Kekasih
Kedua
Sampai juga gadis itu
di tempat tujuannya. Ibu Kota Jakarta, dimana sahabatnya tinggal. Rafael. Pria
itu kini bekerja di sebuah perusahaan besar warisan kakeknya. Dia harus pergi
dari tanah kelahirannya, Bali saat usia 18 tahun. Dan setelah enam tahun
berlalu, kini Dinar berusaha menemukan sahabatnya itu.
Dinar pergi ke alamat
Rafael yang diberikan oleh ibu Rafael yang kini masih berada di Bali. Siang
itu, kediaman Rafael terlihat sepi. Perlahan, Dinar mengetuk pintu rumah itu,
namun tak ada jawaban. Dia juga beberapa kali memencet bel rumah itu. Tapi
ternyata tak ada orang di dalam. Kemudian, Dinar berbalik badan, hendak pergi.
Namun di lihatnya sosok perempuan cantik di hadapannya.
Dinar memperhatikan
gadis itu dari atas sampai bawah. Gadis itu begitu modis, cantik dan terlihat
cerdas.
"Kamu siapa?"tanya gadis itu
"Aku Dinar. Aku cari Rafael. Ini rumah Rafael
kan?"tanya Dinar hati-hati
"Iya ini rumah Rafael. Tapi dia lagi pergi. Aku
aja di suruh nunggu disini"ujar gadis itu
"Oh iya, kenalin aku Marina pacar
Rafael"lanjutnya
Dinar menyambut uluran tangannya.
Pacar? Apakah benar gadis ini kekasih Rafael? Enam
tahun lalu, Rafael berkata jika ia menyukai Dinar. Dia bilang ingin menikahi Dinar
setelah nanti ia berhasil mempunyai jabatan di perusahaan kakeknya. Tapi
ternyata, sekarang semua telah berubah. Dan maksud Dinar datang ke Jakarta
sebenarnya adalah untuk memberi jawaban atas permintaan Rafael dahulu. Namun
sepertinya semua sia-sia.
Gadis bernama Marina
itu mengajak Dinar masuk dan duduk di ruang tamu. Dia juga membawakan minum
untuk Dinar.
"Oh iya. Kamu ada hubungan apa sama
Rafael?"tanya Marina
"Ap..apa?"kaget Dinar gelagapan
"Aku belum pernah bertemu kamu sebelumnya. Dan
Rafaelpun tak bernah menceritakan tentangmu"Marina
"Ak..aku Dinar. Aku sahabat Rafael saat masih
di Bali"jawab Dinar
Marina tersenyum.
"Wah...kamu datang jauh-jauh dari Bali hanya
untuk Rafael? Pasti dulu kalian dekat sekali ya?"Marina
Dinar mengangguk ragu.
Beberapa saat kemudian,
terdengar langkah kaki dari belakang Dinar.
"Sayang kamu sudah sampai?"tanya orang itu
"Hay Raf!"ujar Marina
Perlahan Dinar menengok ke arah suara pria itu.
Detik berikutnya, Dinar berdiri karena saking
terkejutnya. Pria itupun ikut terkejut melihat keberadaan Dinar di rumahnya.
Dia adalah Rafael.
"Hay Raf!"sapa Dinar kikuk
" Dinar!"kaget Rafael
Ia menoleh ke arah Dinar dan Marina secara
bergantian. Bagaimanapun ia ingat akan janjinya terhadap Dinar enam tahun
silam. Tapi sekarang, dia juga sudah punya Marina disisinya.
Setelah cukup lama
berbincang dengan Rafael dan Marina, Dinar pamit pulang.
"Tunggu! Kamu mau pulang kemana?"tanya
Rafael
Oh iya. Benar saja. Dinar tak punya tempat tinggal
di Jakarta. Dan satu-satunya orang yang ia kenal disini hanyalah Rafael.
"Aku bisa sewa apartemen"ujar Dinar
"Kamu mau cari apartemen sendirian?"tanya
Rafael yang tak rela jika Dinar pergi begitu saja
Dinar mengangguk ragu. Bahkan sebenarnya ia tak tahu
daerah Jakarta. Yang ia tahu hanya untuk segera pergi sebelum ia menyerah
menahan air matanya itu.
"Biar aku antar kamu"Rafael
"Tidak usah. Aku bisa sendiri. Lagian kan
banyak taxi"tolak Dinar
"Tidak apa, Dinar. Kamu sudah jauh-jauh pergi
ke Jakarta untuk bertemu Rafael kan? Berarti kalian sangat dekat. Dan wajar
jika Rafael mengantarmu mencari apartemen"sambung Marina
Akhirnya Dinar menyerah. Ia menerima tawaran Rafael.
Suasana di dalam mobil
sangat hening. Tak ada pembicaraan antara Dinar dan Rafael. Sebenarnya, banyak
pertanyaan yang ingin Dinar sampaikan, namun sepertinya ia tak mampu mendengar
jawaban-jawaban yang akan terlontar dari mulut Rafael.
"Kamu tadi bicara apa saja dengan Marina?"tanya
Rafael tiba-tiba
Dinar menoleh ke arah Rafael. Namun Rafael masih
enggan menatap balik gadis itu.
"Nggak banyak. Cuma kenalan aja"jawab Dinar
kemudian kembali menatap ke luar jendela
Setelah cukup lama berkutat dengan jalanan ibu kota,
akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen.
"Sampai sini saja Raf. Terima kasih atas
tumpangannya"ujar Dinar kemudian turun dari mobil Rafael
Ketika Dinar hendak melangkah, seseorang menahan tangannya.
Tentu saja itu adalah Rafael.
"Untuk apa kamu kesini? Kapan kamu sampai?
Kenapa tidak memberi tahu aku dulu?"tanya Rafael bertubi-tubi
Dinar enggan menjawab.
"Apa kabar kamu? Bagaimana kehidupanmu setelah
aku pergi? Apakah kamu sudah memiliki cowok lain?"tanya Rafael kian lirih
Jangankan menjawab, menatap Rafaelpun Dinar tidak
mau.
"Aku berharap, kamu datang kesini untukku.
Untuk mengingatkan janjiku enam tahun silam. Dan aku berharap kamu kesini untuk
memberi tahuku jika kamu mau menikah denganku. Aku mencintaimu Dinar"lanjut
Rafael sembari memeluk Dinar dari belakang
Dinar tak sanggup lagi
menahan air matanya. Ingin rasanya ia berbalik dan membalas pelukan Rafael.
Pria yang sangat dicintainya. Tapi, sekarang semua telah berbeda. Ada Marina di
tengah-tengah mereka. Marina adalah kekasih Rafael. Dan bagaimanapun, dia
adalah gadis yang cantik dan sangat sempurna. Dinar tak akan mampu
menyakitinya.
"Maaf Raf, aku nggak bisa sama kamu"jawab Dinar
Rafael melepas pelukannya lalu memutar tubuh Dinar
agar menghadap ke arahnya.
"Aku nggak cinta sama kamu. Aku kesini karena
aku kangen sama kamu. Kangen sebagai sahabat, nggak lebih"dusta Dinar
Rafael menggelengkan kepala. Apa yang dilihatnya
kini membuatnya yakin jika Dinar juga mencintainya. Ucapan Dinar hanyalah
bualan semata.
"Aku tahu Dinar, kamu cinta sama aku. Mata kamu
tidak akan pernah bisa membohongiku. Kamu juga mencintaiku, sama seperti aku
mencintaimu"ujar Rafael kemudian menarik Dinar ke dalam dekapannya
"Aku nggak bisa Raf, kamu sudah menjadi milik Marina"
Dinar
"Aku punya alasan kenapa aku bersama dengan Marina.
Beri waktu aku buat buktiin kalau aku cinta sama kamu Din!"Rafael
Dinar menggeleng.
"Nggak Raf. Kamu sama saja memintaku untuk
menjadi selingkuhan kamu"tolak Dinar sembari melepas pelukan Rafael
Sebenarnya sulit. Ia
sangat takut jika ia akan benar-benar kehilangan Rafael. Ia sangat mencintai
Rafael. Sudah cukup lama ia memendam perasaannya karena jarak yang ada. Dan
kini, setelah pria itu ada di hadapannya, akankah ia akan kehilangannya? Dinar
tak akan sanggup kehilangannya.
"Tidak Dinar, aku tidak memintamu menjadi
selingkuhanku. Aku ingin kamu jadi kekasih keduaku untuk sementara. Tapi aku
janji, aku akan segera menikahimu. Hanya kamu yang aku cintai, Dinar "Rafael
"Kalau memang kamu cinta sama aku, kenapa kamu
pacaran sama Marina? Kamu seolah-olah sudah melupakan janjimu enam tahun lalu
Raf. Dan sekarang, apa aku harus mempercayaimu lagi? Nggak Raf, aku nggak
mau"teriak Dinar
Rafael menahan tangan Dinar yang hendak
meninggalkannya. Air matanyapun telah berjatuhan. Ia bersimpuh di kaki Dinar.
"Aku mohon Din, beri aku kesempatan sekali
lagi! Aku nggak mau kehilangan kamu"Rafael
Hati Dinar membimbing Dinar untuk membantu Rafael
berdiri. Kemudian Dinar menarik lelaki itu ke dalam pelukannya.
"Hanya sekali Raf. Dan aku minta kamu akan
menepati janjimu kali ini"lirih Dinar
Rafael mengangguk dan membalas pelukan Dinar.
Dinar tahu, jawabannya
itu akan menyakiti Marina. Dinar juga tahu, tak seharusnya ia menyakiti gadis
sebaik Marina. Tapi tak bolehkah jika ia sedikit egois dalam hal ini?
Bagaimanapun, cintanya terhadap Rafael sungguh besar, begitupun sebaliknya. Dan
Dinar juga tak akan melepas Rafael karena ia tahu, lebahagiaan Rafael hanyalah
dirinya.
Satu bulan telah
berlalu. Dinar duduk di sebuah kursi cafe tempat ia janjian dengan Rafael.
Memang, sejak ia resmi menjadi kekasih kedua Rafael, mereka selalu makan siang
bersama. Rafael selalu meluangkan waktu makan siangnya untuk di habiskan
bersama Dinar, gadis yang paling di cintainya. Bahkan ia sering mengabaikan Marina,
kekasihnya yang pertama. Dan sampai saat inipun, Marina belum tahu jika Rafael
dan Dinar berpacaran di belakangnya.
Akhirnya sampai juga
Rafael di hadapan Dinar. Mereka duduk berhadapan. Pria itu terus melempar
senyum pada gadis cantik di hadapannya itu.
"Ini buat kamu"ujar Rafael memberikan
buket mawar merah pada Dinar
"Makasih ya Raf"jawab Dinar setelah
menerima buket itu
Mereka berbincang cukup lama, hingga seseorang
mengagetkan mereka.
"Hey Raf!"sapa seorang gadis yang membuat
Rafael segera melepas genggaman tangannya pada Dinar
"Novia?"kaget Rafael
Gadis yang di panggil Novia itu menatap sinis Dinar.
"Dia siapa Raf?"tanya Novia
Dinar menghela napas panjang. Ia tahu pasti, Rafael
tak akan mengakuinya sebagai seorang kekasih. Memang begitulah nasib kekasih
kedua.
"Dia pacarku. Namanya Dinar "jawab Rafael
dengan santai
Dinar dan Novia membolatkan matanya. Dinar terkejut
dengan pengakuan Rafael. Ia sangat takut jika fakta itu akan sampai ke telinga Marina.
Sedangkan Novia terkejut karena yang ia tahu Rafael adalah kekasih Marina,
teman SMA nya.
"Kamu putus sama Marina?"Novia
Rafael menggeleng. Kemudian ia kembali menggenggam
tangan Dinar. Dinar yang masih terkejutpun hanya bisa pasrah.
" Dinar pacar keduaku. Tapi aku cinta sama
dia"jawab Rafael kemudian mencium punggung tangan Dinar
"Kamu tega banget sih sama Marina? Kamu tahu
kan, Marina nggak main-main sama perasaannya ke kamu Raf. Dia bener-bener cinta
sama kamu"marah Novia
"Tapi aku cintanya cuma sama Dinar. Aku sangat
mencintai Dinar. Nggak ada sedikitpun ruang di hati aku buat Marina. Dan aku
berhak mendapat kebahagiaanku"balas Rafael
Novia hanya menggelengkan kepala lalu pergi dari
hadapan temannya itu.
Hari mulai gelap.
Rafael dan Dinar baru saja sampai di apartemen Dinar. Sedari tadi Dinar nampak
gelisah. Rafael yang terlihat cuekpun sebenarnya menyadari perasaan gadis yang
dicintainya itu.
"Ada apa sih?"tanya Rafael halus
"Raf, kamu kok bisa ngakuin aku kayak tadi sih?
Gimana kalau Marina tahu?" Dinar
Tangan Rafael terangkat untuk menyentuh bahu kanan Dinar.
Ia menepuknya pelan berkali-kali.
"Aku nggak mau kamu sakit kalau sampai aku
nggak ngakuin kamu. Apapun resikonya, aku bakal tanggung asal kamu nggak
sedih"Rafael
Dinar memeluk Rafael erat.
"Aku sayang banget Raf sama kamu. Jangan
tinggalin aku lagi ya!" Dinar
"Iya sayang, aku janji"Rafael melepas
pelukan Dinar
"Kamu yakin, nggak mau dinner sama aku malam
ini?"tanya Rafael
Sebab, ini pertama kalinya Dinar menolak ajakan
makan malamnya.
Dinar mengangguk mantab.
"Marina juga kangen makan malam sama kamu
Raf"jawab Dinar tulus
"Sayang, aku bakal tolak ajakan makan malam Marina
kok kalau kamu mau"Rafael
"Tidak perlu Raf. Nggak papa kok. Bagaimanapun,
Marina juga pacar kamu. Kita juga harus menghargainya" Dinar
Rafael tersenyum lalu membelai rambung panjang Dinar.
Waktu menunjukan pukul
18.30. Kali ini Rafael tengah menikmati makan malam bersama kekasihnya, Marina.
Ini makan malam pertama bagi mereka setelah kedatangan Dinar. Sebab, Rafael
selalu menolak ajakan makan malam Marina meski ia punya waktu. Setiap waktunya
kosong, Rafael memilih makan bersama Dinar dan mengabaikan Marina yang selalu
menunggunya. Tapi ini semua juga bukan kesalahan Rafael. Ia berpacaran dengan Marina
bukan karena cinta. Dari awal, semua terjadi karena keterpaksaan. Rafael hanya
menganggap Marina sebagai teman, tidak pernah lebih dari itu.
"Kamu suka kan Raf?"tanya Marina
Rafael mengangguk sembari terus mengunyah
makanannya.
"Raf, tahun depan, kita jadi nikah
kan?"tanya Marina
"Aduh, maaf ya Rin, kerjaan aku di kantor lagi
banyak. Banyak client di dari luar negeri juga datang. Jadi lain kali saja kita
bahas itu, kalau kerjaanku lagi nggak begitu padet"Rafael
Marina menerawang bola mata pria yang ia cintai itu.
Sikapnya akhir-akhir ini berubah.
"Kamu nggak lagi nyembunyiin apa-apa kan Raf,
dari aku?"tanya Marina
"Nyembunyiin apa? Ya nggak lah. Ada-ada aja
kamu"balas Rafael tembari tertawa kecil
Di suatu siang, Marina
datang ke kantor Rafael. Ia membawakan bekal makan siang untuk Rafael. Karena
memang, jika ia mengajaknya makan di luarpun, ia akan menolak dengan alasan
sibuk.
"Hay Raf, ini aku bawain kamu bakal. Kita makan
bareng ya!"ajak Marina
"Aduh Rin, maaf banget ya, aku ada janji sama
client"dusta Rafael
"Tapi ini aku masak sendiri loh Raf. Sebentar
aja ya!"desak Marina
"Huft..."Rafael menghela napas panjang
kemudian mengangguk
Bagaimanapun, Marina sudah susah-susah memasak
untuknya. Dia harus menghargainya.
Waktu menunjukan pukul
13.30. Rafael terus berlari hingga sampai di depan pintu cafe tempatnya janjian
dengan Dinar. Ia berhenti sembari mengatur napasnya. Kemudian, matanya menyipit
melihat dengan seksama gadisnya itu tengah berbincang dengan seorang pria yang
membelakanginya. Dinar terlihat nyaman berbincang dengan pria itu hingga
membuat hati Rafael panas. Rafael berjalan cepat menuju tempat pria itu lalu
menariknya dengan kasar untuk berdiri.
"Siapa loe?"tanya Rafael dengan nada
tinggi
"Rafael!"kaget Dinar yang ikut berdiri
Rafael sempat menengok ke arah Dinar sebelum
akhirnya kembali menatap tajam pria di hadapannya.
"Gue tanya, loe siapa?"teriak Rafael
"Aku Morgan, teman kuliahnya Dinar "ujar
pria itu memperkenalkan diri
Rafael semakin geram melihat ekspresi datar pria
itu. Ia mencengkram erat krah pria itu dengan penuh emosi.
"Sorry, ada apa ya? Aku ada salah
apa?"bingung Morgan mendapat perlakuan kasar dari Rafael
"Salah loe karena berani ngedeketin cewek
gue"jawab Rafael penuh penekanan
Dinar menghampiri kekasihnya itu lalu menyentuh
lengannya.
"Raf, lepasin Raf! Kamu apaan sih?"kesal Dinar
Namun Rafael tak menghiraukan Dinar.
"Raf! Malu di lihat orang"lanjut Dinar
Namun sepertinya emosi Rafael sudah naik ke
ubun-ubun. Ia sama sekali tak mendengarkan ucapan kekasihnya itu.
"Rafael lepasin! Kamu jangan malu-maluin
dong!"paksa Dinar sembari melepaskan tangan Rafael dari Morgan dengan
paksa
Dinar menarik Rafael agar menghadap ke arahnya.
"Kamu apaan sih? Berlebihan banget tahu
nggak?"kesal Dinar
"Kamu bilang berlebihan? Aku cuma nggak mau dia
ngerayu kamu. Kamu itu pacar aku, Dinar "jawab Rafael dengan nada kesal
pula
"Em...sorry sebelumnya. Tapi aku nggak ngerayu Dinar.
Aku cuma..."ucap Morgan terputus
"Diam loe!"teriak Rafael menunjuk muka
Morgan
"Rafael!"pekik Dinar kemudian menarik
Rafael untuk pergi
Kini Rafael dan Dinar
telah sampai di parkiran. Mereka berdiri di samping mobil Rafael. Keduanya
masih menunjukan ekspresi kesalnya.
"Kamu ngapain sih ngomong sama cowok nggak
jelas kayak tadi?"kesal Rafael
"Dia bukan cowok nggak jelas Raf. Dia Morgan,
temen kuliahku"jawab Dinar
"Tapi nggak perlu sedekat itu! Dia tu mau
ngedeketin kamu tahu nggak?"Rafael
"Cemburu kamu berlebihan Raf. Orang aku sama
Morgan cuma ngobrolin hal biasa kok. Dan kamu tu nggak seharusnya bertindak
seperti tadi. Aku nggak suka"kesal Dinar
"Oh...jadi seperti apa yang kamu suka? Seperti cowok
tadi?"Rafael
"Raf...ah, terserah lah kamu mau ngomong apa
juga"ujar Dinar pada akhirnya
Dinar memutuskan untuk pergi dari hadapan Rafael.
Rasa takut hadir di
hati Rafael. Pikiran negatifpun mulai bermunculan di otaknya. Ia segera
menyusul Dinar dan menahannya agar tidak pergi.
"Apa lagi?"tanya Dinar
Rafael menatap sendu kekasihnya itu. Detik
berikutnya, Dinar telah berada dalam pelukan hangat Rafael.
"Maaf. Maafin aku"lirih Rafael
Dinar hendak melepas pelukan itu. Namun ternyata tak
bisa.
"Please jangan pergi! Aku memang salah. Aku
minta maaf. Tapi please jangan tinggalin aku, Din!"ujar Rafael
Akhirnya, Dinar membalas pelukan pria itu. Ia
tersenyum tipis melihat tingkah kekasihnya itu.
Hari Minggu tiba.
Rafael dan Dinar tengah menikmati hari libur mereka di sebuah tempat wisata.
Setelah lama berkeliling, mereka beristirahat di sebuah ayunan yang teduh.
"Tunangan yuk!"ajak Rafael tiba-tiba
Dinar tertawa lebar mendengar ajakan Rafael. Itu
candaan yang cukup lucu bagi Dinar.
"Kok ketawa? Aku serius. Ayo kita
tunangan!"Rafael
Tawa Dinar berhenti begitu saja. Sebenarnya, ia
senang, akhirnya kalimat itu terlontar juga dari mulut Rafael.
"Nggak ah. Orang kamu masih pacaran sama Marina.
Harusnya kamu tunangannya sama Marina, pacar utama kamu"ujar Dinar
setengah bercanda
"Bagus aku baru ngajak tunangan. Malah ngeledek
lagi. Aku ajak nikah sekarang mau?"ancam Rafael
"Serius tahu. Kan kalau orang punya pacar dua,
yang di ajak tunangan tu ya pacar yang pertama. Masak yang kedua sih?" Dinar
Sebenarnya hati Dinar sesak saat mengucapkan
kata-kata itu. Namun ia berusaha untuk tetap tersenyum.
"Okey, aku akan ajak pacar pertamaku tunangan.
Aku akan segera telfon Marina"ujar Rafael pasti
Seketika, wajah Dinar
memucat. Akankah ini menjadi perpisahannya dengan Rafael? Bagaimanapun, Rafael
tak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi, ia juga belum siap jika harus
kehilangan pria itu.
"Aku serius aku akan ajak Marina
tunangan"ulang Rafael
Dinar masih terdiam. Karena memang hanya itu yang
dapat ia lakukan.
"Asal kamu nikah sama aku sebelum pertunangan
itu terlaksana"lanjut Rafael
Seketika, mata Dinar berkaca-kaca mendengar
penuturan Rafael. Rafael yang melihatnya pun menjadi kebingungan.
"Hey, kok sedih sih? Kamu kenapa?"tanya
Rafael khawatir
Dinar memeluk Rafael begitu erat. Rafael pun
membalas pelukan kekasihnya itu.
"Aku bercanda kok. Aku tetap akan menunggu kamu
sampai kamu siap. Aku nggak akan paksa kamu kok"ujar Rafael penuh rasa
bersalah
"Kamu jahat tahu nggak Raf"lirih Dinar
"Maaf ya, maaf. Jangan nangis gini
dong!"Rafael
"Aku kira kamu mau ninggalin aku. Aku takut
Raf"lirih Dinar yang membuat hati Rafael tenang
Rafael tersenyum, kemudian melepas pelukannya.
"Aku sudah janji nggak akan ninggalin kamu kan?
Aku juga sudah janji akan nikahin kamu. Aku nggak akan ngingkarin janji itu Dinar"ujar
Rafael menghapus air mata Dinar
Setelah cukup lama
terdiam, akhirnya Rafael kembali membuka pembicaraan.
"Kamu mau tahu alasan aku pacaran sama Marina?"tanya
Rafael
Dinar tersenyum.
"Kalau itu rahasia, aku nggak perlu tahu
Raf" Dinar
"Kamu perlu tahu. Aku nggak mau kamu salah
paham sama hubunganku dengan Marina"Rafael
Rafael menarik napas panjang, lalu menghembuskannya.
"Dua tahun lalu, Marina mengidap tumor otak.
Dia sangat down. Dia sempat mencoba bunuh diri. Dan papanya meminta tolong padaku
untuk menghiburnya. Dan akhirnya, dia malah jatuh cinta padaku"terang
Rafael
"Kan dia yang cinta kamu. Kenapa kamu nggak
bilang kalau kamu punya aku?"tanya Dinar
" Marina pernah koma karena tidak mau di
operasi karena resikonya tinggi. Dokterpun sudah memfonis usia Marina tak akan
lebih dari tiga bulan. Kemudian ayahnya menyuruhku untuk membahagiakan dia di
saat-saat terakhirnya"Rafael
"Tapi nggak harus dengan pacaran
kan?"tanya Dinar
"Waktu itu Marina benar-benar down. Dia harus
di operasi. Tapi dia tetap tidak mau. Akhirnya aku mendesaknya. Kemudian ia
mau, dengan syarat aku akan segera menikahinya. Tak ada pilihan lain, akupun
menerima permintaan itu. Tapi aku minta waktu tiga tahun padanya"Rafael
Dinar mulai mengerti. Namun otaknya terus berpikir
dan menemukan sesuatu yang janggal.
"Waktu tiga tahun itu, bukankah tinggal tahun
depan?"tanya Dinar
Rafael mengangguk.
Dinar mengalihkan pandangannya. Ia berusaha menahan
air matanya.
"Tapi itu tidak akan terjadi. Aku hanya akan
menikah denganmu"Rafael
"Raf, kamu sudah berjanji pada Marina"Rara
"Lalu kenapa? Aku sudah berjanji lebih dulu
denganmu. Dan yang aku cintai adalah kamu"Rafael
Dua bulan berlalu. Dinar
tengah berada di rumah Rafael. Mereka asyik berbincang dan bercanda. Kemudian, Marina
datang. Ia duduk di samping Rafael.
"Raf, lihat deh! Ini undangan pernikahan kita.
Kamu mau pilih yang mana?"tanya Marina
Senyum Rafael dan Dinar luntur begitu saja. Ingin
rasanya Rafael memeluk Dinar saat itu juga. Namun sepertinya tak mungkin.
"Raf, pilih dong! Kita nggak bisa mengulur
waktu lagi. Kata ayah, kita akan segera berangkat ke Bali untuk meminta restu
orang tua kamu. Dan ayah minta kita segera menikah sebelum ayah pindah ke
Singapura enam bulan lagi"Marina
Rafael masih terdiam. Matanya tak pernah berpaling
dari Dinar.
"Dinar, kalau menurut kamu bagus yang
mana?"tanya Marina
"Hah? Em...yang itu bagus"Dinar menunjuk
undangan bersampul dua cincin yang saling mengikat
Rafael kesal dengan respon Dinar terhadap pertanyaan
Marina. Menurutnya, itu sama saja Dinar mengizinkannya menikah dengan Marina.
Dengan kesal, Rafael menarik tangan Dinar untuk pergi. Marina hanya melihatnya
dengan penuh tanda tanya. Ia mulai ragu dengan perasaan Rafael terhadapnya.
Rafael dan Dinar telah
sampai di sebuah taman yang dekat dengan rumah Rafael. Rafael melepas pegangan
tangannya pada tangan Dinar.
"Kamu ngizinin aku menikah dengan Marina?"tanya
Rafael
Dinar mengangguk ragu.
"Apa?"kaget Rafael
"Kamu jangan bercanda deh Din! Pernikahan bukan
mainan. Aku cuma akan menikah dengan kamu. Nggak lucu tahu nggak sikap kamu
tadi"kesal Rafael
"Aku nggak bercanda kok Raf. Aku
serius"jawab Dinar dengan berat hati
Rafael mengacak-acak rambutnya.
"Okey, sekarang kita ke tempat Marina. Aku akan
jelasin semuanya ke dia. Dan setelah itu kita urus pernikahan kita"ujar
Rafael kemudian menarik tangan Dinar
Dinar menghempas kasar tangan Rafael. Rafaelpun
melihatnya bingung.
"Lanjutin hidup kamu dengan Marina Raf! Kamu
sudah janji sama dia!"lirih Dinar sembari meneteskan air mata
Sesaat kemudian, Dinar melangkah pergi. Namun dengan
segera Rafael memeluknya dari belakang.
"Kamu sudah janji nggak akan tinggalin aku, Din!
Kita akan terus bersama. Biarkan aku menyelesaikan hubunganku dengan Marina
sekarang agar aku tidak kehilanganmu lagi"Rafael
Dinar melepaskan pelukan Rafael.
"Bukan Marina yang harus pergi. Tapi aku Raf.
Aku cuma pengganggu dalam hubungan kalian. Tak peduli seberapa besar cinta
kita, biarkan aku yang mengalah! Jangan biarkan gadis sebaik Marina kecewa! Dia
sangat mencintai kamu" Dinar
"Dinar, please! Aku cuma cinta sama kamu.
Please jangan seperti ini!"Rafael
Dinar mengangguk.
"Lusa aku akan berangkat ke London. Aku
mendapat beasiswa S2 disana. Dan sepertinya aku akan menetap disana. Aku sudah
membuat keputusan yang tak mudah Raf, jangan buat aku kembali bimbang!" Dinar
"Tapi Din..."ucap Rafael terpotong
"Aku yakin kamu akan lebih bahagia jika bersama
Marina. Dia gadis yang baik. Dan aku yakin, kebahagiaanku ada di London, bukan
di samping kamu. Kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan kita jika
kita takut melangkah Raf. Dan langkah yang aku pilih adalah berpisah
denganmu" Dinar
Dinar kembali melangkahkan kaki meninggalkan Rafael.
Kemudian ia naik taxi untuk pulang ke apartemennya.
Beberapa saat kemudian,
Rafael sampai di halaman apartemen Dinar. Dia segera masuk karena memang tidak
terkunci. Namun semua kosong. Dan seorang ibu-ibu datang dan berkata,
"Non Dinar sudah pulang ke Bali untuk packing
dan pamitan dengan keluarganya"
Rafael hanya dapat menangis. Ia bersimpuh di ruangan
itu dengan air mata yang berlinang. Beberapa kali, ia menjambak rambutnya
sendiri. Marah terhadap dirinya sendiri yang tak mampu menahan kepergian Dinar.
Satu tahun berlalu.
Rafael telah merelakan kepergian Dinar. Bagaimanapun, itu demi kebaikan semua
orang. Marina, Dinar, bahkan dirinya sendiri. Memang, apa yang menurut kita
baik belum tentu yang terbaik di mata Tuhan. Rafael mulai menyadari itu. Dan
Rafael mulai melanjutkan hidupnya bersama Marina, yang kini berstatus istrinya.
Sementara di jauh London, Dinar mulai menjalani hari-harinya tanpa Rafael.
Awalnya terasa sungguh berat dan sakit. Namun kehadiran Morgan dapat
menghiburnya. Morgan, teman kuliahnya yang sempat ia temui di Jakarta. Dan kini
mereka kembali di pertemukan di London. Apakah ini rencana Tuhan? Apakah ini
tanda jika malaikat yang dikirim untuk Dinar adalah Morgan? Entahlah. Namun
sampai sekarang belum ada kata cinta antara keduanya. Cukup nyaman dalam
pertemanan, dan masih sama-sama fokus dengan studi masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar