Jumat, 29 Agustus 2014

cerpen-bayang masa lalu



Bayang Masa Lalu

Rafa, sosok pria tampan yang ku kenal saat awal masuk kuliah. Ia berbeda jurusan denganku. Dia jurusan ekonomi, dan aku sastra. Dia pria yang sangat sederhana dan pendiam. Tapi entah mengapa, banyak gadis yang menyukainya. Termasuk aku.
Aku bukanlah tipe cewek yang mudah jatuh cinta. Apalagi setelah kejadian saat kelas 1 SMA dulu. Pertama kali aku pacaran. Aku di selingkuhi. Dan lebih parahnya lagi, oleh sahabatku sendiri. Aku seakan trauma. Sakitnya sampai kini masih terasa. Hanya saja, sakit itu sedikit berkurang saat aku tengah bersama Rafa.
Aku dapat di katakan beruntung. Rafa. Pria maskulin incaran para wanita itu jatuh ke pelukanku. Ia resmi menjadi kekasihku sejak satu tahun lalu. Dan aku rasakan, sejak kedatangannya hidupku mulai berubah. Aku mulai bangkit dari luka masa lalu. Meski terkadang tiba-tiba aku teringat masa kelam itu. Tapi setidaknya, kini ada sosok yang setia menemani dan menghiburku saat aku sedih. Rafa menjalankan perannya dengan baik sebagai kekasihku. Dan aku sangat mencintainya.
Minggu lalu, aku dan Rafa merayakan 1st anniversary kami di sebuah restoran bernuansa klasik. Dan rencananya, hari ini sepulang kuliah Rafa akan mengajakku ke tempat favoritnya, danau. Ini bukan pertama kalinya bagiku. Rafa bilang, ia mencintai tempat itu seperti ia mencintaiku. Aku tak tahu apa alasannya. Mungkin ada memori masa lalu Rafa di tempat itu.
Pukul 2 siang, kelasku selesai. Aku menunggu Rafa di parkiran. Tak lama kemudian Rafa datang.
"Talitha, maaf lama"ucapnya
Aku mengangguk dan tersenyum
Ia mempersilahkanku masuk ke mobilnya, kemudian kami berangkat. Dua puluh menit kemudian, sampailah kami di jalan setapak menuju danau. Kami turun dari mobil lalu berjalan ke arah danau. Sesampainya di tepi danau, Rafa duduk di atas rerumputan. Akupun mengikutinya. Ia menoleh ke arahku sembari tersenyum. Akupun membalas senyumannya.
Semilir angin seakan menyisir rambutku yang tergerai. Suasana yang sepi, damai, tentram, bahkan ikut menentramkan hati. Sepertinya ini yang membuat Rafa begitu mencintai tempat ini. Hampir sepuluh menit kami duduk disini tanpa sepatahpun kata yang terlontar. Hingga Rafa memulainya.
"Kamu mulai suka tempat ini?"Rafa
Aku mengangguk
"Nggak sekedar suka, tapi betah"jawabku sembari tersenyum

Kemudian Rafa kembali melanjutkan perkataannya.
"Suasananya, sejuk, tenang, damai"Rafa
"Seperti kamu"ucapku lirih
Rafa menoleh ke arahku. Karena malu, akupun menunduk.
"Seperti apa?"Rafa sepertinya sengaja mengerjaiku
Aku masih bungkam. Malu.
"Seperti apa? Ayo ulangi perkataanmu tadi!"goda Rafa sembari tersenyum aneh dan mendekat padaku
"Seperti kamu"jawabku terpaksa
Rafa tertawa di depan wajahku. Sepertinya ia senang melihatku seperti kepiting rebus. Aku mulai kesal. Aku mendorongnya lalu berdiri. Ketika aku hendak pergi, Rafa menahan tanganku. Lalu ia berdiri disampingku.
"Kamu nyebelin"kesalku
"Habis kamu lucu kalau lagi malu"jawab Rafa santai
"Ih apaan sih?"elakku
"Tuh pipinya merah lagi"ejek Rafa sembari tertawa mengejek
Kali ini aku terdiam. Membiarkan Rafa puas mentertawaiku.
Tak lama kemudian, Rafa berhenti tertawa. Dan ia langsung memelukku sangat erat.
"Aku senang lihat pipi kamu merah saat kamu malu. Aku senang semua yang ada di kamu kecuali air matamu. Maka, jangan pernah tinggalkan aku. Jangan biarkan aku kehilangan semua yang ada padamu"bisiknya
Aku tersenyum lalu membalas pelukannya.
"Rafa"panggil seseorang
Rafa melepas pelukannya padaku, lalu ia menoleh. Dilihatnya sosok wanita cantik dengan rambut sebahu tersenyum ke arah kami.
"Kayla?"kaget Rafa
Kayla? Nama yang sangat asing bagiku. Siapa gadis itu sebenarnya?
Gadis bernama Kayla itu berjalan ke arah Rafa. Dan tiba-tiba saja ia memeluk Rafa. Aku sangat terkejut, juga bingung.
"Akhirnya kita bertemu juga. Setelah lima tahun pisah. Aku kangen banget sama kamu"ucap Kayla
Sedang Rafa hanya terdiam. Sepertinya ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini.

Kayla melepas pelukannya. Ia meraih dagu Rafa agar menatapnya.
"Kok kamu diam sih? Aku kembali buat kamu. Kamu masih sayang kan sama aku?"Kayla
"Kayla, ini benar-benar kamu? Kayla-ku?"Rafa seakan tak percaya
Kayla mengangguk. Rafa langsung memeluknya.
Sepertinya aku mulai mengerti semua ini. Kayla adalah seseorang yang Rafa cintai. Tapi bagaimana denganku? Apa aku akan kehilangan Rafa? Dan aku akan kembali terluka sama seperti saat aku kehilangan Reihan semasa SMA dulu? Aku tidak tahu. Yang jelas, aku tak kuat bila harus melihat pemandangan di hadapanku kini. Lalu aku memutuskan untuk pergi. Aku pulang dengan taxi.
Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Akankah Rafa meninggalkanku seperti Reihan? Dua kali aku mengenal cinta, dua kali pula aku terluka. Ketika aku hampir saja bangkit, kini aku terjatuh lagi. Berkali-kali hand phone ku berdering, namun aku enggan menggubrisnya.  Bahkan panggilan mama dan adikku dari balik pintupun malas ku jawab.
Kira-kira jam 7 malam, terdengar suara seorang pria memanggil namaku. Aku melihat ke luar jendela. Terlihat Rafa disana. Tak lama kemudian mama mengetuk pintu kamarku.
"Talitha, Rafa ingin bertemu sama kamu. Keluarlah sebentar, selesaikan masalah kalian baik-baik!"pinta mama
"Talitha capek ma, Talitha mau istirahat"balasku
Kemudian mama pergi menemui Rafa.
Setelah mendengar penuturan mamaku, Rafa masih enggan pergi. Ia masih berdiri tegap di luar sana. Sedang aku hanya dapat melihatnya dari jendela kamarku yang terletak di lantai dua. Cukup lama ia disana sebelum akhirnya ia pergi.
Maaf Rafa, aku tidak bisa menemuimu. Bukan karena aku membencimu. Aku cuma tak tahu, apa yang akan aku lakukan dan katakan saat berhadapan denganmu. Aku mencintaimu dan aku takut kehilanganmu.
Semakin lama, hubunganku dengan Rafa semakin rumit. Aku masih enggan bertemu dengannya. Sepertinya, hubungan Rafa dan Kayla kembali terjalin. Aku sering melihat kemesraan mereka. Tapi, setiap tak bersama Kayla, Rafa berusaha mendekatiku. Namun aku terus menghindar. Aku takut, Rafa mendekatiku hanya untuk mengatakan putus denganku, karena gadis yang ia cintai telah kembali.
Hampir dua bulan hubunganku dengan Rafa menggantung. Dengan pemikiran yang matang, aku siap bila harus melepas Rafa. Sore ini kami akan bertemu di danau.
Pukul 4 sore aku tiba di area danau. Terlihat Rafa tengah duduk di rerumputan seperti biasa. Aku menghampirinya.
"Maaf aku telat"ucapku masih dalam posisi berdiri
Rafa segera berdiri berhadapan denganku. Ia meraih kedua tanganku. Namun aku masih enggan menatapnya.
"Aku akan jelasin semua"ucapnya
"Nggak perlu. Aku ngerti kok, dan aku gak boleh egois"balasku
"Rafa, aku rela kok melepasmu untuk Kayla. Sepertinya dia memang lebih pantas buat kamu"lanjutku
"Kamu salah paham"Rafa
"Enggak Raf, aku tahu kalian masih saling mencintai"potongku
"Oke kalau itu kamu benar. Tapi...."ucap Rafa terpotong saat hand phonenya berbunyi
Rafa menarik tanganku, memaksaku ikut dengannya.
Aku tak tahu apa isi pesan yang di terima Rafa tadi. Yang jelas terpancar kesedihan dari mata Rafa. Dan sedari tadi ia hanya terdiam. Belum pernah aku melihat Rafa seperti ini.
Rafa menghentikan mobilnya di halaman rumah yang cukup besar. Ia menggandengku memasukki rumah itu. Dan aku sangat terkejut melihat sosok gadis cantik terbujur kaku diatas ranjang. Beberapa orang mengerumuninya sembari menangis. Rafa melepas gandengan tanganku, lalu berjalan gontai menuju ranjang dimana gadis itu berada. Ia memeluknya sangat erat sambil menangis histeris.
"Kenapa kamu pergi secepat ini Kay? Kita baru saja bertemu. Tapi kenapa kamu pergi lagi?"teriak Bisma
Yap. Gadis itu adalah Kayla. Kayla meninggal diusianya yang masih 20 tahun.
Hari telah berganti. Kini aku tengah menghadiri pemakaman Kayla. Ada Rafa juga tentunya. Ia terlihat lebih baik dari kemarin. Setelah semua orang pergi, Rafa mengajakku ke suatu tempat. Danau.
"Sekarang kamu tahu kan, kenapa aku harus kembali bersama Kayla?"Rafa
Aku mengangguk.
"Kayla mengidap Leokemia sejak enam tahun silam. Maka dari itu, dulu ia meninggalkanku. Ia ke Singapore untuk melakukan sederet terapi. Tapi semua gagal. Lalu ia memutuskan untuk menghabiskan sisa waktunya disini, bersamaku"jelas Rafa
Rafa mengajakku duduk di atas rerumputan. Kemudian ia menarik napas panjang.
"Aku telah menceritakan semua tentangmu padanya. Dan dia mengerti. Ia juga tak berniat merebutku darimu. Dan, Kayla menitipkan ini untukmu.
Ku buka selembar kertas itu, lalu ku baca isinya.

"Talitha, maaf bila aku mengganggu kebahagiaanmu dengan Rafa. Aku hanya ingin meminjam Rafa sebentar untuk menemani sisa hidupku. Aku tak bermaksud merebutnya darimu. Aku sangat mencintai Rafa. Tapi kami takkan pernah dapat menyatu. Talitha, kamu gadis yang baik, dan Rafa sangat mencintaimu. Ku berikan Rafa untukmu seutuhnya. Dan terima kasih atas semua kebaikanmu"

"Jujur aku masih mencintai Kayla. Tapi Kayla hanyalah bayangan di masa laluku. Dan kamu adalah cintaku yang nyata, Talitha"Rafa
Aku segera memeluknya
"Maafin aku! Jangan pernah tinggalin aku!"tangisku dalam pelukkan Rafa
"Aku nggak akan pernah pergi dari sisimu"Rafa


The End...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar