Sabtu, 30 Agustus 2014

Cerpen- Beside You

Beside You

Liza. Seperti biasa, gadis ini tengah mengikuti langkah sang pangeran. Kevin. Meskipun Kevin tak pernah membalas perasaannya. Tapi Liza tak pernah bosan untuk selalu disisi pria itu.
"Kevin, kita mau kemana?"Liza
"Gue sih mau ke kantin"Kevin
Mereka berjalan menuju kantin. Setelah memesan makanan, mereka segera duduk. Kevin asyik dengan hand phone nya. Begitu pula dengan Liza. Tak lama kemudian, seorang gadis cantik datang. Dia adalah Debby, gadis tercantik di sekolah Liza. Ia duduk di samping Kevin.
Debby memeluk lengan Kevin manja. Kevin menoleh ke arahnya sembari tersenyum. Debby membalas senyuman Kevin. Sementara Liza, hanya mengumpat dalam hatinya yang mulai panas. Sesaat kemudian, pesanan Liza dan Kevin datang. Liza segera menyantap pesananmu.
"Debby, kamu nggak makan?"Kevin
"Enggak, ntar takut gemuk"Debby
"Alah alay bener lo"sewot Liza
Kevin dan Debby menatap Liza  sinis. Liza sedikit ngeri dengan tatapan mereka. Lalu Liza  melanjutkan makannya.
Bel pulang sekolah berbunyi. Siswa-siswi berjalan meninggalkan kelas. Seperti biasa, liza ke parkiran, berharap pangerannya akan mengajaknya pulang bersama. Namun, apa yang ia lihat? Kevin malah membonceng Debby si gadis cantik itu. Liza menghentakkan kakinya kesal. Sementara Debby melihatnya dengan tatapan meremehkan sambil mempererat pelukannya pada tubuh Kevin.
Liza berjalan menuju pintu gerbang. Mencari angkutan umum yang akan membawanya pulang. Sudah setengah jam, namun belum ada juga kendaraan lewat.
"Tumben jam segini sepi. Gue pulangnya gimana donk?"lirih Liza
"Bareng gue yuk!"ajak seseorang
"Ricky?"kaget Liza
Yaps. Ricky. Dia ketua OSIS di sekolah Liza. Ia juga teman sekelas Kevin.
"Ngapain lo masih disini?"tanya Liza
"Tadi habis rapat OSIS. Lo mau pulang kan? Ayo gue anter"Ricky
Liza mengangguk. Ricky menyodorkan helm padanya, dan Liza segera memakainya.
"Buruan naik!"suruh Ricky
Liza segera menaiki motor Ricky. Rickypun segera menjalankan motornya menuju rumah Liza.

Lima belas menit kemudian, mereka sampai di halaman rumah Liza.
"Makasih ya Rick, udah nganterin gue sampe rumah"Liza
Ricky mengangguk
"Kalo lo mau, gue bisa kok antar-jemput lo tiap hari. Toh ngelewatin juga"Ricky
"Enggak deh makasih"Liza  sembari tersenyum
"Yaudah aku masuk dulu ya"Liza
Ricky mengangguk dan tersenyum. Liza segera masuk rumah. Dan Rickypun pulang.
Liza masuk ke dalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Andai saja, Ricky itu Kevin, pasti gue seneng banget. Kapan kamu menerima kehadiranku Kevin? Dan kapan kamu bisa cinta sama aku, seperti aku cinta kamu?"lirih Liza
Hari telah berganti. Kini Liza  sudah berada di sekolah. Liza duduk di bangku taman yang masih sepi. Pandangan Liza  kosong, tapi penuh arti.
"Ngapain lo disini sendirian? Bengong lagi"ucap seseorang mengagetkan Liza
Liza menolehnya. Senyum mengembang dibibir Liza.
"Kevin?"ucap Liza  seolah tak percaya
Kevin enggan menatap Liza. Ia terlihat begitu cuek dan dingin.
"Kevin"panggil Liza
"Apa?"Kevin masih enggan menatap Liza
"Kamu ngapain disini?"tanya Liza
"Bukannya tadi gue tanya duluan"Kevin
"Oh...em, kalo aku cuma lagi pengen aja. Lagi pula disini enak"jawab Liza
"Sama. Gue juga cuma lagi pengen"Kevin
"Kevin"panggil Liza lagi
"Hmm"Kevin
"Kamu pacaran ya sama Debby?"tanya Liza sedikit ragu
"Emang kenapa?"Kevin
"Nggak papa. Aku cuma tanya kok"Liza sembari menunduk
"Kenapa malah nunduk?"Kevin menatap Liza
Liza menggeleng.
Kevin kembali menatap lurus ke depan. Sedangkan Liza masih menunduk, sambil memainkan kuku jarinya.
"Lo masih suka sama gue?"Kevin
Liza mendongakkan kepalanya ke arah Kevin. Sementara Kevin masih pada aktifitas awalnya. Namun karena merasa pertanyaannya tak di jawab, Kevin menatap Liza. Kini Liza  dan Kevin saling menatap.
"Lo masih cinta gue?"ulang Kevin
Liza mengangguk.
"Sampai kapan lo akan mencintai gue? Sementara gue...."ucap Kevin terpotong
"Sampai aku mampu bertahan. Gak peduli kamu membalasnya atau tidak"jawab Liza
Kevin terdiam. Ia menatap manik mata Liza dalam. Terpancar ketulusan disana.
Liza yang mulai merasa tak nyaman dengan tatapan Kevin, kembali menunduk.
"Maaf"lirih Liza kemudian bangkit dari duduknya
Liza hendak pergi, namun Kevin menahan tangannya.
"Lo pasti bisa dapetin cowok yang jauh lebih baik dari gue"kata Kevin kemudian berdiri berhadapan dengan Liza
"Sorry Za, gue gak bisa buat mencintai lo. Karena hati gue milih.......Debby"lirih Kevin yang terasa menyayat hati Liza
Liza berusaha menahan sakit di hatinya. Ia berusaha tersenyum manis.
"Aku nggak papa. Tapi izinkan aku buat selalu ada di sisi kamu sampai hati aku siap"Liza
Kevin mengangguk, lalu pergi meninggalkan Liza sendirian.
Setelah kepergian Kevin, Liza kembali duduk di bangku dan meluapkan segala sakit hatinya. Hatinya sungguh terluka atas kejujuran Kevin. Air matanya tumpah ruah. Hingga seseorang menarik Liza untuk berdiri lalu mendekapnya erat.
"Jangan nangis! Ada aku disini"lirihnya
Liza membalas pelukan orang itu yang tak lain adalah Ricky. Ricky-lah tempat bersandar bagi Liza di kala ia terluka. Ia yang selalu menghapus air mata Liza yang jatuh karena Kevin. Sayang, hati Liza tak pernah bisa memilih Ricky.
Satu tahun berlalu. Sore ini, Liza dan Ricky menghabiskan waktu di pantai. Mereka asyik bermain air. Yaps. Semakin lama, hubungan Liza dan Ricky semakin dekat. Saat Liza  dan Ricky asyik bermain, seorang pria memanggil nama Liza.
"Liza"panggil pria itu
"Kevin?"kaget Liza
Kevin berjalan ke arah Liza.
Kevin menatap manik mata Liza  dalam. Indah. Itulah kata yang terbesit dalam benak Liza.
"Maaf Liza. Selama ini aku buta. Aku tidak peka dengan perasaanku sendiri"ucap Kevin begitu lembut
"Maksud kamu?"Liza
"Aku cinta kamu. Aku bener-bener cinta dan sayang sama kamu"Kevin
Liza terdiam. Hatinya senang, karena akhirnya kini cintanya terbalaskan.
"Aku mau kamu jadi pacar aku. Kamu mau kan?"Kevin menggapai jemari Liza
"Ap..apa? Apa ini mimpi?"tanya Liza seolah tak percaya
Kevin menggeleng
"Kamu mau kan?"ulang Kevin
Liza kembali terdiam. Ia menoleh ke arah Ricky untuk meminta pendapat. Ricky mengangguk dan tersenyum pertanda ia setuju jika Liza menerima Kevin. Liza kembali menatap Kevin. Terpancar harapan disana. Sementara Ricky segera pergi. Meninggalkan dua sejoli itu di tepi pantai.
'Semoga kamu bahagia dengan Kevin, Za. Aku akan terus mencintaimu walau aku tak mungkin dapat memelukmu'batin Ricky
Sayang, kepergian Ricky tak disadari oleh Liza.
"Kevin, seperti yang aku katakan dua bulan lalu. Aku mencintaimu. Aku akan bertahan selama hatiku mampu. Dan sampai sekarang, aku masih cinta sama kamu"Liza
Kevin tersenyum sangat manis.
"Tapi aku tidak mau jadi buta karena cintamu. Ada seseorang yang selalu ada untukku, selalu mencintaiku walau aku tak pernah ada untuknya. Aku baru sadar, Ricky, sandaran hatiku. Yang membuatku kuat menapaki kehidupan. Yang membuatku hidup saat hati ini hampir mati karenamu"lirih Liza
Kevin terdiam. Ia tak menyangka cintanya akan Liza tolak. Apa yang telah ia lakukan selama ini? Membuang cinta tulus yang Liza berikan. Dan sekarang, ia harus membayar dengan luka.
"Kalau kamu cinta sama aku, lepaskan aku untuk menggapai kebahagiaanku, Ricky"ucap Liza melepaskan pegangan tangan Kevin
Kevin mengangguk.
"Kejar kebahagiaan kamu Za! Tapi tepatilah janjimu untuk selalu di sisiku"Kevin
"I will always beside you, Kevin"Liza kemudian pergi mengejar Ricky
Liza memeluk Ricky dari belakang.
"Jangan tinggalin aku! Aku mau selamanya sama kamu. Maaf, selama ini aku terlalu naif"ucap Liza
Ricky berbalik menghadap Liza, lalu memeluknya erat.
"Aku selalu ada disini buat kamu. Aku janji nggak akan tinggalin kamu. Aku janji akan buat kamu bahagia, selamanya"Ricky
#Ingatlah saat kau memintanya pergi dan menggapai kebahagiaan lain! Saat itulah ia akan berusaha untuk benar-benar pergi dan menghapus cintanya padamu. Dan ketika suatu saat kau menginginkannya

Jumat, 29 Agustus 2014

cerpen-bayang masa lalu



Bayang Masa Lalu

Rafa, sosok pria tampan yang ku kenal saat awal masuk kuliah. Ia berbeda jurusan denganku. Dia jurusan ekonomi, dan aku sastra. Dia pria yang sangat sederhana dan pendiam. Tapi entah mengapa, banyak gadis yang menyukainya. Termasuk aku.
Aku bukanlah tipe cewek yang mudah jatuh cinta. Apalagi setelah kejadian saat kelas 1 SMA dulu. Pertama kali aku pacaran. Aku di selingkuhi. Dan lebih parahnya lagi, oleh sahabatku sendiri. Aku seakan trauma. Sakitnya sampai kini masih terasa. Hanya saja, sakit itu sedikit berkurang saat aku tengah bersama Rafa.
Aku dapat di katakan beruntung. Rafa. Pria maskulin incaran para wanita itu jatuh ke pelukanku. Ia resmi menjadi kekasihku sejak satu tahun lalu. Dan aku rasakan, sejak kedatangannya hidupku mulai berubah. Aku mulai bangkit dari luka masa lalu. Meski terkadang tiba-tiba aku teringat masa kelam itu. Tapi setidaknya, kini ada sosok yang setia menemani dan menghiburku saat aku sedih. Rafa menjalankan perannya dengan baik sebagai kekasihku. Dan aku sangat mencintainya.
Minggu lalu, aku dan Rafa merayakan 1st anniversary kami di sebuah restoran bernuansa klasik. Dan rencananya, hari ini sepulang kuliah Rafa akan mengajakku ke tempat favoritnya, danau. Ini bukan pertama kalinya bagiku. Rafa bilang, ia mencintai tempat itu seperti ia mencintaiku. Aku tak tahu apa alasannya. Mungkin ada memori masa lalu Rafa di tempat itu.
Pukul 2 siang, kelasku selesai. Aku menunggu Rafa di parkiran. Tak lama kemudian Rafa datang.
"Talitha, maaf lama"ucapnya
Aku mengangguk dan tersenyum
Ia mempersilahkanku masuk ke mobilnya, kemudian kami berangkat. Dua puluh menit kemudian, sampailah kami di jalan setapak menuju danau. Kami turun dari mobil lalu berjalan ke arah danau. Sesampainya di tepi danau, Rafa duduk di atas rerumputan. Akupun mengikutinya. Ia menoleh ke arahku sembari tersenyum. Akupun membalas senyumannya.
Semilir angin seakan menyisir rambutku yang tergerai. Suasana yang sepi, damai, tentram, bahkan ikut menentramkan hati. Sepertinya ini yang membuat Rafa begitu mencintai tempat ini. Hampir sepuluh menit kami duduk disini tanpa sepatahpun kata yang terlontar. Hingga Rafa memulainya.
"Kamu mulai suka tempat ini?"Rafa
Aku mengangguk
"Nggak sekedar suka, tapi betah"jawabku sembari tersenyum

Kemudian Rafa kembali melanjutkan perkataannya.
"Suasananya, sejuk, tenang, damai"Rafa
"Seperti kamu"ucapku lirih
Rafa menoleh ke arahku. Karena malu, akupun menunduk.
"Seperti apa?"Rafa sepertinya sengaja mengerjaiku
Aku masih bungkam. Malu.
"Seperti apa? Ayo ulangi perkataanmu tadi!"goda Rafa sembari tersenyum aneh dan mendekat padaku
"Seperti kamu"jawabku terpaksa
Rafa tertawa di depan wajahku. Sepertinya ia senang melihatku seperti kepiting rebus. Aku mulai kesal. Aku mendorongnya lalu berdiri. Ketika aku hendak pergi, Rafa menahan tanganku. Lalu ia berdiri disampingku.
"Kamu nyebelin"kesalku
"Habis kamu lucu kalau lagi malu"jawab Rafa santai
"Ih apaan sih?"elakku
"Tuh pipinya merah lagi"ejek Rafa sembari tertawa mengejek
Kali ini aku terdiam. Membiarkan Rafa puas mentertawaiku.
Tak lama kemudian, Rafa berhenti tertawa. Dan ia langsung memelukku sangat erat.
"Aku senang lihat pipi kamu merah saat kamu malu. Aku senang semua yang ada di kamu kecuali air matamu. Maka, jangan pernah tinggalkan aku. Jangan biarkan aku kehilangan semua yang ada padamu"bisiknya
Aku tersenyum lalu membalas pelukannya.
"Rafa"panggil seseorang
Rafa melepas pelukannya padaku, lalu ia menoleh. Dilihatnya sosok wanita cantik dengan rambut sebahu tersenyum ke arah kami.
"Kayla?"kaget Rafa
Kayla? Nama yang sangat asing bagiku. Siapa gadis itu sebenarnya?
Gadis bernama Kayla itu berjalan ke arah Rafa. Dan tiba-tiba saja ia memeluk Rafa. Aku sangat terkejut, juga bingung.
"Akhirnya kita bertemu juga. Setelah lima tahun pisah. Aku kangen banget sama kamu"ucap Kayla
Sedang Rafa hanya terdiam. Sepertinya ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini.

Kayla melepas pelukannya. Ia meraih dagu Rafa agar menatapnya.
"Kok kamu diam sih? Aku kembali buat kamu. Kamu masih sayang kan sama aku?"Kayla
"Kayla, ini benar-benar kamu? Kayla-ku?"Rafa seakan tak percaya
Kayla mengangguk. Rafa langsung memeluknya.
Sepertinya aku mulai mengerti semua ini. Kayla adalah seseorang yang Rafa cintai. Tapi bagaimana denganku? Apa aku akan kehilangan Rafa? Dan aku akan kembali terluka sama seperti saat aku kehilangan Reihan semasa SMA dulu? Aku tidak tahu. Yang jelas, aku tak kuat bila harus melihat pemandangan di hadapanku kini. Lalu aku memutuskan untuk pergi. Aku pulang dengan taxi.
Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Akankah Rafa meninggalkanku seperti Reihan? Dua kali aku mengenal cinta, dua kali pula aku terluka. Ketika aku hampir saja bangkit, kini aku terjatuh lagi. Berkali-kali hand phone ku berdering, namun aku enggan menggubrisnya.  Bahkan panggilan mama dan adikku dari balik pintupun malas ku jawab.
Kira-kira jam 7 malam, terdengar suara seorang pria memanggil namaku. Aku melihat ke luar jendela. Terlihat Rafa disana. Tak lama kemudian mama mengetuk pintu kamarku.
"Talitha, Rafa ingin bertemu sama kamu. Keluarlah sebentar, selesaikan masalah kalian baik-baik!"pinta mama
"Talitha capek ma, Talitha mau istirahat"balasku
Kemudian mama pergi menemui Rafa.
Setelah mendengar penuturan mamaku, Rafa masih enggan pergi. Ia masih berdiri tegap di luar sana. Sedang aku hanya dapat melihatnya dari jendela kamarku yang terletak di lantai dua. Cukup lama ia disana sebelum akhirnya ia pergi.
Maaf Rafa, aku tidak bisa menemuimu. Bukan karena aku membencimu. Aku cuma tak tahu, apa yang akan aku lakukan dan katakan saat berhadapan denganmu. Aku mencintaimu dan aku takut kehilanganmu.
Semakin lama, hubunganku dengan Rafa semakin rumit. Aku masih enggan bertemu dengannya. Sepertinya, hubungan Rafa dan Kayla kembali terjalin. Aku sering melihat kemesraan mereka. Tapi, setiap tak bersama Kayla, Rafa berusaha mendekatiku. Namun aku terus menghindar. Aku takut, Rafa mendekatiku hanya untuk mengatakan putus denganku, karena gadis yang ia cintai telah kembali.
Hampir dua bulan hubunganku dengan Rafa menggantung. Dengan pemikiran yang matang, aku siap bila harus melepas Rafa. Sore ini kami akan bertemu di danau.
Pukul 4 sore aku tiba di area danau. Terlihat Rafa tengah duduk di rerumputan seperti biasa. Aku menghampirinya.
"Maaf aku telat"ucapku masih dalam posisi berdiri
Rafa segera berdiri berhadapan denganku. Ia meraih kedua tanganku. Namun aku masih enggan menatapnya.
"Aku akan jelasin semua"ucapnya
"Nggak perlu. Aku ngerti kok, dan aku gak boleh egois"balasku
"Rafa, aku rela kok melepasmu untuk Kayla. Sepertinya dia memang lebih pantas buat kamu"lanjutku
"Kamu salah paham"Rafa
"Enggak Raf, aku tahu kalian masih saling mencintai"potongku
"Oke kalau itu kamu benar. Tapi...."ucap Rafa terpotong saat hand phonenya berbunyi
Rafa menarik tanganku, memaksaku ikut dengannya.
Aku tak tahu apa isi pesan yang di terima Rafa tadi. Yang jelas terpancar kesedihan dari mata Rafa. Dan sedari tadi ia hanya terdiam. Belum pernah aku melihat Rafa seperti ini.
Rafa menghentikan mobilnya di halaman rumah yang cukup besar. Ia menggandengku memasukki rumah itu. Dan aku sangat terkejut melihat sosok gadis cantik terbujur kaku diatas ranjang. Beberapa orang mengerumuninya sembari menangis. Rafa melepas gandengan tanganku, lalu berjalan gontai menuju ranjang dimana gadis itu berada. Ia memeluknya sangat erat sambil menangis histeris.
"Kenapa kamu pergi secepat ini Kay? Kita baru saja bertemu. Tapi kenapa kamu pergi lagi?"teriak Bisma
Yap. Gadis itu adalah Kayla. Kayla meninggal diusianya yang masih 20 tahun.
Hari telah berganti. Kini aku tengah menghadiri pemakaman Kayla. Ada Rafa juga tentunya. Ia terlihat lebih baik dari kemarin. Setelah semua orang pergi, Rafa mengajakku ke suatu tempat. Danau.
"Sekarang kamu tahu kan, kenapa aku harus kembali bersama Kayla?"Rafa
Aku mengangguk.
"Kayla mengidap Leokemia sejak enam tahun silam. Maka dari itu, dulu ia meninggalkanku. Ia ke Singapore untuk melakukan sederet terapi. Tapi semua gagal. Lalu ia memutuskan untuk menghabiskan sisa waktunya disini, bersamaku"jelas Rafa
Rafa mengajakku duduk di atas rerumputan. Kemudian ia menarik napas panjang.
"Aku telah menceritakan semua tentangmu padanya. Dan dia mengerti. Ia juga tak berniat merebutku darimu. Dan, Kayla menitipkan ini untukmu.
Ku buka selembar kertas itu, lalu ku baca isinya.

"Talitha, maaf bila aku mengganggu kebahagiaanmu dengan Rafa. Aku hanya ingin meminjam Rafa sebentar untuk menemani sisa hidupku. Aku tak bermaksud merebutnya darimu. Aku sangat mencintai Rafa. Tapi kami takkan pernah dapat menyatu. Talitha, kamu gadis yang baik, dan Rafa sangat mencintaimu. Ku berikan Rafa untukmu seutuhnya. Dan terima kasih atas semua kebaikanmu"

"Jujur aku masih mencintai Kayla. Tapi Kayla hanyalah bayangan di masa laluku. Dan kamu adalah cintaku yang nyata, Talitha"Rafa
Aku segera memeluknya
"Maafin aku! Jangan pernah tinggalin aku!"tangisku dalam pelukkan Rafa
"Aku nggak akan pernah pergi dari sisimu"Rafa


The End...