Tak Ada Artinya
Aku berlari kecil memasuki
gerbang setelah turun dari bus. Kemudian langkahku kembali tenang setelah
melihat area kampus yang masih ramai. Beberapa temanku masih berkeliaran di
area kampus. Lalu, aku bertemu Feby, sahabatku. Kami berjalan menuju kelas
bersama.
"Intan!"seseorang memanggilku
Akupun menoleh ke sumber suara. Terlihat Reza, teman
sekelasku saat SMA tersenyum ke arahku. Ia melambaikan tangan padaku, kemudian
berlalu.
'Apa yang dia lakukan disini? Yang ku tahu dia tidak kuliah
disini'pikirku
Sampainya di kelas, aku dan Feby
duduk di bangku nomor dua dari depan. Tak lama kemudian, Pak Anas selaku dosen
Parasitologi datang. Semua mahasiswa duduk di bangku masing-masing dan
menyiapkan buku mereka. Parasitologi adalah salah satu pelajaran kesukaanku.
Jadi, selama jam pelajaran aku menyimaknya dengan seksama. Selesai pelajaran,
Pak Anas keluar kelas.
"Teman-teman, tugas dari Pak Aman kemarin suruh di
kumpulin sekarang. Kumpulin di depan ya! Biar nanti aku yang ngasihin ke Pak
Aman"teriak temanku, Fira
"Kamu udah ngerjain?"tanya Feby
"Udah kok"jawabku
"Ya udah, nitip kumpulin di depan ya!"ujar Feby
sembari memberikan lembar kerjanya padaku
Aku mengangguk lalu mengumpulkannya di depan.
Saat hendak kembali duduk di
bangku ku, mataku tertuju ke arah jendela. Terlihat Ilham tersenyum ke arahku.
Namun aku cuek saja. Aku tetap berjalan ke arah bangku ku tanpa berniat
menyapanya. Ilham tak lain adalah teman sekelasku saat SMA. Dia adalah sohib
Reza. Bagian dari genk yang terkenal cool di
sekolah.
Jujur saja, ada yang aneh
menurutku. Tadi pagi aku melihat Reza, dan sekarang Ilham. Apa yang mereka
lakukan disini? Keduanya tidak kuliah disini.
"Intan, kamu kenapa sih?"tanya Feby
"Lagi mikir aja"jawabku
"Mikir apa?"Feby
Aku menatap Feby bingung, lalu menggeleng.
"Ke kantin yuk! Bu Nisa nggak ngajar kok"ajak Feby
"Nggak ah...malas"aku
"Ya sudahlah, aku mau baca novel aja"Feby
Aku mengangguk.
"Eh...bentar deh"Feby
"Apa?"aku
"Tadi aku kayak lihat cowok yang fotonya ada di hand
phonemu deh"Feby
"Cowok yang mana? Siapa?"aku
"Itu. Bisma kalau nggak salah. Eh tapi nggak tahu juga
sih. Aku nggak yakin"Feby
"Kamu serius? Memang kamu ingat wajahnya?"tanyaku
antusias
"Nggak begitu ingat sih"Feby
Aku terdiam. Entah mengapa, di
setiap langkah aku mencoba pergi, bayangannya selalu datang. Selalu ada hal
yang mengingatkanku tentangnya. Bisma. Ya. Entah apa yang membuatku tak bisa
melupakannya. Nyaris tak ada kenangan indah antara kami. Semua menyakitkan.
Tapi, bayangnya tak pernah mampu ku usir dari ingatanku.
"Intan, kok bengong sih?"Feby
Aku menatapnya malas.
"Intan! Itu...itu"ucap Feby sambil menujuk ke arah
pintu dengan suara gemas
Dengan malas, aku melihat ke arah
pintu. Mataku membolat sempurna melihat Bisma berjalan memasuki kelasku. Dia
sempat tersenyum padaku. Namun kemudian ia kembali berjalan menuju depan kelas,
dimana dosenku biasa menjelaskan materi pada para mahasiswa.
"Itu Bisma kan? Itu Bisma yang kamu ceritakan dulu
kan?"tanya Feby
Aku berdiri lalu berjalan cepat, berpindah ke bangku
belakang. Lalu aku bersembunyi di bawah meja. Aku tak ingin dia melihatku. Aku
tak ingin dia melihat aku yang semakin lemah saat berhadapan dengannya. Aku tak
ingin sampai ia melihat air mataku lagi.
Bisma berhenti berjalan. Dia
melihat ke arah teman-temanku. Aku mengintipnya dari celah-celah kecil yang
ada. Tanganku berpegangan erat pada bangku di dekatku.
Sebenarnya apa yang ia lakukan disini? Apa dia akan jadi
mahasiswa baru disini? Tapi kenapa harus disini? Kenapa harus di kelas ini? Aku
kembali ingat apa itu 'bahagia' saat melihat senyumannya. Tapi aku juga kembali
ingat apa itu 'luka' saat mengingat masa lalu kami.
"Selamat siang, maaf mengganggu. Namaku Bisma. Aku
disini cuma mau sedikit bercerita tentang suatu hal. Aku harap kalian mau
mendengarnya"ujar Bisma
Teman-temanku terdiam. Beberapa dari mereka mulai berbisik
tentang Bisma.
"Lima tahun lalu, aku bertemu dengan seseorang. Dia
adalah seorang perempuan. Di awal pertemuan, aku menganggapnya sebagai gadis
aneh, gila, tidak normal. Tapi dari sana aku baru sadar, kalau aku
memperhatikannya lebih dari gadis lain. Ternyata aku menyukainya"terang
Bisma
Aku terdiam. Sebisa mungkin aku
menenangkan hatiku yang semakin kacau. Aku merasa Bisma tengah menceritakan
tentang aku. Namun, aku tak mau kecewa lagi. Mungkin itu hanya harapanku
semata. Sesaat kemudian, Bisma melanjutkan kisahnya.
"Tapi sayang. Sebelum aku mengerti tentang perasaan
itu, aku sudah terlebih dahulu mencintai perempuan lain. Dia sangat cantik,
pintar, baik. Namanya Fadila. Dan, akupun pacaran dengannya. Tanpa ku sadari,
aku telah membuat gadis yang ku anggap aneh itu terluka. Dia mencintaiku. Dan
aku malah berpacaran dengan orang lain. Sejak saat itu, hubungan kami
merenggang. Tak ada lagi percakapan antara kami, bahkan sampai detik
ini"Bisma
Beberapa temanku mulai tersentuh
dengan cerita Bisma. Akupun semakin sulit mengatur perasaanku. Mataku mulai
terasa pedih.
"Aku benar-benar sudah menyakitinya. Aku
meninggalkannya dan membuatnya benar-benar rapuh. Aku telah membuat luka yang
dalam di hatinya"ujar Bisma kian lirih
"Tapi sekarang, aku tahu, aku sadar semuanya. Aku sadar
tentang betapa besar dan tulus cintanya. Cinta yang selama ini ku buang, tak ku
hiraukan, tapi tetap hidup meski kini ia bersembunyi"lanjut Bisma sedikit
tertawa
Feby menoleh ke arahku. Aku memberi
kode padanya kalau aku baik-baik saja. Sebisa mungkin, aku menahan isak
tangisku.
"Sekarang, aku ingin kalian menjadi saksi. Mulai hari
ini, aku hanya akan mencintai satu orang. Aku akan menjaga cinta yang selama
ini tak ku hiraukan. Aku akan menjaga hati pemiliknya. Memeluk hati itu
selamanya. Membayar segala kesalahan yang telah ku lakukan"Bisma
Aku tak sanggup lagi membendung
air mataku. Aku semakin erat menggenggam bangku di dekatku. Aku menunduk dalam,
menahan suara isakkan dari mulutku. Hingga terasa sebuah tangan memegang
punggung tangan kananku.
"Intan"panggilnya lembut
Aku menoleh ke arahnya, Bisma.
"Intan, maaf atas segalanya. Maaf aku telah
meninggalkanmu demi Fadila dan membuatmu terluka sangat dalam. Tapi please,
beri aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku sayang sama kamu. Aku
ingin kamu kembali padaku? Aku janji akan menjaga hatimu sebaik
mungkin"lanjut Bisma.
Air mataku mengalir kian deras. Dan kini Bisma menggenggam
erat tangan kananku. Perlahan, tangan kiriku terangkat dan menyentuh tangan
Bisma.
"Prang...."
Aku terduduk di atas tempat
tidurku. Aku melihat kesisi kiriku.
"Maaf aku nggak sengaja"ujar Feby
Memang, semalam Feby menginap di rumahku.
"Intan, tadi aku lihat buku tahunanmu waktu SMA.
Ternyata cowok yang namanya Bisma itu memang ganteng ya?"Feby
"Tadi aku lagi mimpi tentang dia. Kamu sih, merusaknya"kesalku
"Intan!"panggil mama ku
"Iya ma"jawabku
Mama ku masuk ke kamarku. Ia memberikan sesuatu padaku.
"Itu undangan pertunangan teman SMA-mu, Bisma sama
Fadila. Acaranya minggu depan"ujar mama ku
"Iya ma. Makasih"balasku
Kemudian mama ku keluar.
Jujur
saja, aku sangat terkejut
"Kamu mimpi apa tentang dia?"Feby
"Nggak penting. Bagiku mimpi hanyalah bunga tidur yang
tak memiliki arti apapun. Mimpi tak kan merubah kenyataan tentang aku dan
dia"jawabku
Feby tersenyum lalu merangkulku, seakan tahu, apa yang aku
rasakan saat ini.
Hari-hari
berlalu. Malam nanti, aku akan menghadiri pertunangan Bisma dengan Fadila. Aku
tak boleh terus berlari dan bersembunyi dari perasaanku sendiri. Bukan berarti
aku sudah dapat merelakannya. Aku masih terus berusaha untuk bangkit darinya.
Menerima kenyataan bahwa dia tak pernah untuk ku. Dia bukan jalanku. Dan aku
bukan yang terbaik untuknya. Aku percaya, suatu saat nanti, aku akan bertemu dengan
seseorang yang benar-benar pantas untukku. Seseorang yang mampu membalas
cintaku. Dia yang akan menjaga hati dan jiwaku. Yang harus aku lakukan kini
adalah terus berjalan. Terus maju menuju masa depan yang indah.
Free Slots Games - Casino Roll
BalasHapusCasino Roll invites you to play free online slot machines and 먹튀 랭크 win free cash and other rewards. 스포츠 토토 라이브 스코어 Choose from over 아프리카 영정 1 100 free 바카라 검증 사이트 casino games 케이 뱃 or find an amazing