Sabtu, 01 Agustus 2015

Cerpen-From My Friend



From My Friend

Masa putih abu-abu. Adalah masa dimana kita mulai beranjak dewasa. Banyak hal yang kita temui pada masa ini. Baik masalah, persahabatan, bahkan percintaan. Contohnya seperti Kiara dan Anisa. Mereka berteman akrab sejak duduk di bangku kelas 1 SMA. Kemanapun, mereka selalu pergi bersama. Perbedaan tak menjadi penghalang bagi mereka untuk bersama. Kiara adalah gadis tertutup, susah bersosialisasi, pemurung, dan pendiam. Dia selalu menyimpan masalahnya sendiri. Sedangkan Anisa adalah gadis yang selalu tampak ceria. Kehidupannya bak tak pernah tersentuh masalah. Ia sangat ramah, bahkan kadang terkesan cerewet.
Sore ini, mereka berkeliling di area mall dekat sekolah. Anisa asyik bermain hand phone nya. Beberapa kali ia mengajak Kiara berfoto bersama, namun ia selalu menolak. Kemudian mereka beristirahat di sebuah resto. Mereka menunggu pesanan datang di meja pojok. Setelah pesanan mereka datang, Anisa segera melahap makanannya.
"Kamu yakin cuma mau minum aja?"tanya Anisa
Kiara mengangguk.
"Tadi aku sudah makan di rumah"Kiara
Anisa mengangguk mengerti.
Saat asyik menyeruput soft drink nya, mata Kiara menatap sosok yang tak asing baginya.
"Reza?"kaget Kiara
Anisa mengalihkan pandangannya ke arah tatapan Kiara.
"Reza? Kok dia sama cewek? Bukannya kemarin kamu bilang kalian dekat lagi ya?"Anisa
Reza adalah mantan kekasih Kiara. Mereka berpacaran sejak Kiara duduk di bangku kelas 1. Namun dua bulan lalu mereka putus karena sebuah masalah. Tapi, beberapa hari terakhir Reza kembali mendekati Kiara.
"Aku juga nggak tahu"Kiara
"Play boy banget sih dia"kesal Anisa
"Sudahlah, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kan?"Kiara
"Jelas-jelas dia mesra banget sama cewek didepannya itu"Anisa
"Ayo kita pulang saja!"Kiara
Anisa menatap bingung ke arah sahabatnya itu.
"Kamu yakin?"Anisa
Kiara mengangguk lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Anisa. Anisapun mengejarnya.
"Kamu tidak papa Ra?"tanya Anisa
"I'm fine"Kiara
Di sepanjang perjalanan pulang, Kiara menahan tangisnya. Ia menyimpan rasa sakitnya sendiri.
Sampainya dirumah, Kiara merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia menutup wajahnya dengan bantal dan menangis disana. Kiara memang lebih suka mencurahkan kesedihannya dalam sepi dari pada bercerita kepada orang lain, bahkan Anisa. Sudah berkali-kali ia di sakiti Reza. Namun entah mengapa, rasa cintanya tak kunjung lenyap dari hatinya. Saat ia menangis meluapkan perasaan hatinya, terdengar suara gaduh di luar. Ia bangkit dari tidurnya. Ia menguping dari balik pintu kamarnya. Lagi-lagi, terdengar keributan antara kedua orang tuanya. Mereka selalu saja bertengkar. Dan biasanya, anak selalu jadi pelampiasannya. Entah sampai kapan masalah hinggap di kehidupan Kiara. Belum selesai suatu masalah, sudah datang lagi berbagai masalah lain. Rasanya ingin sekali Kiara pergi dari kehidupan ini. Karena mungkin dengan itu semua penderitaannya akan berakhir. Tiba-tiba hand phone nya berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Anisa. Rasanya sangat malas untuk mengangkat telepon itu. Tapi pasti nanti Anisa akan marah padanya. Terpaksa, Kiara mengangkatnya
'Lama banget sih ngangkatnya?'keluh Anisa diseberang sana
'Maaf'Kiara
'Besok liburan mama mau ngirim aku ke Bandung. Kamu mau ikut nggak?'Anisa
'Lihat besok deh'Kiara
'Ayolah, ikut yah! Aku nggak punya teman disana. Aku cuma tinggal sama nenek ku'Anisa
'Iya aku ikut'Kiara
'Kok suara kamu gitu? Kamu nangis ya? Ada apa?'Anisa
"Nangis? Enggak. Aku mau flu deh kayaknya'
'Oh. Yaudah. Aku tutup yah, aku ngantuk'Anisa
'Iya'Kiara
Hari berganti. Kiara baru saja sampai di sekolah. Ia duduk sendiri di perpustakaan. Ia membaca novel yang tadi ia ambil di sebuah rak. Setengah jam kemudian, bel masuk berbunyi. Kiara segera beranjak ke kelasnya. Ia duduk di bangku nomor 3 dari depan. Tak lama kemudian, Anisa datang dan segera duduk di samping Kiara. Anisa memperlihatkan deretan giginya ke arah Kiara.
"Pipi kamu kenapa?"tanya Kiara melihat pipi kiri Anisa yang lebam
"Tadi malam ada nyamuk. Aku tabok deh. Emang merah ya?"Anisa
"Lihat aja sendiri!"Kiara memberikan cermin ke arah Anisa
"Bodo amet lah. Oh iya, kamu udah ngerjain PR matematika belum?"Anisa
"Oh iya, aku lupa"Kiara menepuk jidatnya
"Aku juga belum. Santai aja. Kan matematika jam terakhir. Nanti aja waktu istirahat kita cari contekan"Anisa
"Nggak ah. Aku mau ngerjain sekarang aja"Kiara membuka buku matematikanya dan mulai mengerjakan PR yang di berikan guru minggu lalu
Sedangkan Anisa malah membaca novel yang kemarin lusa baru ia beli. Kiara menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Teng..teng.."bel istirahat terdengar nyaring di telinga para siswa
"Ayo ke kantin!"Anisa
"Aku malas"Kiara
"Tapi aku lapar. Cepatlah Ra, please!"Anisa
"Kenapa sih kamu lapar terus? Terus juga aku yang disusahin"protes Kiara
"Jangan ngeluh! Itu resiko kamu bersahabat sama aku. Udah ah, ayo cepat!"Anisa menarik lengan Kiara
Kiara hanya dapat menurut. Sahabatnya itu memang selalu saja membuatnya susah. Ia sangat manja dan suka makan. Tapi bagaimana lagi, Kiara selalu kalah jika berdebat dengan Anisa.
Sampainya di kantin, Anisa segera memesan makanan.
"Kamu mau makan apa?"Anisa
"Enggak. Es teh aja"Kiara
"Enggak makan?"Anisa
"Belum lapar"Kiara
"Bu, baksonya 1 sama es teh 2"Anisa
Setelah memesan, mereka mencari meja yang masih kosong.
"Gimana sama Reza kemarin? Kamu udah tanya belum?"Anisa
Kiara menggeleng.
"Sudahlah Ra, lupain aja dia! Ngapain sih kamu masih berharap sama dia? Jelas-jelas dia itu play boy"Anisa
Kiara hanya tersenyum getir menanggapi ucapan Anisa.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Anisa segera menyantap makanannya. Sedangkan Kiara masih terus kepikiran dengan Reza.
Dua hari berlalu. Pagi ini Kiara dan Anisa sedang jogging mengitari taman komplek.
"Huft, aku capek. Istirahat dulu yuk!"Anisa
"Dikit-dikit capek. Katanya pengen olah raga?"Kiara
"Tapi capek Ra. Sana deh kamu lari sendiri aja!"Anisa duduk meluruskan kakinya
Kiara pun ikut duduk di sampingnya.
"Kok kamu pucet?"tanya Kiara
"Aku emang suka gitu kalau capek. Lagian wajar kan, aku nggak kebiasa olah raga"Anisa
Kiara mengangguk mengerti
"Tahu nggak Sa, kemarin, Reza ngajak aku balikan"girang Kiara
"Terus terus?"tanya Anisa antusias
"Aku belum jawab sih"Kiara
"Jangan terima deh! Kamu kan sudah tahu busuknya dia. Masak iya, kamu mau jatuh di lubang yang sama?"Anisa
"Tapi aku cinta sama dia"Kiara
"Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari Reza, Ra. Kamu aja yang selama ini terlalu menutup hati. Lagian kamu cantik, baik, aku yakin banyak yang naksir kamu"Anisa
"Tapi aku cuma cinta sama Reza"lirih Kiara
Anisa terdiam. Ia mengerutkan keningnya dan memperjelas pandangannya.
"Kamu kenapa sih Sa?"tanya Kiara
"Ra, itu bukannya Reza ya? Dia kok sama cewek baru lagi?"bingung Anisa
"Mana?"Kiara
Anisa menunjuk ke arah pria yang ia lihat.
Hati Kiara seperti tersambar petir. Baru kemarin sore Reza mengajaknya balikan, tapi sekarang ia malah bersama wanita lain. Tapi Kiara tetap berusaha berpikir positif.
"Mungkin sepupunya"Kiara
"Aku nggak yakin"Anisa
Kiara menatap bingung ke arah Anisa.
"Aku akan buktikan kalau Reza itu play boy"Anisa bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menghampiri Reza
Kiarapun mengejarnya.
Kini Anisa sudah berada tepat di depan Reza dan gadis yang bersamanya.
"Hay Za, apa kabar? Masih ingat aku kan?"Anisa
"Oh...emh..aku lupa"Reza gelagapan. Entah apa yang ia pikirkan
"Aku Anisa. Anisa sahabatnya Kiara. Itu loh, Kiara mantan kamu"Anisa
"Oh iya aku ingat. Kabarku baik. Kamu sama siapa kesini?"Reza
"Tadi sih sama Kiara, tapi dia aku tinggal"Anisa
"Eh iya Za, kata Kiara kemarin kamu ngajakin dia balikan ya? Gimana, diterima nggak?"lanjut Anisa
"Hah...emh..."Reza menggaruk tengkuknya yang gatal
"Hah? Balikan? Kamu nganggap aku apa selama ini?"kesal cewek disamping Reza. Panggil saja ia Kanaya.
"Enggak kok. Aku nggak ngajak Kiara balikan"Reza
Sesaat kemudian Kiara sudah ada di hadapan Reza. Matanya memerah mendengar penuturan mantan kekasihnya itu.
"Plakk..."satu tamparan mendarat di pipi kiri Reza
"Kamu siapa sih? Beraninya kamu nampar pacar aku"kesal Kanaya
"Aku Kiara. Mantannya Reza. Benar, kemarin sore dia ngajak aku balikan tapi aku belum jawab"Kiara
"Dan Za, sekarang aku akan menjawab. Aku tidak mau dan tidak akan pernah mau balikan, bahkan kenal sama kamu lagi"kesal Kiara
"Tap..tap..tapi"ujar Reza tertahan
"Plak..."lagi-lagi tamparan mendarat dipipinya
"Play boy ya ternyata kamu. Aku nyesel kenal sama kamu"Kanaya berjalan cepat meninggalkan Reza
Sedangkan Anisa segera menarik tangan Kiara untuk pergi.
Kiara dan Anisa duduk di sebuah bangku di taman. Tetes demi tetes air mata Kiara mulai terjatuh.
"Sekarang kamu percayakan sama aku? Harusnya kamu ucapin itu sejak kemarin-kemarin"Anisa
"Aku masih nggak nyangka, ternyata Reza sebusuk itu Sa"Kiara
Anisa memeluk sahabatnya itu. Kiara menangis dalam dekapan Anisa.
Dua minggu berlalu. Siang ini Kiara dan Anisa sampai di rumah nenek Anisa yang di Bandung.
"Nenek"girang Anisa
Anisa  segera memeluk wanita rentan itu.
"Lihat deh nek, Anisa bawa teman. Namanya Kiara. Cantik kan nek? Tapi masih cantikan Anisa pastinya"Anisa
"Kamu ini. Iya deh, cucu nenek kan yang paling cantik"nenek Anisa
Kiara tersenyum mendengar kata-kata manja yang terlontar dari mulut sahabatnya itu.
"Ra, ayo ke kamar beres-beres. Habis itu makan, terus nanti sore main"Anisa
Kiara mengangguk lalu mengikuti langkah Anisa.
'Beruntung sekali jadi Anisa. Dia punya semua yang ia mau. Semua orang menyayanginya. Tak heran jika dia seceria itu. Bahkan, aku nyaris tak pernah melihatnya sedih'batin Kiara
Selesai beres-beres, mereka makan siang bersama nenek. Terlihat kembali kecerewetan dan kemanjaan Anisa pada neneknya. Terselip rasa iri di hati Kiara. Kenapa nasib Anisa begitu indah, sedangkan dirinya penuh luka?
Selesai makan, Anisa mengambil dua buah sepeda dari garasi. Sepeda itu biasa ia kendarai bersama kakak sepupunya yang sekarang tinggal di Australia. Dan sekarang, ia mengendarainya bersama Kiara.
"Kita mau kemana?"Kiara
"Kebun teh milik nenek. Aku suka sekali pemandangannya. Kita bisa melihat gunung dari sana"terang Anisa
Kemudian keduanya mengayuh sepeda mengitari daerah pedesaan yang masih asri itu. Sampainya di kebuh teh, mereka turun dari sepeda lalu bermain disana. Anisa asyik berlari dan berfoto kesana-kemari. Sedangkan Kiara memilih duduk di batu besar sambil menikmati udara sejuk khas pegunungan ditambah suguhan pemandangan alam yang luar biasa indahnya.
Tiba-tiba, sosok Anisa tak terlihat oleh Kiara. Kiara mulai bingung dan mencarinya.
"Anisa, kamu dimana? Anisa, jangan bercanda deh!"teriak Kiara
"Anisa, kamu masih disini kan?"Kiara
Ia terus berjalan mengelilingi kebun teh. Kemudian matanya menangkap sosok seorang gadis yang jatuh tersungkur. Ia berlari ke arahnya.
"Kamu kenapa?"Kiara
"Hah? Aku tidak papa. Aku sembunyi dari kamu biar kamu nyariin. Habisnya dari tadi kamu diam saja sih"Anisa
"Nggak lucu tahu"kesal Kiara kemudian berdiri
"Maaf. Aku kan niatnya bercanda"Anisa memasang wajah memelasnya
Kiara tersenyum lalu mengajak Anisa duduk di batu besar tadi.
"Sa, aku iri deh sama kamu"Kiara
"Iri? Iri kenapa?"Anisa
"Jadi kamu tuh enak. Orang tua kamu selalu akur dan sayang banget sama kamu. Kamu juga punya nenek yang perhatian. Kamu pintar, kamu tak pernah di khianati cowok, kamu selalu ceria"terang Kiara
Anisa tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke depan.
"Aku juga iri sama kamu"Anisa
"Apa yang bikin kamu iri sama aku?"Kiara
"Kamu cantik dan banyak yang naksir sama kamu"Anisa
Kiara tertawa lepas.
"Kok malah ketawa sih? Kan bener"Anisa
"Aku punya kelebihan yang nggak semua orang miliki. Tapi kamu juga punya kelebihan yang nggak aku miliki. Semua orang punya jalan hidup sendiri-sendiri. Jangan cuma melihat ke atas, masih banyak yang dibawah kamu"Anisa
Kiara terdiam mendengar ucapan Anisa. Bagaimana bisa gadis manja dan seceria Anisa bisa bicara seperti itu? Apa yang terjadi padanya?
Malam menjelang. Kiara dan Anisa duduk di sebuah warung sambil menikmati jagung bakar.
"Aku suka jagung bakar disini. Dulu aku suka memakannya sama Bisma"Anisa
"Bisma? Siapa dia? Pacar kamu ya?"Kiara
"Kamu kok kepo sih? Tumben"Anisa
"Jawab aja sih!"Kiara
"Hehe...Bisma itu mantan aku. Mantan terindah tepatnya"Anisa
"Kenapa putus?"Kiara
"Kepo"Anisa berjalan meninggalkan Kiara
'Apa Anisa juga pernah ngerasain apa yang aku rasaij? Tapi kenapa mudah banget buat dia bangkit? Kayaknya hidupnya juga fine-fine aja'batin Kiara sambil mengejar Anisa
"Kamu juga pernah di mainkan ya?"Kiara
Anisa tersenyum sambil menggeleng.
"Sudahlah, nggak usah kepo sama masa lalu aku. Kamu nggak akan ngerti kalau kamu nggak ngalamin sendiri. Yang wajib kamu tahu, kamu nggak sendiri dalam luka. Semua orang juga pasti pernah terluka"Anisa
Kiara tersenyum.
Enam bulan berlalu. Tibalah saatnya bagi Kiara dan Anisa melepas masa indah di SMA mereka. Ini adalah hari kelulusan bagi mereka. Siang ini, mereka mendapatkan ijazah untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
"Kamu mau ngelanjutin dimana?"Kiara
"Sore ini aku berangkat ke Australia. Dan aku akan kuliah disana"Anisa
"Kenapa? Kok mendadak sih?"Kiara
"Orang tua ku bercerai. Aku ikut mama. Sedangkan mama tidak punya siapa-siapa disini setelah nenek meninggal dua minggu lalu. Keluarga mama semua ada di Australia"jelas Anisa
"Tapi..aku..."Kiara
"Aku janji akan kembali kesini. Lagian terlalu banyak kenangan indah di Indonesia. Disini aku lahir"Anisa
Kiara tersenyum.
"Aku antar kamu sampai bandara ya nanti sore"Kiara
Anisa mengangguk.
Sore harinya, Kiara melepas kepergian sahabatnya ke negeri seberang. Ia pulang sendirian dengan taxi.
'Ternyata gadis seperti Anisa juga memiliki cerita pilu di hidupnya'batin Kiara
Setelah itu, Kiara menjalani kehidupannya sebagai mahasiswi di salah satu Universitas negeri. Ia menjadi lebih ceria dari biasanya. Ia juga mulai bisa bergaul sehingga temannya sangat banyak. Reza? Pria itu beberapa kali menemui Kiara untuk meminta maaf dan mengajaknya balikan. Tapi Kiara selalu menolak. Kiara mau memaafkannya dan jadi temannya. Tapi kalau balikan, ia tak mau mengambil resiko untuk jatuh di lubang yang sama. Akhirnya Kiara dan Reza hanya berteman.
Lima tahun berlalu. Minggu depan adalah hari ulang tahun Kiara yang ke-23. Kiara sangat mengharapkan kehadiran Anisa di hari ulang tahunnya itu. Pagi ini, Kiara berangkat bekerja di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dia mengajar Bahasa Indonesia disana. Saat diperjalanan, hand phone nya berbunyi pertanda pesan masuk. Ia membukanya.
'Aku di Indonesia sekarang. Belikan aku novel keluaran terbaru yah! (Anisa)'
Kiara tersenyum mendapati pesan itu.
Sore harinya, Kiara pergi ke toko buku yang dulu sering ia kunjungi bersama Anisa. Ia memilih beberapa novel yang cocok untuk Anisa. Ia mendapat 3 novel, kemudian ia hendak membayar ke kasir. Tapi ternyata, dompetnya tertinggal di mobil.
"Maaf ada apa ya?"tanya seorang pria dibelakang Kiara
"Emh..dompet saya ketinggalan. Saya mau ambil dulu. Silahkan jika anda mau duluan"Kiara
"Oh. Tidak pakai uang saya dulu saja"pria itu
"Tidak usah, terima kasih"Kiara
"Tidak papa. Dari pada kamu antre lagi nanti"pria itu
Akhirnya pria itu membayarkan belanjaan Kiara
"Terima kasih ya. Biar saya ambil dompet dulu, tunggu sebentar!"Kiara
"Tidak usah. Saya buru-buru. Permisi"pamit pria itu
Kiara menggelengkan kepalanya.
'Ternyata masih ada pria sebaik itu di dunia ini?'batinnya
Malam harinya, kembali sebuah pesan masuk dari Anisa.
'Besok ada pameran lukisan di jalan Manggis. Temui aku disana ya!'Anisa
'Okey. Jam 13.00 tepat nggak boleh telat ya!'Kiara
' ;) 'Anisa
Kiara tersenyum. Akhirnya, besok dia akan kembali bertemu dengan sahabat yang sangat ia rindukan.
Seperti dalam perjanjian, jam 13.00 Kiara sudah tiba di area pameran. Ia mencari Anisa kesana-kemari namun tak juga bertemu. Ia mulai kesal dibuatnya. Apakah Anisa hanya mempermainkannya? Ia mencoba menghubungi Anisa, tapi hand phone nya tidak aktif. Ia berbalik hendak pulang, namun,
"Brakks..."
"Aww..."
"Maaf"ujar seorang pria membantu Kiara berdiri
"Maaf saya tidak sengaja. Saya sedang mencari teman saya, jadi nggak konsen jalannya"ujar cowok itu
"Anda bukannya yang kemarin bayarin novel saya ya?"Kiara
"Oh...eh iya"cowok itu
"Wah kebetulan. Ini saya ganti"Kiara membuka tasnya
"Tidak usah. Lupakan saja!"cowok itu
"Tapi..."Kiara
"Tidak papa"cowok itu
"Saya duluan ya, saya sedang mencari orang soalnya"pamit cowok itu
"Iya. Sekali lagi terima kasih"Kiara
Cowok itu mengangguk, lalu pergi.
Tiga hari berlalu. Namun Anisa belum juga menunjukkan batang hidungnya. Lagi-lagi Anisa mengirim pesan pada Kiara. Anisa mengajak Kiara makan di sebuah resto tempat biasa mereka makan dulu. Pukul 18.00, Kiara sudah sampai. Dia duduk sendirian di meja biasa ia makan bersama Anisa. Tak lama kemudian, seorang cowok menghampirinya. Dia adalah cowok yang kemarin di pameran.
"Kamu?"kagetnya
"Ngapain kamu disini?"tanyanya
"Aku menunggu sahabatku"Kiara
"Tapi aku sudah janjian untuk bertemu temanku di meja ini. Boleh aku duduk disini sampai dia datang?"cowok itu
"Tentu"Kiara
Beberapa menit kemudian, seorang pelayan datang. Ia membawa buku bersampul Barbie.
"Maaf apa kalian yang bernama Kiara dan Bisma?"tanya pelayan itu
"Ya saya Kiara"Kiara
"Saya Bisma"cowok itu
'Bisma? Bukannya Bisma itu mantannya Anisa? Apa mungkin....tapi tidak mungkin. Lagian banyak kan orang yang namanya Bisma'batin Kiara
"Maaf ada titipan untuk kalian. Ini untuk Kiara, dan ini untuk Bisma"pelayan itu memberikan sebuah amplop biru untuk Bisma, dan buku bersampul Barbie tadi untuk Kiara. Kiara membuka lembar pertama buku itu. Tertulis biodata Anisa disana.
"Tunggu, apa kamu Bisma mantannya Anisa?"Kiara
Bisma mengangguk
"Kok kamu tahu?"Bisma
"Aku Kiara, sahabat Anisa. Dia pernah sedikit bercerita tentang kamu"Kiara
"Oh..beberapa hari yang lalu Anisa juga bilang kalau dia punya sahabat namanya Kiara disini. Katanya, dia sanget merindukanmu"Bisma
Mereka berbincang cukup lama. Kiara melirik tam tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 20.00. Artinya, sudah dua jam mereka menunggu Anisa. Tapi Anisa tak juga datang. Bisma mencoba menghubunginya, tapi tidak bisa. Kemudian, mereka pulang sendiri-sendiri.
Anisa benar-benar membuat kesal Kiara. Kiara membanting tubuhnya di atas tempat tidur.
"Apa sih maunya? Bikin janji tapi nggak pernah datang"keluh Kiara
Kemudian ia teringat buku yang tadi di berikan oleh pelayan restoran. Ia membuka, dan membaca dengan seksama setiap lembarnya. Alangkah terkejutnya ia membaca kata-kata Anisa yang dia torehkan di buku itu. Ternyata kehidupan Anisa tak seindah yang Kiara pikirkan. Banyak luka yang selama ini Anisa pendam sendirian. Anisa menyimpan luka itu dibalik tawa keceriaan yang selalu ia perlihatkan.
Mulai dari keluarga. Ternyata keluarga Anisa tak seharmonis apa yang Kiara kira. Kedua orang tua Anisa juga sering bertengkar. Bahkan beberapa kali Anisa juga menjadi korban amarah papanya. Anisa sering ditampar atau bahkan dipukuli papanya. Papa kandungnya sendiri tak mau mengakui kalau Anisa anaknya. Papa Anisa selalu menganggap Anisa anak pembawa sial, entah apa penyebabnya. Lalu percintaan. Anisa sangat mencintai Bisma. Tapi ia harus melepaskan Bisma. Saat kelas 3 SMP, Anisa pura-pura mengkhianati Bisma. Ia pura-pura berselingkuh dengan teman Bisma yang bernama Rangga. Dia melakukan itu agar Bisma menghapus rasa cinta yang ada di hatinya. Dan yang paling membuat Kiara terkejut adalah, ternyata selama ini Anisa menyembunyikan keadaannya yang sebenarnya. Anisa mengidap Kebocoran Jantung sejak berusia 14 tahun. Dokter mengatakan bahwa Anisa tidak bisa disembuhkan. Itulah alasannya meninggalkan Bisma. Dan setelah bertemu dengan Kiarapun, Anisa tetap menutup rapat-rapat tentang keadaannya. Ternyata alasan Anisa yang mudah kecapekan, sering pucat, dan lainnya itu karena ia sakit. Tapi, bagaimana mungkin selama bertahun-tahun ia sanggup menyembunyikan kepedihannya itu? Dan baru Kiara tahu, ternyata gadis seceria Anisa juga sering menangis di dalam kamarnya. Ia takut jika Tuhan mengambil nyawanya sebelum ia siap.
Pada halaman terakhir, tertulis keinginan Anisa untuk melihat dua orang yang sangat ia sayangi di Indonesia bahagia. Yaitu Bisma dan Kiara. Dua tahun lalu Bisma dan Anisa kembali dekat dengan bantuan alat komunikasi yang semakin maju. Beberapa saat yang lalu Bisma juga mengajaknya kembali. Namun Anisa menolak tanpa alasan yang jelas.
Setelah menutup buku itu, hand phone Kiara kembali berdering. Lagi-lagi, pesan masuk dari Anisa.
'Datang ke Cafe Rosela besok jam 7 malam! Besok hari ulang tahunmu kan? Aku punya hadiah spesial untukmu. Aku merindukanmu'begitulah kira-kira isinya
Kiara menitihkan air matanya. Ia ingin sekali ia menghubungi Anisa. Tapi selalu saja tak bisa. Ia juga tak mengerti kenapa bisa begitu. Ia benar-benar frustasi dibuatnya. Kemudian, kembali sebuah pesan masuk dari Anisa.
'Tidak usah bingung. Aku janji besok akan menemuimu. Tunggu aku jika sampai aku telat' itulah isinya
Kiara tersenyum tipis.
'Usahain jangan telat ya! Aku janji akan datang tepat waktu. Miss you too friend'balas Kiara
Pukul 18.45, Kiara sudah sampai di Cafe Rosela. Lima menit kemudian Bisma datang.
"Kok kamu disini?"bingung Kiara
Bisma menunduk lesu.
"Ada apa?"Kiara
"Anisa sudah tiada"Bisma
"Maksud kamu?"Kiara
"Anisa meninggal tiga bulan lalu. Dia menitipkanmu padaku. Dia memintaku untuk menjaga dan menjadikanmu sebagai penggantinya di hatiku"lirih Bisma dengan mata mulai berkaca-kaca
"Ap..apa? Kamu bercanda kan?"Kiara
Bisma menggeleng. Ia memberika surat yang kemarin ia terima dari Anisa pada Kiara. Kiara mulai membacanya. Ternyata semua yang Bisma katakan benar. Anisa telah meninggal tiga bulan lalu karena kebocoran jantung yang ia derita sepuluh tahun terakhir.
'Kenapa kamu menghadiahkan luka seperti ini untuk ulang tahunku yang ke-23? Kenapa kamu pergi?'batin Kiara
Air matanya sudah tumpah ruah membanjiri pipinya.
"Lalu siapa yang selama ini mengirimiku pesan?"Kiara
Bisma menggeleng.
"Aku juga mendapat pesan seperti yang kamu terima. Aku rasa Anisa ingin mempertemukan kita untuk hal ini"Bisma
Kiara melihat ke arah sekitar. Sepi. Kemana perginya semua orang? Dari pintu utama terlihat bayangan putih yang tak lain adalah Anisa.
"Anisa..."lirih Kiara
Bisma mengalihkan pandangannya ke arah pintu utama.
"Anisa..."Bisma segera bangkit dari duduknya
Kiara dan Bisma berjalan cepat ke arah pintu yang terbuat dari kaca itu. Bisma berusaha membukanya, tapi tak bisa.
Terlihat Anisa melambaikan tangannya ke arah Kiara dan Bisma. Ia tersenyum sangat manis. Begitu cantik dengan dress putihnya.
"Jangan! Jangan pergi Anisa! Tunggu aku!"teriak Bisma
"Anisa, aku mohon tunggu sebentar. Izinkan aku memelukmu sebentar saja. Bahkan kamu belum mengucapkan selamat ulang tahun untukku"Kiara
"Kebahagiaan tergantung bagaimana kamu menanggapi semua yang ada. Selalu bersyukur dan nikmati hidupmu!"balas Anisa
Sesaat kemudian, bayangan itu menghilang.
Kaki Kiara seakan tak berdaya menopang berat tubuhnya. Ia terjatuh ke lantai masih dalam keadaan menangis. Bagaimana bisa sahabatnya pergi secepat itu? Anisa adalah gadis yang kuat dan ceria. Tak disangka, ia menyimpan ribuan luka di hatinya. Ia mengelabui semua orang dengan senyum yang selalu ia tebarkan. Dan mungkin, senyuman itu takkan terlihat lagi. Mungkin Kiara akan merindukan senyuman sahabatnya yang cerewet itu.
Satu tahun berlalu. Kiara berlari meninggalkan area tempat parkir dan memasuki sebuah restoran. Ia tersenyum malu ke arah seseorang yang sepertinya sudah menunggunya cukup lama.
"Telat 10 menit. Kebiasaan"keluh orang itu
Kiara menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu duduk di hadapan orang itu.
"Maaf Bis..."Kiara
Bisma tersenyum dan mengangguk.
Bisma? Ya, dia adalah Bisma. Bisma menepati janjinya untuk menjaga Kiara.
"Bagaimana sama orang tua kamu? Kapan aku bisa menemui mereka?"Bisma
"Kamu serius?"Kiara
"Tentu. Kamu masih ragu sama aku?"Bisma
Kiara menggeleng.
"Segera beri tahu aku, kapan kamu siap. Aku akan segera datang bersama orang tuaku untuk melamarmu"Bisma
Kiara mengangguk.
Bisma menggenggam erat jemari gadis yang sekarang berstatus kekasihnya itu. Mereka bersama bukan karena amanah Anisa. Namun juga karena memang benih cinta yang tumbuh antara keduanya. Mungkin Anisa tahu jika mereka cocok, jadi dulu ia berusaha mempertemukan mereka.
Kebahagiaan bukan diukur dengan banyaknya nikmat yang kita terima dari Tuhan. Tapi, seberapa banyak kita bersyukur. Semakin banyak yang kita syukuri, maka hati akan menjadi semakin tenang hingga munculah kebahagiaan. Kesempatan hidup di dunia hanya satu kali. Maka gunakanlah waktumu sebaik mungkin. Nikmati apa yang ada selama itu masih positif. Jangan merusak hidupmu kecuali kamu punya mesin waktu untuk memperbaiki kesalahanmu. Tak ada seorangpun manusia yang mempunyai kehidupan sempurna di dunia ini. Semua telah diatur sedemikian rupa, sesuai dengan kemampuan kita. Always positive thinking with your life!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar