Rabu, 01 Juni 2016

Cerpen-Kekasih Kedua



Kekasih Kedua

Sampai juga gadis itu di tempat tujuannya. Ibu Kota Jakarta, dimana sahabatnya tinggal. Rafael. Pria itu kini bekerja di sebuah perusahaan besar warisan kakeknya. Dia harus pergi dari tanah kelahirannya, Bali saat usia 18 tahun. Dan setelah enam tahun berlalu, kini Dinar berusaha menemukan sahabatnya itu.
Dinar pergi ke alamat Rafael yang diberikan oleh ibu Rafael yang kini masih berada di Bali. Siang itu, kediaman Rafael terlihat sepi. Perlahan, Dinar mengetuk pintu rumah itu, namun tak ada jawaban. Dia juga beberapa kali memencet bel rumah itu. Tapi ternyata tak ada orang di dalam. Kemudian, Dinar berbalik badan, hendak pergi. Namun di lihatnya sosok perempuan cantik di hadapannya.
Dinar memperhatikan gadis itu dari atas sampai bawah. Gadis itu begitu modis, cantik dan terlihat cerdas.
"Kamu siapa?"tanya gadis itu
"Aku Dinar. Aku cari Rafael. Ini rumah Rafael kan?"tanya Dinar hati-hati
"Iya ini rumah Rafael. Tapi dia lagi pergi. Aku aja di suruh nunggu disini"ujar gadis itu
"Oh iya, kenalin aku Marina pacar Rafael"lanjutnya
Dinar menyambut uluran tangannya.
Pacar? Apakah benar gadis ini kekasih Rafael? Enam tahun lalu, Rafael berkata jika ia menyukai Dinar. Dia bilang ingin menikahi Dinar setelah nanti ia berhasil mempunyai jabatan di perusahaan kakeknya. Tapi ternyata, sekarang semua telah berubah. Dan maksud Dinar datang ke Jakarta sebenarnya adalah untuk memberi jawaban atas permintaan Rafael dahulu. Namun sepertinya semua sia-sia.
Gadis bernama Marina itu mengajak Dinar masuk dan duduk di ruang tamu. Dia juga membawakan minum untuk Dinar.
"Oh iya. Kamu ada hubungan apa sama Rafael?"tanya Marina
"Ap..apa?"kaget Dinar gelagapan
"Aku belum pernah bertemu kamu sebelumnya. Dan Rafaelpun tak bernah menceritakan tentangmu"Marina
"Ak..aku Dinar. Aku sahabat Rafael saat masih di Bali"jawab Dinar
Marina tersenyum.
"Wah...kamu datang jauh-jauh dari Bali hanya untuk Rafael? Pasti dulu kalian dekat sekali ya?"Marina
Dinar mengangguk ragu.
Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki dari belakang Dinar.
"Sayang kamu sudah sampai?"tanya orang itu
"Hay Raf!"ujar Marina
Perlahan Dinar menengok ke arah suara pria itu.
Detik berikutnya, Dinar berdiri karena saking terkejutnya. Pria itupun ikut terkejut melihat keberadaan Dinar di rumahnya. Dia adalah Rafael.
"Hay Raf!"sapa Dinar kikuk
" Dinar!"kaget Rafael
Ia menoleh ke arah Dinar dan Marina secara bergantian. Bagaimanapun ia ingat akan janjinya terhadap Dinar enam tahun silam. Tapi sekarang, dia juga sudah punya Marina disisinya.
Setelah cukup lama berbincang dengan Rafael dan Marina, Dinar pamit pulang.
"Tunggu! Kamu mau pulang kemana?"tanya Rafael
Oh iya. Benar saja. Dinar tak punya tempat tinggal di Jakarta. Dan satu-satunya orang yang ia kenal disini hanyalah Rafael.
"Aku bisa sewa apartemen"ujar Dinar
"Kamu mau cari apartemen sendirian?"tanya Rafael yang tak rela jika Dinar pergi begitu saja
Dinar mengangguk ragu. Bahkan sebenarnya ia tak tahu daerah Jakarta. Yang ia tahu hanya untuk segera pergi sebelum ia menyerah menahan air matanya itu.
"Biar aku antar kamu"Rafael
"Tidak usah. Aku bisa sendiri. Lagian kan banyak taxi"tolak Dinar
"Tidak apa, Dinar. Kamu sudah jauh-jauh pergi ke Jakarta untuk bertemu Rafael kan? Berarti kalian sangat dekat. Dan wajar jika Rafael mengantarmu mencari apartemen"sambung Marina
Akhirnya Dinar menyerah. Ia menerima tawaran Rafael.
Suasana di dalam mobil sangat hening. Tak ada pembicaraan antara Dinar dan Rafael. Sebenarnya, banyak pertanyaan yang ingin Dinar sampaikan, namun sepertinya ia tak mampu mendengar jawaban-jawaban yang akan terlontar dari mulut Rafael.
"Kamu tadi bicara apa saja dengan Marina?"tanya Rafael tiba-tiba
Dinar menoleh ke arah Rafael. Namun Rafael masih enggan menatap balik gadis itu.
"Nggak banyak. Cuma kenalan aja"jawab Dinar kemudian kembali menatap ke luar jendela
Setelah cukup lama berkutat dengan jalanan ibu kota, akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen.
"Sampai sini saja Raf. Terima kasih atas tumpangannya"ujar Dinar kemudian turun dari mobil Rafael
Ketika Dinar hendak melangkah, seseorang menahan tangannya. Tentu saja itu adalah Rafael.
"Untuk apa kamu kesini? Kapan kamu sampai? Kenapa tidak memberi tahu aku dulu?"tanya Rafael bertubi-tubi
Dinar enggan menjawab.
"Apa kabar kamu? Bagaimana kehidupanmu setelah aku pergi? Apakah kamu sudah memiliki cowok lain?"tanya Rafael kian lirih
Jangankan menjawab, menatap Rafaelpun Dinar tidak mau.
"Aku berharap, kamu datang kesini untukku. Untuk mengingatkan janjiku enam tahun silam. Dan aku berharap kamu kesini untuk memberi tahuku jika kamu mau menikah denganku. Aku mencintaimu Dinar"lanjut Rafael sembari memeluk Dinar dari belakang
Dinar tak sanggup lagi menahan air matanya. Ingin rasanya ia berbalik dan membalas pelukan Rafael. Pria yang sangat dicintainya. Tapi, sekarang semua telah berbeda. Ada Marina di tengah-tengah mereka. Marina adalah kekasih Rafael. Dan bagaimanapun, dia adalah gadis yang cantik dan sangat sempurna. Dinar tak akan mampu menyakitinya.
"Maaf Raf, aku nggak bisa sama kamu"jawab Dinar
Rafael melepas pelukannya lalu memutar tubuh Dinar agar menghadap ke arahnya.
"Aku nggak cinta sama kamu. Aku kesini karena aku kangen sama kamu. Kangen sebagai sahabat, nggak lebih"dusta Dinar
Rafael menggelengkan kepala. Apa yang dilihatnya kini membuatnya yakin jika Dinar juga mencintainya. Ucapan Dinar hanyalah bualan semata.
"Aku tahu Dinar, kamu cinta sama aku. Mata kamu tidak akan pernah bisa membohongiku. Kamu juga mencintaiku, sama seperti aku mencintaimu"ujar Rafael kemudian menarik Dinar ke dalam dekapannya
"Aku nggak bisa Raf, kamu sudah menjadi milik Marina" Dinar
"Aku punya alasan kenapa aku bersama dengan Marina. Beri waktu aku buat buktiin kalau aku cinta sama kamu Din!"Rafael
Dinar menggeleng.
"Nggak Raf. Kamu sama saja memintaku untuk menjadi selingkuhan kamu"tolak Dinar sembari melepas pelukan Rafael
Sebenarnya sulit. Ia sangat takut jika ia akan benar-benar kehilangan Rafael. Ia sangat mencintai Rafael. Sudah cukup lama ia memendam perasaannya karena jarak yang ada. Dan kini, setelah pria itu ada di hadapannya, akankah ia akan kehilangannya? Dinar tak akan sanggup kehilangannya.
"Tidak Dinar, aku tidak memintamu menjadi selingkuhanku. Aku ingin kamu jadi kekasih keduaku untuk sementara. Tapi aku janji, aku akan segera menikahimu. Hanya kamu yang aku cintai, Dinar "Rafael
"Kalau memang kamu cinta sama aku, kenapa kamu pacaran sama Marina? Kamu seolah-olah sudah melupakan janjimu enam tahun lalu Raf. Dan sekarang, apa aku harus mempercayaimu lagi? Nggak Raf, aku nggak mau"teriak Dinar
Rafael menahan tangan Dinar yang hendak meninggalkannya. Air matanyapun telah berjatuhan. Ia bersimpuh di kaki Dinar.
"Aku mohon Din, beri aku kesempatan sekali lagi! Aku nggak mau kehilangan kamu"Rafael
Hati Dinar membimbing Dinar untuk membantu Rafael berdiri. Kemudian Dinar menarik lelaki itu ke dalam pelukannya.
"Hanya sekali Raf. Dan aku minta kamu akan menepati janjimu kali ini"lirih Dinar
Rafael mengangguk dan membalas pelukan Dinar.
Dinar tahu, jawabannya itu akan menyakiti Marina. Dinar juga tahu, tak seharusnya ia menyakiti gadis sebaik Marina. Tapi tak bolehkah jika ia sedikit egois dalam hal ini? Bagaimanapun, cintanya terhadap Rafael sungguh besar, begitupun sebaliknya. Dan Dinar juga tak akan melepas Rafael karena ia tahu, lebahagiaan Rafael hanyalah dirinya.
Satu bulan telah berlalu. Dinar duduk di sebuah kursi cafe tempat ia janjian dengan Rafael. Memang, sejak ia resmi menjadi kekasih kedua Rafael, mereka selalu makan siang bersama. Rafael selalu meluangkan waktu makan siangnya untuk di habiskan bersama Dinar, gadis yang paling di cintainya. Bahkan ia sering mengabaikan Marina, kekasihnya yang pertama. Dan sampai saat inipun, Marina belum tahu jika Rafael dan Dinar berpacaran di belakangnya.
Akhirnya sampai juga Rafael di hadapan Dinar. Mereka duduk berhadapan. Pria itu terus melempar senyum pada gadis cantik di hadapannya itu.
"Ini buat kamu"ujar Rafael memberikan buket mawar merah pada Dinar
"Makasih ya Raf"jawab Dinar setelah menerima buket itu
Mereka berbincang cukup lama, hingga seseorang mengagetkan mereka.
"Hey Raf!"sapa seorang gadis yang membuat Rafael segera melepas genggaman tangannya pada Dinar
"Novia?"kaget Rafael
Gadis yang di panggil Novia itu menatap sinis Dinar.
"Dia siapa Raf?"tanya Novia
Dinar menghela napas panjang. Ia tahu pasti, Rafael tak akan mengakuinya sebagai seorang kekasih. Memang begitulah nasib kekasih kedua.
"Dia pacarku. Namanya Dinar "jawab Rafael dengan santai
Dinar dan Novia membolatkan matanya. Dinar terkejut dengan pengakuan Rafael. Ia sangat takut jika fakta itu akan sampai ke telinga Marina. Sedangkan Novia terkejut karena yang ia tahu Rafael adalah kekasih Marina, teman SMA nya.
"Kamu putus sama Marina?"Novia
Rafael menggeleng. Kemudian ia kembali menggenggam tangan Dinar. Dinar yang masih terkejutpun hanya bisa pasrah.
" Dinar pacar keduaku. Tapi aku cinta sama dia"jawab Rafael kemudian mencium punggung tangan Dinar
"Kamu tega banget sih sama Marina? Kamu tahu kan, Marina nggak main-main sama perasaannya ke kamu Raf. Dia bener-bener cinta sama kamu"marah Novia
"Tapi aku cintanya cuma sama Dinar. Aku sangat mencintai Dinar. Nggak ada sedikitpun ruang di hati aku buat Marina. Dan aku berhak mendapat kebahagiaanku"balas Rafael
Novia hanya menggelengkan kepala lalu pergi dari hadapan temannya itu.
Hari mulai gelap. Rafael dan Dinar baru saja sampai di apartemen Dinar. Sedari tadi Dinar nampak gelisah. Rafael yang terlihat cuekpun sebenarnya menyadari perasaan gadis yang dicintainya itu.
"Ada apa sih?"tanya Rafael halus
"Raf, kamu kok bisa ngakuin aku kayak tadi sih? Gimana kalau Marina tahu?" Dinar
Tangan Rafael terangkat untuk menyentuh bahu kanan Dinar. Ia menepuknya pelan berkali-kali.
"Aku nggak mau kamu sakit kalau sampai aku nggak ngakuin kamu. Apapun resikonya, aku bakal tanggung asal kamu nggak sedih"Rafael
Dinar memeluk Rafael erat.
"Aku sayang banget Raf sama kamu. Jangan tinggalin aku lagi ya!" Dinar
"Iya sayang, aku janji"Rafael melepas pelukan Dinar
"Kamu yakin, nggak mau dinner sama aku malam ini?"tanya Rafael
Sebab, ini pertama kalinya Dinar menolak ajakan makan malamnya.
Dinar mengangguk mantab.
"Marina juga kangen makan malam sama kamu Raf"jawab Dinar tulus
"Sayang, aku bakal tolak ajakan makan malam Marina kok kalau kamu mau"Rafael
"Tidak perlu Raf. Nggak papa kok. Bagaimanapun, Marina juga pacar kamu. Kita juga harus menghargainya" Dinar
Rafael tersenyum lalu membelai rambung panjang Dinar.
Waktu menunjukan pukul 18.30. Kali ini Rafael tengah menikmati makan malam bersama kekasihnya, Marina. Ini makan malam pertama bagi mereka setelah kedatangan Dinar. Sebab, Rafael selalu menolak ajakan makan malam Marina meski ia punya waktu. Setiap waktunya kosong, Rafael memilih makan bersama Dinar dan mengabaikan Marina yang selalu menunggunya. Tapi ini semua juga bukan kesalahan Rafael. Ia berpacaran dengan Marina bukan karena cinta. Dari awal, semua terjadi karena keterpaksaan. Rafael hanya menganggap Marina sebagai teman, tidak pernah lebih dari itu.
"Kamu suka kan Raf?"tanya Marina
Rafael mengangguk sembari terus mengunyah makanannya.
"Raf, tahun depan, kita jadi nikah kan?"tanya Marina
"Aduh, maaf ya Rin, kerjaan aku di kantor lagi banyak. Banyak client di dari luar negeri juga datang. Jadi lain kali saja kita bahas itu, kalau kerjaanku lagi nggak begitu padet"Rafael
Marina menerawang bola mata pria yang ia cintai itu. Sikapnya akhir-akhir ini berubah.
"Kamu nggak lagi nyembunyiin apa-apa kan Raf, dari aku?"tanya Marina
"Nyembunyiin apa? Ya nggak lah. Ada-ada aja kamu"balas Rafael tembari tertawa kecil
Di suatu siang, Marina datang ke kantor Rafael. Ia membawakan bekal makan siang untuk Rafael. Karena memang, jika ia mengajaknya makan di luarpun, ia akan menolak dengan alasan sibuk.
"Hay Raf, ini aku bawain kamu bakal. Kita makan bareng ya!"ajak Marina
"Aduh Rin, maaf banget ya, aku ada janji sama client"dusta Rafael
"Tapi ini aku masak sendiri loh Raf. Sebentar aja ya!"desak Marina
"Huft..."Rafael menghela napas panjang kemudian mengangguk
Bagaimanapun, Marina sudah susah-susah memasak untuknya. Dia harus menghargainya.
Waktu menunjukan pukul 13.30. Rafael terus berlari hingga sampai di depan pintu cafe tempatnya janjian dengan Dinar. Ia berhenti sembari mengatur napasnya. Kemudian, matanya menyipit melihat dengan seksama gadisnya itu tengah berbincang dengan seorang pria yang membelakanginya. Dinar terlihat nyaman berbincang dengan pria itu hingga membuat hati Rafael panas. Rafael berjalan cepat menuju tempat pria itu lalu menariknya dengan kasar untuk berdiri.
"Siapa loe?"tanya Rafael dengan nada tinggi
"Rafael!"kaget Dinar yang ikut berdiri
Rafael sempat menengok ke arah Dinar sebelum akhirnya kembali menatap tajam pria di hadapannya.
"Gue tanya, loe siapa?"teriak Rafael
"Aku Morgan, teman kuliahnya Dinar "ujar pria itu memperkenalkan diri
Rafael semakin geram melihat ekspresi datar pria itu. Ia mencengkram erat krah pria itu dengan penuh emosi.
"Sorry, ada apa ya? Aku ada salah apa?"bingung Morgan mendapat perlakuan kasar dari Rafael
"Salah loe karena berani ngedeketin cewek gue"jawab Rafael penuh penekanan
Dinar menghampiri kekasihnya itu lalu menyentuh lengannya.
"Raf, lepasin Raf! Kamu apaan sih?"kesal Dinar
Namun Rafael tak menghiraukan Dinar.
"Raf! Malu di lihat orang"lanjut Dinar
Namun sepertinya emosi Rafael sudah naik ke ubun-ubun. Ia sama sekali tak mendengarkan ucapan kekasihnya itu.
"Rafael lepasin! Kamu jangan malu-maluin dong!"paksa Dinar sembari melepaskan tangan Rafael dari Morgan dengan paksa
Dinar menarik Rafael agar menghadap ke arahnya.
"Kamu apaan sih? Berlebihan banget tahu nggak?"kesal Dinar
"Kamu bilang berlebihan? Aku cuma nggak mau dia ngerayu kamu. Kamu itu pacar aku, Dinar "jawab Rafael dengan nada kesal pula
"Em...sorry sebelumnya. Tapi aku nggak ngerayu Dinar. Aku cuma..."ucap Morgan terputus
"Diam loe!"teriak Rafael menunjuk muka Morgan
"Rafael!"pekik Dinar kemudian menarik Rafael untuk pergi
Kini Rafael dan Dinar telah sampai di parkiran. Mereka berdiri di samping mobil Rafael. Keduanya masih menunjukan ekspresi kesalnya.
"Kamu ngapain sih ngomong sama cowok nggak jelas kayak tadi?"kesal Rafael
"Dia bukan cowok nggak jelas Raf. Dia Morgan, temen kuliahku"jawab Dinar
"Tapi nggak perlu sedekat itu! Dia tu mau ngedeketin kamu tahu nggak?"Rafael
"Cemburu kamu berlebihan Raf. Orang aku sama Morgan cuma ngobrolin hal biasa kok. Dan kamu tu nggak seharusnya bertindak seperti tadi. Aku nggak suka"kesal Dinar
"Oh...jadi seperti apa yang kamu suka? Seperti cowok tadi?"Rafael
"Raf...ah, terserah lah kamu mau ngomong apa juga"ujar Dinar pada akhirnya
Dinar memutuskan untuk pergi dari hadapan Rafael.
Rasa takut hadir di hati Rafael. Pikiran negatifpun mulai bermunculan di otaknya. Ia segera menyusul Dinar dan menahannya agar tidak pergi.
"Apa lagi?"tanya Dinar
Rafael menatap sendu kekasihnya itu. Detik berikutnya, Dinar telah berada dalam pelukan hangat Rafael.
"Maaf. Maafin aku"lirih Rafael
Dinar hendak melepas pelukan itu. Namun ternyata tak bisa.
"Please jangan pergi! Aku memang salah. Aku minta maaf. Tapi please jangan tinggalin aku, Din!"ujar Rafael
Akhirnya, Dinar membalas pelukan pria itu. Ia tersenyum tipis melihat tingkah kekasihnya itu.
Hari Minggu tiba. Rafael dan Dinar tengah menikmati hari libur mereka di sebuah tempat wisata. Setelah lama berkeliling, mereka beristirahat di sebuah ayunan yang teduh.
"Tunangan yuk!"ajak Rafael tiba-tiba
Dinar tertawa lebar mendengar ajakan Rafael. Itu candaan yang cukup lucu bagi Dinar.
"Kok ketawa? Aku serius. Ayo kita tunangan!"Rafael
Tawa Dinar berhenti begitu saja. Sebenarnya, ia senang, akhirnya kalimat itu terlontar juga dari mulut Rafael.
"Nggak ah. Orang kamu masih pacaran sama Marina. Harusnya kamu tunangannya sama Marina, pacar utama kamu"ujar Dinar setengah bercanda
"Bagus aku baru ngajak tunangan. Malah ngeledek lagi. Aku ajak nikah sekarang mau?"ancam Rafael
"Serius tahu. Kan kalau orang punya pacar dua, yang di ajak tunangan tu ya pacar yang pertama. Masak yang kedua sih?" Dinar
Sebenarnya hati Dinar sesak saat mengucapkan kata-kata itu. Namun ia berusaha untuk tetap tersenyum.
"Okey, aku akan ajak pacar pertamaku tunangan. Aku akan segera telfon Marina"ujar Rafael pasti
Seketika, wajah Dinar memucat. Akankah ini menjadi perpisahannya dengan Rafael? Bagaimanapun, Rafael tak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi, ia juga belum siap jika harus kehilangan pria itu.
"Aku serius aku akan ajak Marina tunangan"ulang Rafael
Dinar masih terdiam. Karena memang hanya itu yang dapat ia lakukan.
"Asal kamu nikah sama aku sebelum pertunangan itu terlaksana"lanjut Rafael
Seketika, mata Dinar berkaca-kaca mendengar penuturan Rafael. Rafael yang melihatnya pun menjadi kebingungan.
"Hey, kok sedih sih? Kamu kenapa?"tanya Rafael khawatir
Dinar memeluk Rafael begitu erat. Rafael pun membalas pelukan kekasihnya itu.
"Aku bercanda kok. Aku tetap akan menunggu kamu sampai kamu siap. Aku nggak akan paksa kamu kok"ujar Rafael penuh rasa bersalah
"Kamu jahat tahu nggak Raf"lirih Dinar
"Maaf ya, maaf. Jangan nangis gini dong!"Rafael
"Aku kira kamu mau ninggalin aku. Aku takut Raf"lirih Dinar yang membuat hati Rafael tenang
Rafael tersenyum, kemudian melepas pelukannya.
"Aku sudah janji nggak akan ninggalin kamu kan? Aku juga sudah janji akan nikahin kamu. Aku nggak akan ngingkarin janji itu Dinar"ujar Rafael menghapus air mata Dinar
Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Rafael kembali membuka pembicaraan.
"Kamu mau tahu alasan aku pacaran sama Marina?"tanya Rafael
Dinar tersenyum.
"Kalau itu rahasia, aku nggak perlu tahu Raf" Dinar
"Kamu perlu tahu. Aku nggak mau kamu salah paham sama hubunganku dengan Marina"Rafael
Rafael menarik napas panjang, lalu menghembuskannya.
"Dua tahun lalu, Marina mengidap tumor otak. Dia sangat down. Dia sempat mencoba bunuh diri. Dan papanya meminta tolong padaku untuk menghiburnya. Dan akhirnya, dia malah jatuh cinta padaku"terang Rafael
"Kan dia yang cinta kamu. Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu punya aku?"tanya Dinar
" Marina pernah koma karena tidak mau di operasi karena resikonya tinggi. Dokterpun sudah memfonis usia Marina tak akan lebih dari tiga bulan. Kemudian ayahnya menyuruhku untuk membahagiakan dia di saat-saat terakhirnya"Rafael
"Tapi nggak harus dengan pacaran kan?"tanya Dinar
"Waktu itu Marina benar-benar down. Dia harus di operasi. Tapi dia tetap tidak mau. Akhirnya aku mendesaknya. Kemudian ia mau, dengan syarat aku akan segera menikahinya. Tak ada pilihan lain, akupun menerima permintaan itu. Tapi aku minta waktu tiga tahun padanya"Rafael
Dinar mulai mengerti. Namun otaknya terus berpikir dan menemukan sesuatu yang janggal.
"Waktu tiga tahun itu, bukankah tinggal tahun depan?"tanya Dinar
Rafael mengangguk.
Dinar mengalihkan pandangannya. Ia berusaha menahan air matanya.
"Tapi itu tidak akan terjadi. Aku hanya akan menikah denganmu"Rafael
"Raf, kamu sudah berjanji pada Marina"Rara
"Lalu kenapa? Aku sudah berjanji lebih dulu denganmu. Dan yang aku cintai adalah kamu"Rafael
Dua bulan berlalu. Dinar tengah berada di rumah Rafael. Mereka asyik berbincang dan bercanda. Kemudian, Marina datang. Ia duduk di samping Rafael.
"Raf, lihat deh! Ini undangan pernikahan kita. Kamu mau pilih yang mana?"tanya Marina
Senyum Rafael dan Dinar luntur begitu saja. Ingin rasanya Rafael memeluk Dinar saat itu juga. Namun sepertinya tak mungkin.
"Raf, pilih dong! Kita nggak bisa mengulur waktu lagi. Kata ayah, kita akan segera berangkat ke Bali untuk meminta restu orang tua kamu. Dan ayah minta kita segera menikah sebelum ayah pindah ke Singapura enam bulan lagi"Marina
Rafael masih terdiam. Matanya tak pernah berpaling dari Dinar.
"Dinar, kalau menurut kamu bagus yang mana?"tanya Marina
"Hah? Em...yang itu bagus"Dinar menunjuk undangan bersampul dua cincin yang saling mengikat
Rafael kesal dengan respon Dinar terhadap pertanyaan Marina. Menurutnya, itu sama saja Dinar mengizinkannya menikah dengan Marina. Dengan kesal, Rafael menarik tangan Dinar untuk pergi. Marina hanya melihatnya dengan penuh tanda tanya. Ia mulai ragu dengan perasaan Rafael terhadapnya.
Rafael dan Dinar telah sampai di sebuah taman yang dekat dengan rumah Rafael. Rafael melepas pegangan tangannya pada tangan Dinar.
"Kamu ngizinin aku menikah dengan Marina?"tanya Rafael
Dinar mengangguk ragu.
"Apa?"kaget Rafael
"Kamu jangan bercanda deh Din! Pernikahan bukan mainan. Aku cuma akan menikah dengan kamu. Nggak lucu tahu nggak sikap kamu tadi"kesal Rafael
"Aku nggak bercanda kok Raf. Aku serius"jawab Dinar dengan berat hati
Rafael mengacak-acak rambutnya.
"Okey, sekarang kita ke tempat Marina. Aku akan jelasin semuanya ke dia. Dan setelah itu kita urus pernikahan kita"ujar Rafael kemudian menarik tangan Dinar
Dinar menghempas kasar tangan Rafael. Rafaelpun melihatnya bingung.
"Lanjutin hidup kamu dengan Marina Raf! Kamu sudah janji sama dia!"lirih Dinar sembari meneteskan air mata
Sesaat kemudian, Dinar melangkah pergi. Namun dengan segera Rafael memeluknya dari belakang.
"Kamu sudah janji nggak akan tinggalin aku, Din! Kita akan terus bersama. Biarkan aku menyelesaikan hubunganku dengan Marina sekarang agar aku tidak kehilanganmu lagi"Rafael
Dinar melepaskan pelukan Rafael.
"Bukan Marina yang harus pergi. Tapi aku Raf. Aku cuma pengganggu dalam hubungan kalian. Tak peduli seberapa besar cinta kita, biarkan aku yang mengalah! Jangan biarkan gadis sebaik Marina kecewa! Dia sangat mencintai kamu" Dinar
"Dinar, please! Aku cuma cinta sama kamu. Please jangan seperti ini!"Rafael
Dinar mengangguk.
"Lusa aku akan berangkat ke London. Aku mendapat beasiswa S2 disana. Dan sepertinya aku akan menetap disana. Aku sudah membuat keputusan yang tak mudah Raf, jangan buat aku kembali bimbang!" Dinar
"Tapi Din..."ucap Rafael terpotong
"Aku yakin kamu akan lebih bahagia jika bersama Marina. Dia gadis yang baik. Dan aku yakin, kebahagiaanku ada di London, bukan di samping kamu. Kita tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan kita jika kita takut melangkah Raf. Dan langkah yang aku pilih adalah berpisah denganmu" Dinar
Dinar kembali melangkahkan kaki meninggalkan Rafael. Kemudian ia naik taxi untuk pulang ke apartemennya.
Beberapa saat kemudian, Rafael sampai di halaman apartemen Dinar. Dia segera masuk karena memang tidak terkunci. Namun semua kosong. Dan seorang ibu-ibu datang dan berkata,
"Non Dinar sudah pulang ke Bali untuk packing dan pamitan dengan keluarganya"
Rafael hanya dapat menangis. Ia bersimpuh di ruangan itu dengan air mata yang berlinang. Beberapa kali, ia menjambak rambutnya sendiri. Marah terhadap dirinya sendiri yang tak mampu menahan kepergian Dinar.
Satu tahun berlalu. Rafael telah merelakan kepergian Dinar. Bagaimanapun, itu demi kebaikan semua orang. Marina, Dinar, bahkan dirinya sendiri. Memang, apa yang menurut kita baik belum tentu yang terbaik di mata Tuhan. Rafael mulai menyadari itu. Dan Rafael mulai melanjutkan hidupnya bersama Marina, yang kini berstatus istrinya. Sementara di jauh London, Dinar mulai menjalani hari-harinya tanpa Rafael. Awalnya terasa sungguh berat dan sakit. Namun kehadiran Morgan dapat menghiburnya. Morgan, teman kuliahnya yang sempat ia temui di Jakarta. Dan kini mereka kembali di pertemukan di London. Apakah ini rencana Tuhan? Apakah ini tanda jika malaikat yang dikirim untuk Dinar adalah Morgan? Entahlah. Namun sampai sekarang belum ada kata cinta antara keduanya. Cukup nyaman dalam pertemanan, dan masih sama-sama fokus dengan studi masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar