Sabtu, 24 Januari 2015

cerpen-Inilah Takdir Kita



Inilah Takdir Kita

Entahlah, disebut apa hubungan ini. Rafael. Nama itu selalu terngiang di pikiranku. Pria yang bisa membuatku benar-benar jatuh cinta. Bahkan bisa membuatku bangkit, melupakan masa laluku. Tapi akhir-akhir ini ada saja rasanya yang mengganggu hubungan kami. Kadang berasal dariku, darinya, bahkan juga gosip tentang orang ketiga. Namun aku terlalu mencintainya. Meski tak jarang dia membuatku menangis.
Hari ini aku tak melihat Rafael di kelasnya. Aku mencari ke kantin, tapi juga tak ada. Lalu aku kembali ke kelasku yang tak jauh dari kantin. Aku mendengus kesal. Kenapa hari ini kekasihku itu belum menunjukan batang hidungnya? Tadi malam pun ia tak menelponku. Saat aku sibuk dengan lamunanku, datanglah Ilham, sahabatku.
"Kamu kenapa sih? Ngelamun aja"Ilham
"Enggak. Aku bingung aja dimana Rafael"jawabku
"Oh..kata teman sekelasnya hari ini dia nggak masuk. Ada acara keluarga gitu. Memangnya kamu mau apa sama dia?"Ilham
"Apa salah kalau aku kangen sama dia? Dia kan pacarku"aku
"Ya sudah nanti pulang sekolah kamu samperin aja!"Ilham memberi saran
Aku mengangguk.
Dan seperti apa yang Ilham sarankan, aku ke rumah Rafael. Sekedar untuk melihatnya. Ya, aku merindukannya. Sangat merindukannya. Sampainya di gerbang rumahnya, aku melihat sosok wanita yang tak asing dimataku. Sepertinya dia adalah teman sekelasku, Melodi. Tapi, untuk apa ia kesini? Aku menghampiri keduanya. Terlihat Rafael terkejut dengan kehadiranku. Aku semakin menaruh curiga pada mereka.
"Melodi? Ngapain kamu disini?"tanyaku
"Ak..aku main aja"jawab Melodi tak meyakinkan
Aku memincangkan mata. Menyelidik dalam manik mata kekasihku, Rafael. Dia membalasnya dengan tatapan teduh.
"Memangnya salah jika dia kesini? Dia temanku. Temanmu juga kan?"Rafael
"Ya"jawabku singkat
Aku sebenarnya tak percaya dengan jawaban Rafael dan Melodi. Tapi sungguh, aku tak mau sampai Rafael marah dan mengakhiri hubungan kami. Aku begitu mencintainya. Lebih baik sekarang aku mengalah dan diam. Pura-pura mempercayai bualan mereka. Tak beberapa lama setelah kedatanganku, Melodi pamit pulang. Kini hanya ada aku dan Rafael.
"Raf, apa kamu beneran cinta sama aku?"tanyaku
"Memang kenapa?"Rafael bertanya balik padaku
"Jawab saja apa susahnya sih?"kesalku
"Aku cinta sama kamu"jawab Rafael singkat
"Aku harap kamu serius. Dan aku harap kamu tak menyakitiku nantinya"lirihku
Rafael menatapku, lalu dengan segera ia mendekapku.
"Aku cinta sama kamu Alisya"ucap Rafael sembari membelai rambut panjangku
Aku membalas pelukannya. Karena hanya itu yang ku bisa.
Ujian Nasional telah ku lalui. Dan kini aku benar-benar merasa bosan. Tak ada lagi kegiatan yang bermakna di hari-hariku. Rafael juga jarang mengajakku bepergian. Tapi sekarang aku tengah bersamanya. Menikmati semangkuk bakso di kantin sekolahku. Mungkin ini adalah saat-saat terakhir kami makan di kantin sekolah.
"Jadi habis ini kamu mau kuliah di luar kota?"tanya Rafael
"Ya begitulah. Itu kemauan kedua orang tuaku"aku
"Lalu bagaimana dengan hubungan kita?"Rafael
"Bagaimana jika LDR?"tawarku
"Aku tidak bisa. Terlalu banyak resiko"Rafael
"Lalu apa mau kamu?"tanyaku
Rafael terdiam. Ia terlihat tengah berpikir.
"Ayolah, beri usul untuk hubungan kita!"aku
Rafael menggeleng. Mungkin pikirannya kini tengah buntu.
Pentas seni tengah berlangsung untuk melepas siswa kelas tiga. Termasuk aku dan Rafael. Dan minggu depan, aku harus pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan pendidikanku disana. Hubunganku dengan Rafael masih berlanjut, namun kami masih sama-sama belum menemukan jalan keluar untuk masalah kami. Aku berjalan ke arah belakang panggung, dimana Rafael berada. Namun apa yang ku lihat? Ada Melodi disana. Melodi tengah menghapus keringat pada kening Rafael. Senyumpun tak lepas dari bibir mereka.
"Bagaimana dengan hubunganmu dengan Alisya? Aku dengar dia akan ke Yogyakarta"Melodi
"Ya. Dia akan kuliah disana. Aku sendiri masih bingung harus berbuat apa"Rafael
"Bukankah baik jika dia pergi? Aku tak perlu lagi menjadi pacar rahasia kamu. Aku juga nggak enak jika harus berada di posisi ini terus menerus. Lepaskan saja dia! Dan jadikan aku satu-satunya pacarmu!"Melodi
"Tapi aku juga mencintainya, sama seperti aku mencintaimu"Rafael
Hatiku panas mendengar perbincangan mereka? Apa iya Rafael tega bermain api dibelakangku? Lalu apa yang harus ku lakukan kini? Saat aku dapat menangkap basah kebusukan mereka, rasa itu datang lagi. Perasaan cinta dan tak mau kehilangan sosok Rafael. Air mata mulai membanjiri pipiku. Dadaku kian sesak, menahan sakit yang luar biasa. Keringat juga mulai bercucuran di seluruh tubuhku.
Tapi harus sampai kapan aku berdiam diri seperti ini? Membiarkan duri itu satu per satu menancap dihatiku tiada henti. Apa aku harus memotong sebagian hatiku dengan belati untuk melindungi sisi hatiku yang lain? Mungkin aku akan merasa hancur, tapi aku masih punya kesempatan untuk bangkit. Tapi jika aku terus bertahan, entah sampai kapan luka ini hinggap. Baiklah, aku putuskan untuk muncul di hadapan Rafael dan Melodi.
"Rafael"panggilku
Rafael mengalihkan pandangannya. Kini ia menatapmu sendu. Ia berjalan mendekatiku.
"Siapa yang kamu cintai Raf?"tanyamu basa-basi
"Aku bisa jelasin"Rafael meraih kedua pipiku, namun dengan segera aku menepisnya
Aku berlari keluar. Menjauh dari Rafael. Sungguh aku tak pernah mengira bahwa Rafael bisa sejahat ini padaku.
 Sampainya di pintu gerbang, Rafael menahan lenganku. Aku berusaha melepaskannya. Tapi hasilnya nihil.
"Aku cinta kamu"Rafael
"Dan Melodi. Iya kan?"aku melanjutkan ucapan Rafael
Rafael tercengang melihatku.
"Kenapa kamu diam Raf? Benarkan yang aku katakan? Tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa kamu harus bermain api di belakangku? Harusnya kamu bilang saja jika kamu mencintainya! Jangan membuatku seperti ini! Apa kamu tidak tahu, bagaimana aku merasa sangat bodoh?"tanyaku bertubi-tubi
Rafael masih enggan menjawab ucapanku. Dia hendak menghapus air mataku, namun aku memalingkan wajahku.
"Iya. Aku cinta sama Melodi. Tidak apa jika kamu mau kita putus. Toh kamu juga akan pergi. Aku tak bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi aku mohon, dengan cara yang baik!"Rafael
Dadaku kian sesak mendengar ucapan Rafael. Apa iya ini akhir cerita kami? Namun tak lama kemudian aku mengangguk. Mungkin ini yang terbaik untuk kami. Aku sadar, cinta tak harus memiliki. Meskipun aku dan Rafael saling mencintai, tapi mungkin kita juga tak akan bahagia bila bersama. Sebab, hati itu telah terbagi.
"Iya Raf. Mulai hari ini kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku harap kamu bahagia disini. Sekalian juga, aku pamit"ujarku setelah nafasku mulai tenang
Rafael mengangguk.
"Suatu hari kita akan bertemu dalam keadaan yang jauh lebib baik"Rafael
Aku mengangguk lalu pergi dari hadapan Rafael, mantan kekasihku.
Di sepanjang perjalanan pulang, air mataku terus menetes. Sungguh ini bukan yang ku inginkan. Aku benar-benar mencintainya. Tapi beginikah akhirnya? Dan seperti yang direncanakan sebelumnya. Beberapa hari setelah itu aku pindah ke Yogyakarta dan melanjutkan sekolah disana. Aku memulai hari ku dengan lembaran baru, di kota pelajar ini. Aku belajar lebih giat, mengisi waktu kosongku dengan hal-hal positif. Agar bisa segera menghilangkan luka yang telah Rafael torehkan. Sejak saat aku melangkahkan kaki di tempat tinggalku yang baru, aku bertekat untuk melupakan Rafael.

Sepuluh tahun berlalu. Kini aku telah menjelma menjadi wanita dewasa. Aku berjalan dengan anggunnya memasuki sebuah restoran mewah di Jakarta. Tanganku digandeng mesra oleh seorang lelaki berbadan tegap yang sangat aku cintai. Ia adalah suamiku, Bisma namanya. Dia adalah seorang pilot. Malam ini ia akan mengajakku makan malam bersama dua sahabatnya. Kami menghampiri sebuah meja yang sepertinya telah di pesan khusus oleh pelanggan VIP. Terlihat dua orang pria dan dua orang wanita disana. Sepertinya, aku pernah melihat orang-orang itu.
"Hay, sudah lama nunggunya?"tanya Bisma basa-basi
"Lumayan lah, ayo duduk!"ucap seorang pria
Aku dan Bisma duduk bersebelahan.
"Sayang, perkenalkan, dia Rangga, temanku saat SMP. Dia juga tetanggaku. Kami berteman sangat dekat. Dan yang disebelahnya adalah istrinya, Sabil"ucap Bisma memperkenalkan salah satu temannya
Mata ku terpenjat mendengar nama itu. Rangga? Sepertinya aku hafal nama itu. Aku ingat, dia cinta pertamaku saat masih SD dulu. Dan kini ia telag menikahi wanita yang sangat cantik. Aku juga sudah menikah dengan Bisma. Setelah lebih dari lima belas tahun tak bertemu, kini kami dipertemukan dengan kisah masing-masing. Terlalu banyak hal yang telah berlalu. Aku tak menyangka akan dipertemukan lagi dengannya.
"Aku Alisya, istri Bisma"aku menyalami Rangga dan Sabil satu per satu
Keduanya tersenyum penuh keramahan. Sepertinya Rangga juga mengenaliku. Tapi pemikiran kami sama. 'Apa salahnya sekarang berteman? Bukankah menjalin tali silaturahmi itu sangat baik?'
Kemudian Bisma kembali mengenalkanku dengan pria disebelah Rangga. Pria itu menatapku sambil tersenyum manis. Senyuman itu, sepertinya sangat familiar bagiku.
"Dia Rafael. Temanku saat aku kuliah. Dia juga berasal dari SMA yang sama sepertimu. Apa kalian saling kenal?"Bisma
"Oh iya. Kami dulu berteman"jawab Rafael
"Oh bagus. Dan sayang, yang disebelah Rafael itu Melodi, istri Rafael"Bisma
Aku mengangguk dan tersenyum.
"Senang bertemu dengan kalian lagi"aku
Mereka tersenyum padaku.
Sudah cukup lama aku meninggalkan masa laluku. Tapi bukankah masa lalu memang harus di tinggalkan? Aku berjalan bersama masa depanku. Kebahagiaanku. Bisma, suamiku. Bagiku, ia-lah yang terbaik. Meskipun banyak kisah yang lebih dulu mengenalkanku dengan cinta, tapi inilah takdirku. Takdir kita. Rangga dan Rafael sama-sama sudah membuatku mengerti tentang arti cinta. Dan mereka juga mengajariku untuk bertahan dalam luka. Dan ku rasa kini mereka juga sudah menemukan kebahagiaan masing-masing. Rangga dengan Sabil, dan Rafael dengan Melodi. Mulai detik ini keluarga kami bersahabat. Semua masa lalu yang buruk kami lupakan. Di ganti dengan lembaran hidup yang jauh lebih indah. Inilah hidup. Tak harus ia menjadi jodoh kita. Kita juga dapat memilikinya sebagai sahabat. Dan itu yang lebih baik. Bukankah Tuhan tak pernah salah menurunkan pendamping untuk kita? Tuhan memberikan yang sekiranya terbaik untuk kita. Dan ia juga kirimkan kirimkan kebagiaan lain dengan memberi kejutan.

"END"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar