Pangeran Kecil Prisil
Belum genap satu bulan seragam
putih biru itu digantikan putih abu-abu. Tapi ini adalah kesekian kalinya gadis
ini terlambat ke sekolah. Ia berlari menuju kalasnya. Ia bernafas lega saat tak
didapatinya guru di ruang kelasnya. Panggil ia Prisil.
"Kamu
telat lagi ya?"tanya seorang gadis polos. Sebut saja Cici.
Prisil
menjawabnya dengan anggukan. Nafasnya masih tak beraturan karena kelelahan.
"Ini
diminum! Kamu kenapa sih, hobi banget telat?"tanya Fega, sahabat Prisil
sambil memberinya minum
"Bukannya
hobi, tapi emang nasib. Aku nggak bisa berangkat pagi. Ntah kenapa"balas
Prisil
Ketika bel istirahat berbunyi,
semua siswa berhamburan keluar dari kelas. Begitu pula ketiga gadis ini.
Prisil, Cici dan Fega. Ketiga gadis ini bergegas ke kantin untuk mengisi perut.
Setibanya di kantin, Prisil memesankan makanan untuk kedua sahabatnya. Saat
hendak kembali ke meja dimana dua sahabatnya berada, Prisil ditabrak oleh
seseorang. Prisil pun terjatuh.
"Eh
sorry. Maaf aku nggak sengaja"ujar pria yang menabrak Prisil
"Iya
aku juga nggak papa kok"balas Prisil
Pria
itu tersenyum lalu membantu Prisil berdiri.
"Eh
lihat tuh! Prisil sama Ilham? Ada apa sama mereka?"ujar salah seorang
teman Prisil
"Iya
tuh. Wah jangan-jangan mereka pacaran lagi"sambung temannya
"Tapi
cocok kok. Serius deh. Mereka serasi buat jadi pasangan"sambung siswa lain
Prisil
segera mengalihkan pandangannya lalu menghampiri Cici dan Fega.
"Prisil,
kamu pacaran sama Ilham ya? Kok nggak cerita sih sama kita?"Cici
"Ih
Cici, itu tuh nggak bener. Mereka cuma mengada-ada"jawab Prisil
Hari ini, pak Budi selaku kepala
sekolah akan memilih perwakilan untuk menjadi duta SMA Semesta dalam rangka
seminar SMA se-Indonesia.
"Tentunya
saya akan memilih sesuai kemampuan kalian ya. Saya membutuhkan anak yang pintar
secara intelektualnya, mahir berbahasa asing, dan pandai bicara"pak Budi
"Kalau
yang paling pintar bicara sih Ilham pak. Dia kan sering ikut debat"ujar
siswa bernama Dodit
"Iya.
Peringkatnya dikelas juga baik. Dia selalu masuk lima besar"tambah Edy
"Kalau
yang pintar bahasa asing tentu saja Prisil pak. Dia kan mahir Bahasa Inggris.
Dia juga bisa Bahasa Mandarin"Cici
"Ih
apaan sih? Aku nggak mau Ci"bisik Prisil kesal
"Benar
juga. Baiklah. Yang akan mewakili sekolah adalah Ilham dan Prisil"pak Budi
Prisil
mendengus kesal.
"Ilham,
Prisil, nanti kalian temui Ibu Sarah dan minta arahan padanya!"suruh pak
Budi
"Iya
pak"jawab Prisil dan Ilham serentak
Seperti permintaan pak Budi.
Sepulang sekolah Ilham dan Prisil menemui bu Sarah dan minta arahan pada
beliau. Beliau mengajarkan banyak hal pada kedua peserta didik ini. Bu Sarah
mempersiapkan kedua peserta didik ini agar menjadi yang terbaik dan menarik
bagi banyak orang dalam seminar yang akan dilaksanakan.
"Kalian
pacaran ya?"tanya Bu Sarah tiba-tiba
Prisil
dan Ilham menggeleng.
"Oh,
saya kira kalian pacaran. Habis serasi sih"bu Sarah
Prisil
tersenyum malu, namun sebenarnya hatinya kesal. Sementara Ilham menggaruk
tengkuknya yang tak gatal. Siang itu Ilham dan Prisil mendapat banyak ilmu
tambahan tentang seminar yang akan mereka hadiri.
Waktu berlalu. Tiba saatnya untuk
Ilham dan Prisil berangkat ke tempat diadakannya seminar. Hampir satu bulan
Ilham dan Prisil bersama. Bersama untuk belajar bersama tentang seminar yang
akan mereka hadiri. Gosip kedekatan merekapun semakin menjadi-jadi. Padahal,
sebenarnya tak ada hubungan apa-apa antara mereka.
"Seminar
ini akan dilaksanakan dalam waktu dua hari. Jadi kalian akan menginap di hotel"terang
pak Budi
Ilham
dan Prisil mengangguk. Selama seminar, hubungan antara Ilham dan Prisil semakin
hangat. Karena memang, disitu hanya Ilham yang Prisil kenal, begitupun
sebaliknya. Kamar merekapun bersebelahan.
Hari berganti. Kini siswa-siswi
SMA Semesta tengah menyiapkan perwakilan kelas untuk lomba perayaan ulang tahun
sekolah. Begitu pula dengan kelas Prisil.
"Buat
modeling berpasangannya siapa nih?"tanya salah seorang teman Prisil
bernama Bayu
"Siapa
ya?"bingung teman lainnya, Vina
"Gimana
kalau Prisil dan Ilham aja? Mereka kan pasangan paling serasi di kelas
kita"usul Dito
"Hah?
Kok aku sih? Kenapa nggak Alisya aja? Dia kan cantik"tolak Prisil halus
"Enggak
bisa. Aku udah ikut modeling girl, Sil"Alisya
"Ya
udah sih kalau aku. Bagus juga"sambung Ilham
Prisil
mendengus kesal. Karena kali ini ia tak dapat mengelak lagi.
"Kamu
beruntung bisa ikut lomba modeling berpasangan. Pasangannya Ilham
lagi"puji Cici
"Kamu
mau? Ya sudah sana kamu saja!"kesal Prisil
"Semangat
donk! Ini kan juga demi kelas kita"Fega menepuk bahu Prisil
Bel berbunyi lima kali, pertanda
jam pelajaran usai. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Fega sudah di jemput,
jadi ia pulang duluan. Sementara Prisil dan Cici belum mendapat angkutan umum
seperti angkot maupun taxi.
"Hay,
kamu Prisil kan?"tanya seorang cowok
Prisil
mengangguk.
"Beneran
Prisil? Prisil pacar Ilham kan? Wih..cantik juga ya kamu"puji orang itu
Prisil
menggeleng dan menatapnya kesal.
Reza
Anugrah namanya. Ia adalah kakak kandung Ilham. Ia juga bersekolah di sekolah
yang sama dengan Prisil. Ia kelas tiga sekarang.
Pria itu melirik ke arah Cici.
Gadis polos disamping Prisil. Cici merasa risih lalu mengalihkan pandangannya.
"Ngapain
disini bang?"tanya Ilham dari dalam mobilnya
"Ini
nih..kenalan sama pacar kamu"jawab Reza santai
Ilham
menggeleng dengan wajah datarnya.
"Maaf
tapi aku bukan pacar Ilham"bantah Prisil
"Oh
ya? Tapi kenapa semua siswa di sekolah ini membicarakan kalian? Katanya kalian
pacaran"Reza
"Tapi
bener kok. Setahu aku Ilham dan Prisil enggak pacaran. Itu cuma gosip. Soalnya
kalau punya pacar Prisil pasti cerita sama aku dan Fega. Soalnya kami sahabat
terbaik Prisil dari kecil. Lagi pula Prisil juga belum pernah
pacaran"terang Cici panjang lebar
"Oh
ya? Kalau kamu, sudah pernah pacaran?"tanya Reza pada Cici
"Pernah
satu kali waktu kelas dua SMP. Tapi, sekarang aku udah lupa siapa
namanya"Cici menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Abang
mau pulang nebeng aku atau mau stay disini nunggu lebaran kucing?"Ilham
"Ya
bareng kamu lah"Reza
"Prisil,
Cici, kita pulang dulu ya"pamit Reza
Prisil
dan Cici mengangguk.
"Cici,
jangan kaget kalau kamu dapet telepon dari nomor nggak dikenal!"pesan Reza
sembari tersenyum aneh
"Aku
pulang dulu ya"pamit Ilham sembari tersenyum.
Kemudian
kedua pemuda tampan itu lenyap dari pandangan Prisil.
Sepulang sekolah, Prisil
beristirahat di kamarnya. Pikirannya melayang jauh pada kejadian bertahun-tahun
silam. Saat ia masih berusia delapan
tahun.
"Bisma, kamu
jadi pergi ke Surabaya? Kamu mau ninggalin aku?"tangis Prisil
"Prisil, nanti
setelah lulus SMA aku pulang kok. Aku akan jadiin kamu pacarku. Aku
janji"pria mungil bernama Bisma itu menghapus air mata Prisil
"Kamu jangan
nangis! Kamu tungguin aku pulang ya! Jangan pacaran sama cowok lain!"pesan
Bisma
Prisil mengangguk
Itulah
sekelumit kisah perpisahannya dengan sang pangeran kecil, Bisma.
"Udah
tujuh tahun Bis. Aku masih harus menunggu tiga tahun buat kamu"lirih gadis
manis ini
Pukul 06.15, bel rumah Prisil
berbunyi. Prisil pun membuka pintu rumahnya. Terlihat Cici dengan wajah
anehnya.
"Kamu
kenapa?"Prisil
"Kamu
inget nggak, kemarin kak Reza bilang 'Jangan kaget kalau ada yang telpon kamu
pakai nomor yang nggak dikenal'?"heboh Cici
Prisil
mengangguk
"Ternyata
ucapan kak Reza benar Sil. Tadi malem ada yang telepon aku. Nomornya nggak
dikenal. Dan kamu tahu siapa orangnya?"Cici antusias
"Kak
Reza"jawab Prisil
Cici
membolatkan matanya. Ia menatap Prisil takjub.
"Kamu
belajar ngeramal dimana?"tanyanya
"Aduh
Ci, udah bisa di tebak kali.. Siapa lagi kalau bukan dia?"Prisil
"Hehe...iya
kamu benar"Cici tertawa garing
"Udah
yuk masuk! Kita sarapan bareng!"ajak Prisil
Cici
mengangguk.
Saat jam istirahat, Prisil ke
perpustakaan bersama temannya, Rangga. Prisil dan Rangga mencari buku pelajaran
untuk persiapan Ulangan Akhir Semester. Tiba-tiba Ilham datang dan mengajak
Prisil latihan untuk acara modeling besok.
"Memangnya
harus pakai latihan ya? Aku lagi sibuk nih"Prisil
"Ya
perlu lah. Lagian, cuma sebentar kok"Ilham
"Udah
lah Sil, ikuti saja Ilham! Ini kan buat lomba besok"Rangga
Prisil
mengangguk lalu berjalan mendahului Ilham.
"Kamu
siapanya Prisil?"tanya Ilham sinis
"Sahabat"jawab
Rangga santai
"Oke
aku percaya. Tapi aku nggak mau dengar gosip apapun tentang kamu dan Prisil.
Ingat itu!"ketus Ilham lalu mengikuti langkah Prisil
"Mereka
beneran pacaran apa?"bingung Rangga
Ilham dan Prisil sudah sampai di
kelas. Prisil duduk di bangku paling depan, menunggu Ilham. Tak lama kemudian
Ilham datang. Ia langsung duduk di bangkunya.
"Loh
Ham, katanya mau latihan?"tanya Prisil
"Enggak
jadi"jawab Ilham
"Ilham
sih gitu. Tahu gini kan aku nyari buku sama Rangga"kesal Prisil
"Udah
kamu disini aja! Bentar lagi kan bel masuk bunyi"Ilham
Prisil
mengangguk pasrah.
Pagi ini Prisil tengah di dandani
oleh teman-temannya. Ya. Hari ini lomba modeling itu akan dilaksanakan. Selesai
didandani, Prisil dan Ilham berjalan ke belakang panggung menunggu panggilan.
"Baik,
pasangan selanjutnya, Ilham dan Prisil"ujar pembawa acara siang itu
Ilham
dan Prisil berjalan beriringan di atas panggung. Dengan gaya dan pakaian yang
serasi, mereka berhasil menarik perhatian para penonton. Selesai tampil, mereka
kembali ke belakang panggung. Prisil mengibas-kibaskan tangannya karena merasa
gerah.
"Panas
ya?"Ilham
Prisil
mengangguk.
"Aku
ambil minum dulu ya"Ilham
"Iya"jawab
Prisil
Saat Ilham pergi, Rangga dan Fega
datang membawakan tissue dan minum untuk Prisil.
"Makasih
ya"Prisil
Keduanya
mengangguk.
"Loh,
kamu udah dapet minum?"Ilham baru saja datang
"Iya.
Ini Rangga sama Fega yang bawain"Prisil
Ilham
melirik sinis ke arah Rangga. Sedangkan Rangga masih terlihat santai.
"Cici
mana Feg?"tanya Prisil setelah menyadari kalau Cici tidak ada
"Dia
tadi ribut banget waktu kamu tampil, terus di bawa pergi sama kak
Reza"jawab Fega
"Itu
akal-akalan bang Reza aja buat deketin Cici"sambung Ilham
Waktu terus berlalu. Teman-teman Prisil
masih saja menjodoh-jodohkan Prisil dengan Ilham. Padahal diantara mereka
tetaplah tak punya hubungan khusus. Hanya saja, sepertinya Ilham mulai menaruh
hati pada gadis manis itu. Kini Prisil telah melewati ujian nasional tingkat
SMA. Ia hanya tinggal menunggu hasilnya di umumkan. Sedangkan kak Reza sudah
lulus dua tahun silam. Di hari kelulusannya, kak Reza menyatakan cintanya pada
Cici. Memang, sejak pertama bertemu kak Reza menaruh hati pada Cici. Sedangkan
Cici yang notabennya gadis polos itu juga merasa nyaman saat di dekat kak Reza.
Sepertinya cinta juga mulai tumbuh di hatinya, jadi, gadis itu menerima kak
Reza sebagai kekasihnya. Hubungan mereka berjalan sangat baik. Kak Reza mampu
berpikir dewasa dan mengerti tingkah polos Cici. Begitupun Cici. Ia menjadi
lebih dewasa setelah mengenal kak Reza.
Suatu malam, Prisil pergi ke mini
market dekat rumahnya. Ia hendak membeli cemilan untuk menemaninya begadang.
Saat di kasir, ia bertemu seorang pria yang tak asing baginya. Namun ia ragu,
apa benar pria itu yang dinantinya selama ini? Sepertinya, dia juga tak
mengenali Prisil.
Bisma.
Sudah sepuluh tahun ia pergi. Mungkin jika mereka bertemu, mereka juga tak akan
saling mengenal. Bayangan Bisma pun mulai kabur dari otak Prisil. Hanya
janjinya yang masih Prisil ingat dan ia nantikan.
Setelah membayar, pria itu keluar
dari mini market. Ia menghampiri gadis kira-kira berusia lima belas tahun.
'Huh,
tidak mungkin itu Bisma. Bisma tidak mungkin punya pacar sekarang'pikir Prisil
yang terus memandangi pria itu
"Ih
kak Bisma lama. Keburu malam ini"keluh gadi lima belas tahun tadi
"Iya
maafin kakak ya sayang. Ayo kakak antar kamu pulang sekarang"balas pria
itu yang tak lain 'Bisma'
Mata
Prisil melotot. Apa benar itu Bisma? Tapi, apa iya Bisma sudah punya pacar?
Jadi selama ini dia telah melupakan Prisil? Prisil begitu kecewa dengan Bisma.
Sepuluh tahun ia menunggu, tapi apa yang ia dapatkan?
Tiba-tiba seseorang menyentuh
bahu Prisil. Prisil yang terkejut segera menoleh. Di dapatinya Ilham disana. Ia
tersenyum manis pada Prisi.
"Kamu
kenapa bengong?"Ilham
"Enggak
papa kok"dusta Prisil
Setelah
keduanya membayar, mereka pulang bersama. Di sepanjang jalan, Prisil hanya
diam. Tatapannya kosong. Ia terus memikirkan tentang Bisma, pangeran kecilnya.
'Kamu
ingkar janji Bis'batin gadis itu penuh kekecewaan
"Prisil,
kamu kenapa sih? Lagi ada masalah ya?"tanya Ilham
"Enggak
ada"dusta Prisil
Ilham
menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Prisil.
"Ada
apa Ham?"Prisil
"Aku
pengen kamu cerita sama aku!"Ilham
Prisil
menunduk.
"Ayolah,
kita sudah berteman cukup lama, hampir tiga tahun. Apa kamu masih tidak percaya
padaku?"Ilham
Setetes
air mata Prisil terjun dari tempatnya. Ilham yang semakin bingung, langsung
mendekap erat gadis pengisi hatinya itu.
"Cerita
sama aku! Kamu kenapa?"Ilham
Hanya
terdengar isakkan disana.
Setelah merasa baikan, Prisil
menceritakan tentang Bisma pada Ilham. Ilham merasa sedikit nyeri pada hatinya,
setelah tahu bahwa ada laki-laki lain yang Prisil cintai.
"Jadi
itu alasan kamu tidak pernah pacaran?"Ilham
Prisil
mengangguk.
"Dia
janji akan kembali cuma buat aku. Dia janji akan jadiin aku pacarnya
Ham"lirih Prisil
"Sudahlah,
jangan menangis lagi! Mungkin ini sudah waktunya untuk kamu melupakan pangeran
kecilmu itu. Ayolah, bangkit demi masa depan kamu!"Ilham
Prisil
menoleh ke Ilham. Ilham menjadi kaku dibuatnya.
"Trima
kasih ya Ham"lirih gadis itu dengan senyuman tipis
Ilham
mengangguk.
Dua hari berlalu. Kini saatnya
bagi siswa kelas 3 SMA Semesta mengetahui hasil dari Ujian Nasional yang sudah
mereka jalani. Semua siswa berkumpul di aula. Setelah pengumuman kelulusan
dibacakan, seluruh siswa sorak-sorai merayakan kelulusan mereka.
"Wah
habis ini kita akan bebas dari baju seragam"girang Cici
"Tentu
saja. Tapi ini adalah awal untuk kita menjadi dewasa"balas Fega
"Tapi,
apa setelah ini kita akan berpisah?"tanya Prisil
Tak
ada yang menjawab.
Kak
Reza datang dan memberi selamat pada adik-adik kelasnya, teruma Prisil, Cici
dan Fega.
"Selamat
ya kalian lulus semua"kak Reza tersenyum
"Terima
kasih kak"Prisil
"Ingat,
setelah ini kalian akan menjalani hari-hari sebagai orang dewasa. Bukan lagi
siswi berseragam"kak Reza mengingatkan
"Tentu
saja kak"Fega
"Cici
ayo!"ajak kak Reza pada Cici
"Kalian
mau kemana?"tanya Prisil
"Menemui
ibuku. Dia ingin memberi selamat pada Cici"kak Reza
"Kami
pamit dulu ya"Cici
Prisil
dan Fega menangangguk.
Prisil dan Fega duduk di taman
belakang sekolah. Mereka mengingat saat-saat indah di SMA yang sebentar lagi
akan mereka tinggalkan. Kemudian datanglah Ilham. Ia duduk di samping Prisil.
"Selamat
ya"Ilham
"Selamat
juga buat kamu"Prisil
"Bisa
aku bicara sebentar sama kamu?"Ilham
"Bicara
apa?"Prisil
"Ayo
ikut aku!"Ilham menggandeng tangan Prisil dan membawanya pergi
"Kalian
mau kemana? Tunggu aku"Fega hendak menyusul, tapi seseorang menahan
tangannya.
"Rangga?"kaget
Fega
"Bisa
minta waktunya sebentar?"Rangga
Fega
mengangguk lalu kembali duduk.
"Ada
apa Ngga?"tanya Fega halus
"Aku,
suka sama kamu"Rangga
Fega
menoleh ke arah Rangga. Kini mata mereka saling beradu.
"Aku
cinta sama kamu. Dan aku mau kamu jadi pacar aku"ucap Rangga dengan
sejelas-jelasnya
Fega
masih terdiam. Ia menatap dalam manik mata pria dihadapannya. Terpancar ketulusan
disana. Seuntai senyum mengembang dibibir gadis ini.
"Fega,
would you be my girl?"Rangga kini bersimpuh di hadapan Fega
"Yes,
i would"jawab Fega
Rangga
tersenyum lebar mendengar jawaban itu. Ia segera berdiri dan menarik Fega
kedalam dekapannya.
Ilham dan Prisil telah sampai di
luar gerbang sekolah. Suasana sepi karena yang lain tengah pawai untuk
merayakan kelulusan mereka.
"Prisil,
sejak dua tahun terakhir, aku menyimpan rasa ini. Aku cinta sama kamu"ucap
Ilham to the point
"Hah?"Prisil
terlihat bingung
"Aku
baru mengungkapkannya sekarang karena aku dengar, kamu tak mau berpacaran
dengan siapapun, kecuali pangeran kecilmu. Dan setelah kejadian di perjalanan
pulang dari super market itu. Aku mendapat keberanian untuk mengungkapkan
perasaanku. Apa kamu mau jadi pacarku?"jelas Ilham panjang lebar
Prisil
masih enggan menjawab. Tak sulit baginya untuk mencintai pria seperti Ilham.
Tapi, ia masih terus memikirkan Bisma, pangeran kecilnya.
"Prisil"teriak
seorang pria membuyarkan lamunan Prisil
Prisil
menoleh.
Didapatinya
pria yang malam itu ia temui di mini market. Bisma. Pangeran kecil Prisil.
Langkah
Bisma terhenti saat melihat Ilham di hadapan Prisil. Ia terdiam mematung
disana. Ia menatap sendu Prisil dengan Ilham.
"Bisma.."lirih
Prisil
Ilham
tersenyum miris. Apa cintanya akan Prisil tolak? Kini Bisma telah kembali.
Pangeran kecil Prisil telah kembali. Pandangan Prisil kembali tertuju pada
Ilham.
"Ilham,
aku sayang sama kamu. Sayang banget malah. Tapi rasa sayangku padamu hanya
sebagai sahabat. Iya. Kamu sahabat yang baik untukku"Prisil menggenggam
jemari Ilham
"Kamu
tahu kan, aku selalu menunggu pangeran kecilku? Aku tak pernah mencintai lelaki
lain. Aku selalu menunggunya. Jadi, maaf aku nggak bisa terima cinta
kamu"lanjut Prisil
Kini
giliran Ilham yang membisu. Ia hanya diam dan menatap Prisil yang kian menjauh.
Bahkan sekarang Prisil sudah sampai di hadapan Bisma. Dan Bisma segera memeluk
gadisnya itu.
"Maaf
aku pergi terlalu lama. Tapi aku kembali cuma buat kamu"ucap Bisma begitu
tulus
Prisil
mengangguk.
"Dan
yang kemarin itu, dia adik sepupuku. Aku sengaja tidak menyapamu malam itu
karena aku sadar, belum waktunya aku menemuinu. Tapi sekarang aku akan nepatin
janjiku. Aku akan jadiin kamu pacarku"Bisma
“Kamu
maukan?”tanya Bisma
Prisil
mengangguk mantap.
Prisil menetihkan air matanya.
Seolah hanya mimpi, ia melihat pangerannya di depan matanya. Penantiannya
selama sepuluh tahun tidak sia-sia. Prisil yakin, Bisma adalah yang terbaik
untuknya.
"Prisil"panggil
Ilham menepuk bahu Prisil
Prisil
menoleh.
"Aku
yakin kalian akan bahagia. Cinta kalian sungguh luar biasa"puji Ilham
sembari tersenyum
"Trima
kasih Ham.."Prisil
Ilham
mengangguk lalu enyah dari hadapan dua sejoli ini
Lima tahun berlalu. Suasana
begitu ramai di sebuah gedung yang di dekorasi dengan begitu mewah. Pernikahan
Prisil dengan pangeran kecilnya, Bisma. Seluruh teman SMA Prisil hadir dalam
acara tersebut. Mereka datang berpasang-pasangan. Kak Reza dengan Cici, Rangga
dan Fega. Sementara Ilham? Ia datang bersama tunangannya. Alisya. Siswi
tercantik di kelasnya dulu semasa SMA.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar