki di tempat tinggalku yang baru, aku bertekat untuk melupakan
Rafael.
Sepuluh tahun berlalu. Kini aku
telah menjelma menjadi wanita dewasa. Aku berjalan dengan anggunnya memasuki
sebuah restoran mewah di Jakarta. Tanganku digandeng mesra oleh seorang lelaki
berbadan tegap yang sangat aku cintai. Ia adalah suamiku, Bisma namanya. Dia
adalah seorang pilot. Malam ini ia akan mengajakku makan malam bersama dua
sahabatnya. Kami menghampiri sebuah meja yang sepertinya telah di pesan khusus
oleh pelanggan VIP. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita disana.
Sepertinya, aku pernah melihat orang-orang itu.
"Hay, sudah lama nunggunya?"tanya Bisma basa-basi
"Lumayan lah, ayo duduk!"ucap seorang pria
Aku dan Bisma duduk bersebelahan.
"Sayang, perkenalkan, dia Rangga, temanku saat SMP. Dia
juga tetanggaku. Kami berteman sangat dekat. Dan yang disebelahnya adalah
istrinya, Sabil"ucap Bisma memperkenalkan salah satu temannya
Mata ku terpenjat mendengar nama
itu. Rangga? Sepertinya aku hafal nama itu. Aku ingat, dia cinta pertamaku saat
masih SD dulu. Dan kini ia telag menikahi wanita yang sangat cantik. Aku juga
sudah menikah dengan Bisma. Setelah lebih dari lima belas tahun tak bertemu,
kini kami dipertemukan dengan kisah masing-masing. Terlalu banyak hal yang
telah berlalu. Aku tak menyangka akan dipertemukan lagi dengannya.
"Aku Alisya, istri Bisma"aku menyalami Rangga dan
Sabil satu per satu
Keduanya tersenyum penuh keramahan. Sepertinya Rangga juga
mengenaliku. Tapi pemikiran kami sama. 'Apa salahnya sekarang berteman?
Bukankah menjalin tali silaturahmi itu sangat baik?'
Kemudian Bisma kembali
mengenalkanku dengan pria disebelah Rangga. Pria itu menatapku sambil tersenyum
manis. Senyuman itu, sepertinya sangat familiar bagiku.
"Dia Rafael. Temanku saat aku kuliah. Dia juga berasal
dari SMA yang sama sepertimu. Apa kalian saling kenal?"Bisma
"Oh iya. Kami dulu berteman"jawab Rafael
"Oh bagus. Dan sayang, yang disebelah Rafael itu
Melodi, istri Rafael"Bisma
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Senang bertemu dengan kalian lagi"aku
Mereka tersenyum padaku.
Sudah cukup lama aku meninggalkan
masa laluku. Tapi bukankah masa lalu memang harus di tinggalkan? Aku berjalan
bersama masa depanku. Kebahagiaanku. Bisma, suamiku. Bagiku, ia-lah yang
terbaik. Meskipun banyak kisah yang lebih dulu mengenalkanku dengan cinta, tapi
inilah takdirku. Takdir kita. Rangga dan Rafael sama-sama sudah membuatku
mengerti tentang arti cinta. Dan mereka juga mengajariku untuk bertahan dalam
luka. Dan ku rasa kini mereka juga sudah menemukan kebahagiaan masing-masing.
Rangga dengan Sabil, dan Rafael dengan Melodi. Mulai detik ini keluarga kami
bersahabat. Semua masa lalu yang buruk kami lupakan. Di ganti dengan lembaran
hidup yang jauh lebih indah. Inilah hidup. Tak harus ia menjadi jodoh kita.
Kita juga dapat memilikinya sebagai sahabat. Dan itu yang lebih baik. Bukankah
Tuhan tak pernah salah menurunkan pendamping untuk kita? Tuhan memberikan yang
sekiranya terbaik untuk kita. Dan ia juga kirimkan kirimkan kebagiaan lain
dengan memberi kejutan.
"END"